"Memangnya besok mau kasih test apakah guru Abi?" tanya Raana saat mereka berjalan beriringan menuju kelas yang hendak diajar.
"Hanya menghapalkan noun dari semua yang saya ceritakan seperti tadi. Biar hapal macam macam benda dalam bahasa Inggris."
"Apakah ada rencana menceritakan cerita lainnya?" tanya Raana penasaran karena cerita yang diberikan Direndra berbeda dengan yang didengarnya waktu kecil.
"Habis test kecil, aku akan menceritakan soal shallot dan garlic."
Raana menatap Direndra dengan tatapan bingung. "Kamu mau cerita soal masak?"
Direndra terbahak. "Besok kamu akan tahu."
Raana tampak penasaran. "Kamu hutang cerita padaku, guru Abi."
"Silahkan datang ke kelas saya besok."
Raana mengangguk dan tersenyum manis. Keduanya pun berpisah dan menuju kelas masing-masing.
***
Direndra dan Iqbal mempelajari peta terbaru wilayah Al Azzam yang baru diberikan oleh Fahd. Keduanya tampak serius melihat wilayah mereka yang cukup luas dan berusaha memindahkan dusun Al Shiba dengan demografis yang lebih baik dari dusun mereka.
"Sepertinya dipindahkan ke area sini bisa Paman. Luasannya hampir sama tapi ini malah bagus ada oase dan sungai kecil" ucap Direndra.
"Besok kan hari Minggu, coba aku akan membujuk pelan-pelan." Iqbal menatap pangerannya.
"Aku akan minta Oom Reyhan membangun rumah-rumah dengan layout sama dengan dusun ini agar mereka tidak merasa pindah drastis."
"Fahd sudah mengambil foto-foto satelit dusun ini dan mulai membuat blue print nya. Saya tahu apa yang anda pikirkan pangeran" senyum Iqbal.
"Thanks paman. Tidak rugi aku bawa paman kemari" kekeh Direndra.
"Karena saya tahu anda dan yang mulia tidak ingin mereka merasa kehilangan dusun mereka. Apalagi tanah yang pangeran ambil, lokasinya juga bagus."
"Kita akan melakukan pembujukan pelan-pelan paman. Berapa lama pembangunan untuk sesuai dengan layout?"
"Perkiraan sekitar enam bulan maksimal pangeran."
Direndra mengelus dagunya. Cukup untuk proses ground breaking karena sesuai dengan juklak maksimal satu tahun.
"Kenapa dusun Al Shiba tidak mengambil tanah yang itu paman?" tanya Direndra.
"Karena dulunya di area situ adalah tempat kedua saudara angkat yang mulia putri Thara melakukan perbuatan maksiat. Dulunya daerah situ dibangun beberapa rumah bor*Dil oleh dua orang lucknut itu tapi keduanya sudah dihabisi oleh tuan Aidan Blair, ayah anda dan tuan Arjuna McCloud."
"Tapi sekarang daerah itu sudah dibersihkan kan paman?" tanya Direndra.
"Semua berkat paman anda, tuan Levi Reeves dan tuanku putri Sabine Al Jordan yang menhancurkan semua bangunan disana hingga rata dengan tanah."
Direndra meringis mendengar Tante Sabine nya memang bar-bar. Ibu dari Ayrton itu memang ceplas ceplos yang berbeda dengan suaminya Karl Schumacher. Direndra bersyukur Ayrton mirip Karl yang kalem, tidak seperti mamanya.
"Setelah sekian puluh tahun berarti tanah itu memang kosong ya Paman?"
"Yang mulia memang ingin tanah itu kosong dulu sekian lama agar semua maksiat hilang dulu, pangeran."
"Tapi ini sudah 25 tahun lamanya tanah itu kosong dan yang mulia eyang memang sudah membangun mesjid disana untuk para musafir yang datang untuk beribadah." Direndra melihat sebuah mesjid kecil yang dibangun eyangnya disana.
"Benar pangeran. Sudah waktunya orang-orang ini pindah ke tempat lebih baik."
***
Ayrton mengerenyitkan dahinya ketika Oomnya Reyhan memintanya pulang ke Dubai untuk membantu Direndra memindahkan banyak penduduk dusun Al Shiba ke tanah yang sudah dipilih oleh keluarga Al Azzam.
"Aku harus pulang Oom?" tanya Ayrton.
