Ayrton menatap tidak percaya melihat hasil penyelidikan Bryan Smith, Oomnya yang merupakan didikan ayahnya Abian Smith dan Joshua Akandra. Data-data di iPad yang diberikan oleh Karl membuat pria tampan itu galau.
Mariana Danica Hadiyanto, putri almarhum Danny Prayudi dan Utami Hadiyanto. Lahir 29 tahun lalu, memakai nama belakang sang ibu karena hubungan tidak baik dengan keluarga ayahnya. Lulusan ESMOD Jakarta, memiliki seorang putri bernama Zinnia Hadiyanto yang berusia empat tahun.
"Tapi siapa suaminya tidak diketahui, Dad." Ayrton menatap ayahnya.
"Karena nama ayahnya disembunyikan oleh keluarga Hadiyanto. Bryan masih menggali lebih dalam lagi." Karl tersenyum tipis ke Ayrton. "Mumpung kamu belum terlalu dalam, baru sekedar naksir, daddy sarankan kamu mundur dulu sampai semuanya jelas."
Ayrton menatap ke arah Mariana yang masih asyik ngobrol dengan Sabine. Ya ampun. Sekalinya aku suka dengan seorang gadis dan benar-benar ingin serius, ada saja rintangannya.
***
Sabine berhasil merayu Mariana untuk makan siang bersama mereka di sebuah restauran Jepang yang berada di Marina Bay.
Keempatnya kini duduk bersama sambil menanti pesanan dengan posisi Karl berdampingan dengan Sabine, Ayrton dengan Mariana. Gadis itu tampak cantik dengan blazer motif hitam dan tank top putih.
"So, Mariana. Tante pengen tahu tentang kamu" ucap Sabine setelah mereka selesai memesan makanan.
"Tentang apa Tante? Saya lulusan ESMOD Jakarta, usia 29 tahun. Dan...saya mempunyai seorang putri berusia empat tahun bernama Zinnia." Mariana menjawab dengan senyuman.
Karl dan Sabine saling melirik dan keduanya memberi kode bahwa Mariana tidak menutupi keadaannya.
"Putri?" tanya Ayrton dengan sedikit shock.
"Iya, Ton. Eh maaf kalau saya panggil nama atau saya panggil dengan gelar atau gimana?" Mariana menatap bingung karena selama beberapa hari ini mereka santai saja karena acara non formal.
"Panggil nama nggak papa May, bukankah aku juga panggil kamu nama" jawab Ayrton yang hatinya sedikit mencelos.
"Zinnia dimana, Riana?" tanya Sabine.
"Zinnia di Jakarta Tante, bersama mama. Kan masih liburan sekolah tapi nanti pas masuk baru kembali ke Singapura."
"Kemarin kok kami tidak melihat?" tanya Sabine dengan nada santai.
"Zinnia ada kok Tante cuma bersama sepupu aku yang lain karena sambil bermain dengan keponakan aku juga."
Ayrton mencoba mengingat-ingat saat ijab seorang gadis cilik berusia empat tahun tapi kemarin banyak anak kecil juga termasuk keponakannya jadi dia tidak terlalu memperhatikan.
"Kan kemarin Oom Kresna bilang bakalan ada ruang bermain buat anak-anak supaya nyaman merekanya, jadi kami membawa anak-anak kami ke ruang bermain disana."
Sabine dan Karl tertawa kikuk. "Iya kemarin memang Yanti dan Haura memikirkan itu agar acara ijab berjalan lancar."
Yanti dan Haura menyulap sebuah paviliun halaman belakang menjadi ruang bermain anak-anak yang lengkap fasilitasnya termasuk anak-anak yang berusia SD bisa bermain PlayStation.
"Resepsi memang tidak ikut ya?" tanya Sabine lagi.
"Tidak Tante, Zinnia bilang ngantuk dan capek karena seharian asyik bermain dengan banyak teman-teman sebayanya jadi di rumah bersama baby sitternya."
"Maaf Tante kepo. Suami kamu kemana?" tanya Sabine pelan-pelan.
Wajah Mariana sedikit kecut. "Sudah meninggal."
Ketiga orang disana terkejut. "Oh maaf kalau Tante membuat kamu tidak nyaman."
"Oh it's okay Tante. Lagipula dia juga. sudah tidak ada di dunia ini." Wajah Mariana berubah dingin saat membicarakan suaminya.
