Tak terasa hari hari yang indah dan menyenangkan sangat cepat berlalu. Terhitung dari sejak akad nikah yang dilakukan oleh dosen muda yang sekarang berusia 38 tahun itu.
Ya Arka Wiryo usia matang lebih tepatnya, ternyata menikahi gadis usia 21 tahun bukanlah ide yang buruk terbukti dari pernikahannya yang tersa damai dan tentram saja meskipun ini baru awal.
Arka sangat berharap kedepan nya meski akan ada badai kecil atau bahkan tsunami di dalam rumah tangga mereka berdua arka maupun ila mampu untuk bertahan.
Usia yang sangat jauh berbeda ternyata tak menjadi halangan untuk dua orang sejoli ini untuk saling menyayangi dan mulai saling mencintai, terlebih Arka yang sangat kelihatan bucin pada istri kecilnya itu.
Sifat Ila yang hamble dan memiliki karakter lemah lembut semakin membuat mereka mudah beradaptasi satu sama lain.
Terutama disini untuk Arka, dia yang sebenarnya seseorang yang mudah cemas dan over thingking merasa mendapat sahabat baik sejak menikah.
“Pagi pak Arka.”
“Wajah nya semangat banget pak, dapat vitamin pagi ya dari istrinya”
“Aduh yang habis buka puasa kayaknya wajahnya cerah terus setiap pagi ya pak ya.” pak Hasan, salah satu dosen senior yang menyapa Arka juga ada beberapa dosen yang saat ini baru masuk ruangan kantor menyapa Arka sebelum dia masuk ruangannya.
Ya Arka memiliki ruangan tersendiri untuknya bekerja karena jabatannya yang penting di kampus itu.
“Ah bapak bisa aja Alhamdulillah pak do’akan saja yang terbaik buat kami. Bapak bapak kan juga mengalami hal yang sama bukan. Istri dan anak dirumahkan memang vitamin buat kita kita yang pejuang rupiah ini pak.” lanjut Arka.
“Saya kedalam duluan pak mau ambil bahan ajar, saya ada kelas pagi ini,” pamit Arka.
“Oh iya pak silakan, silahkan,” sambung pak Hasan.
Tak berselang lama Arka berlalu setalah pamit untuk sekedar sopan santun dan basa basi kapada para rekan kerja nya ntuk segera mengajar di kelas pagi yang di embannya.
Arka sebenarnya juga dosen bahasa inggris sama dengan sang istri dia juga mendalami bahasa asing tersebut dan sekarang dia mengajar di kelas management pagi ini lalu jam 10.00 nanti dilanjut dengan mengajar ESP di kelas pendidikan bahasa inggris 1 untuk semester 6. Pagi ini jadwal Arka sangat sibuk.
Jika Arka sibuk maka Ila juga sangat sibuk pagi ini dia mengetik deadlinenya disebuah kafe dekat kantor penerbit yang menerbitkan bukunya.
Sedang anak sulung nya seno telah dia antarkan ke sekolah tadi bersama nya menggunakan taksi online. Arshaka sendiri sentalah dia mandi dan suapi sarapan anak itu dia tinggal bermain dengan sang bibi pengasuh.
Hari ini juga Ila akan membahasa hitung hitungan cuan yang akan di terima nya jika penjualan fisik untuk novel nya dilakukan. Mereka akan meeting jam 10 pagi. Hari baru menunjukkan jam 8 pagi.
Jemari lentik Ila menari lincah di keyboard laptop nya hingga tak sadar seorang pria yang seperti nya masih di bangku perkuliahan menghampiri nya.
“Sibuk banget mbak, wajah seriusnya bikin tambah cantik deh.” Ila melihat sekilas dan dia tak mengenali orang di seberangnya ini.
“Ngak usah iseng mas, saya ini wanita bersuami dan udah punya anak 2. Ngak baik godain ibu ibu. Saya lagi kerja jangan ganggu.” Jawab Ila sambil tetap mengatik di keyboardnya.
“Aduh dek ngak usah ngarang cerita deh dari wajah kamu palingan baru lulus SMA kan ya? Paling tinggi juga umur kamu 19 tahun. Hahaha ngak lucu dek masa udah anak 2 masih imut begini.” Lelaki itu masih tetap mengoceh sambil memandangi lekat wajah Ila. hanya saja Ila yang memang sedang terjepit jadwal up novelnya di sebuah aplikasi berbayar karena sudah berjanji kepada pembacanya tak menanggapi perkataan pria itu.