"Iyalah kamu harus pulang karena Direndra dan Iqbal sedang berada disana untuk berbaur dengan para penduduk. Saat ini Al Azzam sedang membangun rumah-rumah penduduk Al Shiba yang mirip dengan dusun lama tapi lebih baik kwalitasnya. Kamu membawa bendera Al Jordan dan berusaha membujuk mereka untuk pindah." Reyhan memaparkan dengan gamblang.
Ayrton mengusap wajahnya dengan kasar. "Ya sudah Oom, besok aku akan pulang tapi aku harus bertemu dengan seseorang dulu."
"Apakah Mariana?" goda Reyhan sambil tertawa.
"Bukan Oom."
"Siapa Ay?"
"Zinnia."
"Haaaaahhh? Siapa lagi itu Ay?"
"Gadisku" sahut Ayrton cuek.
Reyhan hanya melongo diseberang. Bukannya Ayrton lagi dekat dengan Mariana, kenapa jadi Zinnia?
***
Hari Minggu yang cerah ini di Singapura, Ayrton mengajak. Mariana dan Zinnia berjalan-jalan dengan menikmati transportasi umum. Entah kenapa dirinya lebih suka berpetualang bersama dengan Mariana dan Zinnia yang hari ini berbaju santai.
Ayrton sendiri memilih memakai kaos bewarna army dan jeans serta topi dan backpack sedangkan Mariana memakai blus hitam putih dan celana biege. Zinnia sendiri meniru style dari Ayrton yang membuat banyak mengira gadis cilik itu adalah putrinya.
"Oom Ayrton." Zinnia memanggil Ayrton.
"Ya Zee?"
"Tadi ada aunty tanya apa aku anak Oom. Aku bilang bukan tapi dianya nggak percaya."
Ayrton menatap Mariana yang wajahnya memerah.
"It's okay Zinnia, kan dia tidak tahu."
"Iya sih."
Kini mereka semua sedang berada di area food court Orchard Road, bernama Food Village Takashimaya.
"May, Zee, besok aku akan pulang ke Dubai dan harus." Ayrton menatap ke kedua gadis beda usia di hadapannya.
"Lho? Oom Ayrton mau ke Dubai?" tanya Zinnia.
"Iya, Oom harus kembali untuk bekerja lagi."
"Apa Zee boleh ikut?" wajah gadis cilik itu tampak memelas dan ingin menangis.
"I'm sorry Zee tapi kamu besok kan harus ke sekolah? Bukannya kamu sudah janji dengan mama kalau Desember nanti rapot kamu dapat bintang lima semua, akan diajak ke Dubai?" Ayrton tersenyum ke arah Zinnia.
"Apa tidak boleh ke Dubai dulu, raport belakangan?" tanya Zinnia sok negosiasi.
"Tidak boleh anak cantik! Itu namanya licik" kekeh Mariana gemas.
"Oom Ayrton kesini lagi nggak?" tanya Zinnia penuh harap.
"Kalau pekerjaan Oom disana sudah selesai dan bisa Oom tinggal sebentar, insyaallah Oom akan kemari." Ayrton menatap Zinnia dengan serius.
"Janji ya Oom" ucap Zinnia sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
"Insyaallah janji" balas Ayrton yang juga memberikan jari kelingkingnya.
"Kamu harus pulang, Ton?" tanya Mariana.
"Iya, aku harus membantu Direndra untuk memperlancar proyek besar kami dan memang membutuhkan banyak pihak agar bisa segera direalisasikan." Ayrton memandang Mariana dengan lembut.
"Semoga proyek kalian berjalan dengan lancar, Ton."
Ayrton mengangguk. "Aamiin. Terimakasih atas doanya, May."
Ketiganya melanjutkan makan siang sambil bercerita macam-macam dan para pengawal pun diam-diam mengambil gambar mereka bertiga yang dikirim kan ke Senna Al dan Javier Arata.
Kedua Opa itu hanya tersenyum melihat hasil foto yang dikirimkan oleh pengawal Ayrton.
Tampaknya Ayrton menikmati menjadi calon ayah tiri Zinnia. - batin Senna.
Meskipun masih muda, tapi Ay tampak dewasa. - batin Javier.
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
wah.. opa Javier beneran biro jodoh klan pratomo😅😅😅
2024-09-26
1
Ermi Sardjito
wah.....opa javier.....sudah mulai mau jodohin nih.....
2022-10-16
1
wonder mom
lbh adem baca disini. stl agak es moci di revenge. mmg sesuai judulnya c cm agak g trima smp anggota klan kalah sm mafia licik
2022-07-04
2