Saat ini di ruang keluarga Arka lebih tepatnya di ruang makan Arka dan Ila serta Seno makan dengan hikmat. Tak banyak pembicaraan di sana hanya Seno saja yang sering bertanya ini dan itu. Sedangkan Ila di sela sela makannya juga merapikan mulut anak bungsunya yang belepotan makan biscuit dan menyedot susu dari botol susu yang di beri Ila.
“Bunda! Ini enak banget bunda. Mas Seno nambah pake lontong boleh bunda?” Tanya Seno.
“Boleh sini piringnya bunda ambilin," Ila berdiri dan mengambil lontong sedikit lalu memberi bumbu kacang tambahan buat sang anak.
“Bunda kok ngak di kasih sayurnya lagi?” Tanya Seno.
“Nak! Nanti kalau kekenyangan Seno malah ngak kuat berdiri. Katanya mau lindungin bunda? Kalau berdiri aja ngak kuat gimana mau jaga bunda?” Ila memberi penjabaran yang ringan agar anaknya mengerti.
“Nah dengerin apa kata bunda, tuh. Lagian mas kalau kebanyakan makan nanti malah muntah dan perutnya ngak nyaman. Oke? Jadi makan secukupnya saja ya mas.” Nasehat Arka menimpali.
“Yang aku udah siap sarapan nih biar aku aja yang urus arshaka sementara, kamu sarapan dulu lah!” lanjut Arka mengawasi anaknya yang makan biscuit bayinya.
Tak berselang lama Ila selesai sarapannya dan saat ingin membereskan meja makan Arka melarangnya.
“Sayang yang masak sarapan buat seluruh isi rumahkan udah kamu, biar bibi yang beresin meja. Lagi pula mas dan juga Seno mau mandi otomatis ngak ada yang menjaga Arshaka!”
“Bi Surti, bantu beresin mejanya ya. Saya mau mandi sama Seno. Arshaka ngak ada yang jagain.”
“Ya tuan!” Bi Surti tergepoh gepoh datang dari dapur membersihkan meja makan majikannya.
“Bibi udah makan?” Tanya Ila.
“Udah nyonya pecelnya enak banget, bibi tadi makan di meja belakang sama bi Tina sebelum nyonya dan tuan sarapan.” sahut Bi Surti malu malu kerena merasa sedikit tidak sopan.
“Ya udah, syukurlah. Tolong ya bi! Ila mau ke atas dulu mau bantu siapin baju buat Seno dan mas Arka,” jelas Ila sambil mengangkat Arshaka ke gendongannya.
“Ya nya”.
Saat ini Ila di kamar Seno setelah tadi menyiapkan baju untuk Arka dan sekarang membantu menyiapkan anak sulungnya itu.
“Mas ini bajunya bunda tarok disini ya! kalau mau cari bunda, bunda di taman belakang dekat kolam ya mas!” jelas Ila dan berlalu ke taman belakang dekat kolam berenang di belakang rumah.
Tampak Arka dengan berbagai berkas tugas mahasiswanya juga sebuah laptop terkembang di meja kolam berenang. Ya tempat itu memang sengaja di design untuk bersantai bersama keluarga. Ila datang dengan kareta dorong arshaka lalu meletakkan anak nya dekat arka yang sedang bekerja.
“Mas mau kopi? Biar Ila buat kan?”
“Boleh yang jangan terlalu manis ya, gula nya dikit aja. Buat nahan ngantuk,” jelas Arka.
“Mas titip Arshaka bentar ya, Ila tinggal kedapur.”
“Ok sayang.”
Arka melihat anak bungsunya yang tertidur dalam kareta dorong dengan tangan masih memegang dot susu nya membuat arka sangat gemas. Tak ingin membuat Arshaka terbangun Arka mengambil dot susu itu pelan pelan.
Arshaka di biarkan tertidur di kareta dorongnya. Meski dekat kolam renang, ruangan ini memiliki sekat kaca besar untuk menghalangi ke kolam renang sendiri.
“Mas ini kopinya ya!”
“Thank sayang.” Arka tersenyum manis kepada istrinya.
Pagi ini Ila tampak manis dengan gamis abu abu dengan warna senada dengan hijab nya. Ila duduk disamping Arka sambil mengelus dang memperhatikan Arshaka yang tertidur. Sesekali memain kan hp nya. Ila sengaja tak mengajak arka berbicara karena tak ingin suaminya pecah focus menyelesaikan pekerjaannya.
“Bunndaaaa!" teriak Seno dari luar sambil membawa tas pelajarannya ke arah Ila.
“Syuuuut, dedeknya baru bobok mas. Ada apa?” Tanya Ila
Seno hanya tersenyum lebar kearah bundanya.
“Bunda bantuin Seno buat pr matematika,” jelas Seno.