“Kamu cantik cantik kok duduknya sendiri aja?”
Hening tak ada sautan dari Ila hanya ketikan keyboard yang menjawab pria itu.
“Lagi ngerjain deadline tugas kuliah ya? Sibuk banget kayaknya?”
“Tugas kelompok? Kok temannya belum datang?”
“Kamu kuliah dimana, kali aja kamu kuliah di tempat mas mengajar”
“Kok dari tadi ngak nyahut sih? Mas ganggu banget ya”
“Aku udah dari tadi hampir 1,5 jam loh nemenin kamu ngetik disini sendirian, tapi kamu ngak jawab sama sekali.”
“Minimal kita kenalan nama”
“Aku Kenandion Aldio Hasan.”
“Kamu bisa panggil aku mas Dion karena sepertinya usia ku jauh di atas mu aku sekarang 28 tahun kamu siapa?”
Tak tega melihat orang yang bicara sedari tadi di acuhkannya, bertepatan dengan berhasilnya cerita itu di posting Ila memilih menjawab pertanyaan pria di hadapannya ini.
Sebenarnya sudah sering hal seperti ini terjadi semasa dia kuliah dulu dan tanggapan yang dia berikan sangat random sesuai mood hatinya yang tak pernah stabil. Beda cerita kalau untuk mas arka tercinta, stabil tak stabil tetap di stabil kan emosinya.
“Alhamdulillah selasai juga.” Ila merentangkan tangannya dan juga melakukan gerakkan seperti ******* ***** jemarinya yang kaku.
Lalu matanya melihat pria di depannya ini. Jujur saja kesan pertama setelah dia melihat pria didepannya ini, pria itu tampan perpaduan antara bulu Eropa dan Indonesia dengan warna matanya yang biru.
“Alhamdulillah selesai juga ya, oh iya nama aku ..." ucapan Dion terhenti.
"Kenandion Aldio Hasan itu kan nama kamu bisa di panggil mas Dion.”
“Mohon maaf tadi aku sibuk kerana ada deadline, jadi terpaksa mengacuhkan anda selama 1,5 jam. Tapi satu hal yang harus tahu, congratulation anda menggoda ibu ibu yang sudah beranak 2, saya bukan mahasiswa. Saya ada janji di luar benar.”
Ila menyesap greentea nya yang sudah mencair es nya karena di biarkan terlaku lama dikarenakan dia sedang mengetik naskah.
“Bercandanya ngak lucu dek, mas serius ingin kenalan siapa tau takdirkan kita berjumpa berdua disini.” lanjut Dion masih menyunggingkan senyum manisnya.
“Saya harus jaga prasaan suami saya jadi saya ngak bercanda.”
Saat Dion ingin mengatakan protesnya suara nyaring ponsel Ila menghentikan suaranya yang baru ingin mengudara.
“Assalamu’alaikum pak Ilham, oh iya pak nanti bertemunya dengan mas Dimas dan kak Santi. Iya pak tak apa. Ila sudah ada di café depan kantor penerbit bapak. Baik pak Ila masih menunggu di sini.”
“Iya pak. Hmmm Walaikumussalam." Ila menutup ponselnya lalu melihat jam menunjukkan pukul 10.00 dan di luar kafe dia melihat Dimas dan Santi datang menghampirinya.
“Hai kak, mas silahkan duduk.” lanjut Ila. Lalu mereka melihat ke Dion dan mereka tersenyum sopan menyangka jika Ila bersama suaminya.
“Suami kamu La? Oh pantes jadi sulit janji temu sekarang ya sejak nikah lowong di kekepin sama suami ganteng kayak mas di sebelah mah, memang bikin lancar imajinasi ya Ila ya, ya ngak mas.” Tanya Santi dengan wajah jenakanya.
Sedang Dion memasang wajah bingung, malu, dan penasaran. Apa benar gadis cantik berparas chinese ini sudah menikah. Rasanya tak mungkin, sulit dia untuk menerima hal ini.
“Bukan mbak, dia bukan suami aku. Suami aku kerja ngak bisa nemenin dia cuman kenalan yang ngak mau duduk sendirian yaudah aku biarin aja.” jawab Ila seadanya.
“Oooh begitu.” Santi tak berani berkomentar lagi faktanya Ila memang sulit untuk di dekati itu sudah rahasia umum. Dia humble tapi sulit untuk hal yang berbaur asmara. Jadi sangat beruntunglah Arka bisa menikahi Ila.
See you next chapter guys ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments