Hari Senin ini Direndra memberikan test kecil untuk tahu nama-nama benda menggunakan bahasa Inggris. Murid-muridnya tampak antusias karena saat hari Minggu kemarin di acara pembelajaran Al Qur'an di mesjid dusun, Direndra menjanjikan jika para muridnya mendapatkan nilai bagus, akan diberikan cerita baru.
Dan kini kesepuluh muridnya tampak serius mengerjakan test kecil yang diberikan oleh pangeran Al Azzam itu. Mereka fokus untuk mendapatkan nilai bagus karena demi dongeng yang akan diberikan Direndra.
Setengah jam kemudian, Direndra mulai memeriksa semua pekerjaan murid-muridnya dan tersenyum melihat hasil mereka hampir sempurna kecuali Annisa yang salah satu.
"Annisa, kamu kurang teliti ini jadinya salah satu" ucap Direndra.
Wajah Annisa memucat. "Apa guru Abi batal bercerita? Karena Annisa salah satu sedangkan yang lain benar semua?"
Direndra terbahak. "Ini kan hanya tes kecil bukan tes semester. Besok lagi harus teliti ya?"
Annisa langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan semangat.
"Yuk kita mulai cerita..."
"Aku ikut mendengarkan guru Abi" suara Raana membuat Direndra menoleh.
"Tentu saja boleh guru Raana. Silahkan duduk." Direndra mempersilahkan Raana duduk bersama dengan murid-muridnya.
Setelah melihat semua sudah siap mendengarkan, Direndra pun mulai bercerita.
"Once upon a time, there were a mother with her biologic daughter name shallot and her step daughter name garlic..."
Sontak semua orang di kelas itu tertawa.
"Guru Abi! Kita sedang tidak mendongengkan soal resep masakan kan?" gelak salah seorang murid.
"No, dengarkan dulu baru kalian protes" cengir Direndra yang kemudian melanjutkan ceritanya. Cara Direndra mendongeng membuat semua orang disana terpikat apalagi sang pangeran sangat ekspresif saat memvisualisasikan tokoh bawang merah dan bawang putih.
Raana yang belum pernah mendengar cerita ini, ikut terhanyut. Bahkan dia ikutan gemas dengan tokoh bawang merah yang menjadi antagonis disini.
Bel tanda usai pelajaran jam kedua selesai, bertepatan dengan Direndra menyelesaikan ceritanya.
"Oke, besok kita lanjutkan lagi" ucap Direndra sambil tersenyum.
"Guru Abi, ada cerita apa lagi?" tanya Annisa.
"Surprise besok lah!" kekeh Direndra.
"Yaaaaaa" seru murid-muridnya dengan nada kecewa.
"See you tomorrow. Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam guru Abi."
Raana pun ikut berjalan keluar dan nyaris bertubrukan dengan Direndra.
"Lady first" senyum Direndra yang memundurkan tubuhnya yang tinggi.
"Terimakasih guru Abi. Cerita yang bagus dan banyak pelajaran yang bisa diambil dari sana. Apakah besok anda akan mendongeng lagi?" Raana mendongakkan wajahnya ke Direndra.
"Kalau setiap hari saya mendongeng, bisa habis stock saya" gelak Abi sambil berjalan beriringan dengan Raana.
"Tapi benar kok, saya belum pernah mendengar cerita itu" ucap Raana.
"Mungkin acara mendongeng saya akan saya buat seminggu sekali supaya tidak habis stok. Guru Raana mau ngajar kelas berapa?" tanya Direndra yang hendak masuk ke ruang kelas lima.
"Saya mau ke kelas..."
"Raana!" Suara Veer Durmad membuat wajah Direndra sedikit cemberut.
"Ada apa guru Veer?" tanya Raana tanpa memperhatikan perubahan wajah Direndra.
"Nanti kita makan siang bersama ya" ucap Veer.
"Insyaallah karena aku masih harus membuat modul terbaru untuk ujian semester besok" jawab Raana manis.
Bikin modul saja, nanti aku temani - batin Direndra.
"Oke Raana. Guru Abi." Veer pun mengangguk ke arah Direndra yang menampilkan wajah yang tersenyum sok tulus.
"Silahkan guru Veer." Dah, jauh-jauh sana!
"Guru Abi, saya ke kelas dulu."
"Oh silahkan guru Raana. Saya mau ambil buku matematika untuk kelas lima di ruang guru." Direndra mengangguk dan berjalan menuju ruang guru.
***
Sore harinya, Direndra dan Iqbal mulai membahas tentang hasil pembicaraan Iqbal kepada para pria yang menemani dirinya mencari onderdil buat Jeepnya.
