Bab. 10

Meski sedikit kecewa tapi Dion masih bertahan dengan kepercayaannya jika Ila adalah mahasiswi semester 2 yang memiliki pekerjaan dengan kantor penerbit, entah apa itu dion yakin cepat atau lambat dia akan tahu.

Dion yang asli nya adalah player cap kuda nil jatuh hati pandang pertama pada gadis berjilbab syar’i yang dia temui pagi ini. Dia yakin ucapan tadi hanya agar mereka tak terlibat banyak pembicaraan.

Makanya gadis ini mengaku sudah bersuami. Dion hanya menjadi penyimak yang baik mereka berdiskusi tentang contoh sampul novel, halaman novel, dan extra chapter untuk menarik pembeli. Dari sana juga Dion dapat informasi jika gadis yang membuatnya jatuh hati itu adalah penulis handal.

“Ya berarti sekita 5 atau 7 extra chapter lagi ya mbak. Insyallah bisa aku siapkan dalam minggu ini. Cuman kalau ada kendala aku mohon maklumi banget ya mbak, mas. Anak bungsuku lagi lengket lengket nya sama aku,” jelas Ila. Hal itu sukses membuat Dion merasa jantungnya seakan di remas tapi dia tak ingin berputus asa.

Baginya kalau memang istri orang ya tinggal di buat cerai dari suaminya. Toh dia masih muda, kaya dan calon penerus perusahaan papa nya yang ada di AS sana. Wanita mana yang tidak akan silau.

“Oalah yang sekarang lagi menikmati peran ibu muda iya mbak paham. Yang sabar ya mbak yakin kamu wanita dan ibu yang hebat untuk pria dan juga anak anak mu," kata Santi.

“Jadi deal ya Ila  ya nanti mas kabari apa apa saja jika memang masih ada yang harus di tambah kan atau pun di edit ya.” Dimas menimpali.

“Iya mas kabari ila via wa aja.”

“Ok meeting kita sampe sini dulu oh iya ini kontraknya dari perusahaan dan ini uang mukanya mas langsung tf ya 20 juta karena banyak yang sudah open po jadi kita bisa langsung kasih dp ke kamu.”

“Alhamdulillah mas lumayan buat nyalon,” jawab Ila dengan wajah yang terlihat sangat menggemaskan melihat uang di transfer ke rekeningnya tanpa dia tahu jika orang di depannya sangat terpesona akan dirinya siapa lagi kalau bukan Dion.

“Oke Ila kalau gitu mas dan kak Santi balik dulu, nanti kita kabaran lagi via wa group.” Dimas dan Santi berpamitan setelah mereka tanda tangan kontrak penjualan untuk penerbitan buku novel yang di buat oleh Ila.

Bertepatan dengan pamitnya mereka berdua Ila melihat Dion masih di hadapannya seolah tak ada kerjaan lain sedang Ila melihat jam sudah jam 11:30 Ila segera menelpon guru Seno yang kebetulan sahabat Ila semasa SMA.

“Assalamu’alaikum Lina udah pulang belum kelas anak gue?” Tanya Ila.

“Oh, oke nak tunggu bunda ya. Bentar lagi bunda ke sekolah mas ya. Ok kita ketempat papa sebelum pulang. Mas jangan nakal ya.”

Berhubung Ila memang sudah membayar minumannya Ila bisa langsung meninggalkan tempat dia duduk tadi tapi memang Ila dasarnya humble dan sopan maka di tetap memilih berpamitan dengan pria yang sudah lumutan dari tadi menemaninya.

“Mas saya duluan ya mau jemput anak ke sekolah.” pamit Ila.

“Ila apa kita setidak nya tak bisa menjadi teman? Siapa tahu kita bisa menjadi patner kerja atau mungkin aku bisa menjadi penggemar cerita novel kamu?” Tanya Dion.

“Lalu.” Tanya ila datar.

“Boleh kita bertukar kontak, katakan saja nomer Ila biar nanti mas yang hubungi!”

Tak ingin ribet Ila pun memberi nomer ponselnya tanpa pikir panjang. Bagi Ila itu hal yang biasa karena jika bukan hal penting Ila pun tak pernah meladeni chat yang tidak jelas kegunaannya.

Maka dari itu ila tak pernah mersa enggan membagi nomer phonselnya karena dia punya 3 nomer. 1 untuk keluarga, 2 khusus untuk kepentingan buku, 3 untuk iklan berbayar dari akun sosmed yang dia miliki. Dan yang selalu di bagikan adalah yang ke 3. Nomer yang ke 3 itu adalah SCTV satu untuk semua.

“Bunda kok bunda lama. Mas Seno udah kangen sama bunda.”

“Oalah anaknya bunda manja banget ih. Thank ya Lina , udah jagain anak gua”

“Sama sama lo ngak ada niat buat ngajar gitu La sayang ijazah lo yang nilainya top markotop banget.” Lina yang memang tau sepak terjang Ila di kampus memang agak ngeri ngeri sedap melihat sahabatnya ini menikah dengan duda tua.

“Anak gua pada lengket semua gimana mau ngajar beb. Biar paksu aja yang kerja gua ngabisin duitnya aja lagi pula ngasuh tiga bayi seru kali.” lanjut Ila.

“Hah anak lo tiga La Masyallah gua gak tau mau koment apa mau sedih ntar lu marah mau ngucapin selamat gua ngerasa nasip lu kok apes banget ya la udah nikah sama duda, dapat anak tir ..." ucapan Lina terhenti karena perkataan Ila.

“Syuuut anak gua dah gua mau balik. Mau ke kantor paksu. Tadi pagi udah janji.”

“Ayo bunda, mas Seno mau lihat kantor papa” lanjut Seno menggoyangkan lengan ibu sambungnya itu.

Setelah berpamitan dengan Lina, Ila menaiki taksi yang sudah dia pesan sebelumnya. Ila yang sudah menyiapkan masakan yang tadi dia  minta bibi Surti (ART) siapkan untuk mereka bawa ke kantor suaminya.

Ya hari ini terlalu padat sehingga dia tak sempat memasak sama sekali hanya menyiapkan anak dan suaminya yang mau berangkat ke sekolah dan ke kantor pun dia sudah sangat kelelahan seaking banyaknya beban fikirannya.

Ini adalah yang pertama dia menambangi kantor sang suami, itupun karena dia tadi minta izin keluar mengatakan ada deadline postingan juga pembahasan kontrak penerbitan bukunya dengan tim penerbit.

Sehingga sang suami meminta dia makan siang di kantornya saja sekalian menjemput sang putra sulung Seno di sekolahnya.

Saat masuk ke ruangan Ila mengucap salam dengan sopan.

Dia yang masih sangat muda tentu terlihat seperti mahasiswi tahun pertama pada umunya membuat para dosen di ruangan tak banyak bertanya. Karena pernikahan  Arka memang hanya Arka dan keluarga inti saja yang hadir.

“Cari siapa ananda?” Tanya pak Hasan

“Loh kok bawa adeknya lain kali jangan bawa adeknya ke kampus ya ananda. Nanti dia nangis menggangu ketenangan kantor." Jelas pak Hasan yang belum sempat di balas oleh Ila.

“Bapak Arka Wiryonya ada pak?”

“Oh anaknya pak Arka, pak Arkanya ada dalam ruangannya itu pintunya ke buka.” Tunjuk pak Hasan.

“Pak Arka, anak didiknya mencari pak?” teriak pak Hasan.

Ila masih diam di tempat karena pak Hasan masih di depannya. Sedang Seno berusaha tenang karena sebelum kesini sudah di ingat bundanya jangan teriak teriak dan juga lari lari. Nanti papa dimarahi bosnya.

“Eh anak papa udah datang.” Sambut Arka yang tersenyum pada mereka bertiga.

“Sayang udah selesai meetingnya?” Tanya Arka saat Ila menyalim tangan Arka takzim. Lalu Arka mengelus kepala Ila sayang.

“Pak Hasan ini istri saya, bukan anak didik saya. Umur kami memang terpaut jauh tapi yang namanya jodoh siapa yang tau,” jelas Arka yang sukses membuat pak Hasan terpelongo.

“Hai Ila. jumpa lagi katanya udah nikah, bukan mahasiswi, kok ada di ruangan para dosen ketemu pak Arka lagi. Dosen PA nya pak Arka ya?” Tanya Dion yang kebetulan memang baru tiba di kantor dan dia satu devisi dengan Arka.

“Iya mas Dion dosen PA saya pak Arka dosen PA yang tertera di buku nikah dan juga dosen PA  yang bimbing skripsi saya denga judul bagaimana menjadi istri dan ibu yang baik di rumah.” Jawab Ila yang sukses membuat pak Hasan, buk Lidya, dan Arka sendiri tertawa mendengarnya.

“Dia istri saya pak Dion.” jawab Arka

“Istri dan ibu dari kedua putra saya,” kata Arka lebih rinci disela tawanya.

Penjelasan Arka, sukses membuat Dion merasa sudah luka di kasih perasan air jeruk nipis. Perih sekali.

Potek potek hati abang neng. Batin Dion berteriak.

See you next chapter ...

 

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

maraton thor bacax sekalian kumasukan dlm favoritku y

2022-07-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!