“Mana sini bunda lihat?”
Dengan telaten Ila mengajari Seno perlahan agar Seno mampu menangkap penjelasan darinya. Sesekali Arka ikut mendengarkan penjelasan istrinya itu di sela sela pekerjaannya.
Tak berselang lama sekitar 1 jam berlalu pr Seno sudah siap, saat ini anak itu bermanja manja pada sang bunda sambil bermain ponsel bundanya.
“Bunda!”
“Hmm.”
“Bunda! kata teman Seno, bunda ngak pantes jadi bundanya Seno. Katanya Seno memang di takdirin buat ngak punya bunda atau pun mama. Karena mama Seno ninggalin Seno demi pria lain.” Seno memulai sesi curhat colongan nya pada Ila. hal ini sering terjadi ketika Seno sedang bermanja pada Ila.
Arka mengepalkan kedua kepalan tangannya menahan emosi yang mulai memuncak mendengar curahan hati buah hatinya. Hatinya perih, karena dia bercerai dengan istrinya terdahulu malah berujung dengan kekecewaan yang berkepanjangan dari sang buah hati.
Dia melihat ke mimik wajah Ila, bukannya Ila marah atau pun sedih malah Ila tersenyum senang mendengar curahan hati putranya.
“Mas Seno pernah kesel ngak sama dek Arshaka, karena dek Arshaka selalu di gendong bunda, dan tidur di kamar bunda sama papa?” Tanya Ila dengan lemah lembut.
“Sering bunda, dek Arshaka selalu ambil bunda dari mas Seno. Seolah olah bunda cuman bundanya dek Arshaka saja, padahalkan bunda juga bundanya Sano,” Seno mengatakannya dengan wajah cemberut.
“Kenapa mas Seno ngak suka bunda selalu sama dek Arshaka?” Tanya Ila lagi.
“Mas seno kesel aja mas Senokan juga mau diperhatikan penuh kayak dek Saka, di suapin , kemana mana ikut bunda, trus pamerin bunda ke teman teman Seno dan bilang, bunda cantik ini bundanya Seno. Seno juga pengen bilang ke teman teman Seno kalau Seno ngak pernah di marahin bunda, dan bunda juga selalu bantu Seno mengerjakan PR di rumah tanpa marah marah kayak mamanya teman teman Seno,” jelas seno.
Jujur Arka bingung, hubungannya kemana coba sampe Ila menanyakan itu.
“Seno tahu kenapa mereka bilang bunda ngak cocok jadi bundanya Seno?”
Seno menggelengkan kepalanya polos.
“Itu semua apa yang Seno dapatin dari bunda ngak mereka dapatin dari bunda mereka dirumah”
“Mereka itu cemburu, sama kayak Seno cemburu ke dek Arshaka, karena dek Arshaka lebih bunda perhatikan.”
“Jadi Seno ngak boleh sedih mereka kayak gitu karena mereka ngak punya bunda yang cantik, baik dan pinter serta perhatian ke mereka seperti bunda perhatian sama Seno”
“Jadi mereka ngomong kayak gitu karena mereka ngak ngerasain yang Seno rasain." jelas Ila sambil mengelus rambut Seno pelan.
“Sekarang bunda Tanya?”
“Seno sayang ngak sama bunda?”
“Senno sayang banget sama bunda!" Seno memeluk erat tubuh ibu sambungnya itu.
“Menurut Seno, bunda udah bisa belum disebut bundanya Seno?” Tanya Ila lagi
“Ngak ada yang sebaik bunda pokonya bunda harus tetap jadi bunda seno sama dek Arshaka.” jelas Seno.
“Jadi Mulai sekarang jangan sedih ya kalau mereka bilang bunda ngak pantes jadi bundanya Seno. Berarti mereka iri sama Seno dan iri tanda mereka ngak mampu.”
“Ya bunda.”
Arka bersyukur Ila mampu menjelaskannya pada Seno dengan bahasa yang mudah anaknya mengerti.
“Yaudah bunda mau kedapur dulu mau buat cake, Seno suka kue cake ngak?” Tanya Ila
“Seno suka semua yang bunda buat. Bunda masaknya selalu enak”
“Pinternya anak bunda.” Ila mengusap kepala Seno dan berlalu ke luar ruangan
“Mas liatin anak anak ya, aku mau masak dulu!” pamit Ila.
“Iya yang.”
Arka melanjutkan bermain bersama anak sulungnya, karena ia sudah selesai dengan pekerjaannya.
Guys ceritanya yang ringan ringan aja dulu ya sebelum masuk ke konflik hehehe. Enjoy with my story ……….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Rinjani
konflik biasa2 yaaa ringan2 ae
2022-09-17
0
Sri Mulyatinah Dede
jangan Ada konflik yg berat"thour
2022-08-12
0