"Jadi mereka semua sebenarnya tidak masalah untuk pindah asal tempatnya bagus?" tanya Direndra memastikan.
"Benar pangeran, apalagi air disini kan mulai sulit dan jauh untuk ke kota besar."
"Lalu, apa masalahnya mereka tidak mau pindah?" Direndra menatap pria yang seumuran dengan daddynya.
"Karena belum ada kepastian dimana mereka akan tinggal apalagi yang mulia keburu sakit dan tidak sempat memberitahukan rencana kita, pangeran." Iqbal memakan roti canainya.
"Lalu apa rencana eyang?"
"Menurut kabar yang diperoleh Fahd yang sudah dihubungi oleh pangeran Reyhan, sepupu anda pangeran Ayrton akan datang kemari untuk membujuk para penduduk untuk pindah."
Direndra terkejut. Bukannya si Ayrton lagi mengejar Mariana di Singapura? Memangnya sudah disuruh pulang sama Oom Reyhan?
"Kenapa pangeran?" tanya Iqbal bingung.
"Aku hanya terkejut saja Ayrton akan kemari. Sebab setahuku dia sedang berada di Singapura ada misi pribadi." Direndra memegang dagunya.
"Misi pribadi?" Iqbal menatap Direndra dengan tatapan bertanya.
"Biasa, soal wanita. Coba aku hubungi Ayrton."
Iqbal pun tersenyum maklum.
***
"Jadi kamu disuruh pulang sama Oom Reyhan?" tanya Direndra yang menggunakan telepon satelit karena sinyal ponsel di dusun Al Shiba benar-benar payah. Bahkan untuk online internet, mereka memasang disc tersembunyi yang berada di atap rumah dan ditutup beberapa tumpuk batu bata yang terdapat di atas.
"Iya. Katanya kamu membutuhkan bantuan, Ndra."
"Aku masih melakukan pendekatan pelan-pelan Ay. Karena kamu tahu sendiri kan bagaimana orang yang sudah sekian puluh tahun harus pergi dan itu sama saja mencabut akar yang sudah tertanam kuat."
"Iya sih, tapi aku akan membeberkan blue print yang dibuat kalian dan Oom Reyhan sudah bertemu dengan Eyang Hasyim dan Paman Fadh untuk membicarakan layout rancangan yang nyaris sama persis dengan dusun Al Shiba hanya saja disana dekat oase dan sungai kecil." Ayrton menatap blue print yang terpampang di meja kerjanya.
"Aku minta besok kalau kamu datang kemari, jangan sampai mereka tahu kita saling mengenal" pinta Direndra.
"Lho kamu disana jadi apa Ndra?" tanya Ayrton bingung.
"Aku menjadi guru di sekolah dasar dan satu-satunya sekolah yang ada di dusun ini."
"Haaaaahhh?" Setelahnya Ayrton tertawa terbahak-bahak. "Ya Allah Direndra. Kita itu sama-sama mendekati anak-anak."
"Lho memang kenapa?"
"Mariana itu punya anak, Ay. Dia wanita dengan anak satu."
Direndra melongo. "Aku kira hanya tua dia lima tahun dari kamu tapi ternyata sudah memiliki anak."
"Iya, namanya Zinnia, usia empat tahun dan panggilannya adalah Zee."
Direndra tersenyum mendengar suara sepupunya terdengar hangat saat membicarakan Zinnia.
"Kamu sangat menyukai anaknya Mariana ya?"
"Benar Ndra. Kamu tahu, saat sebelum aku kembali ke Dubai, aku menghabiskan waktu bersama Mariana dan Zinnia. Aku merasa seperti sudah memiliki keluarga kecil dan aku merasakan sesuatu yang nyaman."
"Kalau proses pemindahan ini sudah selesai, segera kamu lamar Mariana sebab dari gayamu bercerita, kamu sudah siap menjadi ayah sambung Zinnia."
Ayrton terkekeh. "Sekarang saja aku sudah rindu mereka berdua."
"Kau benar-benar jatuh cinta ya bro?"
"Tampaknya begitu Ndra."
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
za_syfa
jadi bener ya mereka pendekatan lewat anak anak Krn biasanya anak anak lebih bisa merasakan mana yg bener bener tulus dan mana yg cuma modus 😂😂😂😂😂
2022-07-04
2
ꍏꋪꀤ_💜❄
yoook yg 2 udah ketemu pawangnya....
2022-07-04
1
ꍏꋪꀤ_💜❄
ke KUA pun bakal di temanin y ndra😂😂😂
2022-07-04
1