Ayrton menatap wajah cantik itu dengan menahan mati-matian agar tidak memegang tangan Mariana untuk memberikan support.
"Yuk kita makan dulu. Sudah, kita tidak usah bicara sedih-sedih." Karl pun menengahi.
***
Ayrton berjalan sambil melamun dan hanya mengikuti kedua orangtuanya yang asyik melihat-lihat di Orchard Road.
Jadi dia sudah pernah menikah dan tidak menutupi fakta bahwa dirinya sudah punya anak.
Ayrton sangat menghargai keberanian Mariana untuk berbicara jujur mengenai Zinnia meskipun dirinya tidak yakin bahwa dirinya akan mendengar sendiri dari bibir gadis itu. Gadis? Wanita kali Ay.
"Ay, ayo ! Katanya mau jalan-jalan bersama kok malah ngelamun." Sabine lalu menarik putranya yang tinggi itu dan membuatnya dirinya diantara Karl dan Ayrton. "Ih, kenapa kalian tinggi-tinggi semua sih?"
"Gizi yang diberikan mommy kan memang bagus" ucap Ayrton.
"Bibit unggul dari Daddymu tahu nggak?" balas Karl.
"Kalau mommy tidak menjaga pola makan dan gizi yang bagus waktu aku di perut, nggak mungkin aku bakalan seperti ini."
"Eh Ay, tiap malam Daddy kasih gizi maha penting ke kamu melalui mommymu saat kamu masih bertapa di dalam perut. Jadi, jangan cuma mommymu saja yang kamu puji!" Karl menatap sengit ke putranya.
Kedua pria berbeda usia dengan wajah tampan saling berpandangan judes satu sama lain.
Sabine hanya menggelengkan kepalanya. "Oh astaga!"
***
Acara makan malam keluarga Schumacher memilih untuk makan di area street food karena mereka memang ingin menikmati hari. Karl langsung memesan laksa favoritnya sedangkan Sabine lebih memilih kwetiau goreng dan Ayrton memilih nasi lemak.
Laksa Singapore
Nasi Lemak
Kwetiau Goreng
"Mom?" panggil Ayrton.
"Yes boy?"
"Mom nggak papa tuh makanan berminyak gitu?"
"Mumpung disini, kenapa harus menahan diri? Santai saja lah Ay. Nanti malam paling nge-gym sama Daddymu" cengir Sabine yang disambut seringai menyebalkan ala Karl.
"Ish, ortuku meshum!" sungut Ayrton sebal.
"Kalau kami nggak meshum, kamu juga masih di awang-awang kagak turun ke bumi" balas Karl asal.
"Astaghfirullah! Daddy!" protes Ayrton.
"Ay, kita bicara serius ya" wajah Karl berubah menjadi serius. "Bagaimana perasaan mu ke Mariana?"
"Masih sama. Aku malah lebih suka dengan gadis yang berkata apa adanya tanpa ada yang ditutupi. Kita tahu dia sudah punya anak tapi kita juga menunggu apakah dia mengatakan sendiri atau tidak." Ayrton menatap serius ke ayahnya.
"Ay, mommy tidak menyalahkan kamu tertarik dengan gadis itu karena sepanjang mommy ngobrol dengan Riana, dia adalah gadis yang menyenangkan dan cerdas." Sabine tampak serius. "Hanya saja, status dan perbedaan usia kalian itu sangat mencolok."
"Pasti Mariana tidak lolos screening kalian kan? Aku tuh heran kenapa kalian selalu seperti itu!" nada suara Ayrton agak naik sedikit namun setelahnya dia terdiam. Seumur hidupnya, Ayrton nyaris tidak pernah berbicara dengan nada agak tinggi kepada Sabine.
Semua para anak laki-laki keluarga Pratomo tidak pernah berani melawan sang ibu dan itu sudah ditetapkan sejak generasi pertama hingga generasi kelima.
"Ayrton, mommy hanya ingin kamu memikirkannya bukan hanya screening dari kami. Karena tidak lah mudah berhubungan dengan seorang wanita yang sudah memiliki anak sebab mereka akan memikirkan anak terlebih dahulu dibandingkan pria yang mendekatinya. Bagi mereka kenyamanan dan kemananan anak sangatlah penting untuk melangkah lebih jauh lagi." Sabine memegang tangan putranya.
"Ay, kamu baru 24 tahun. Apakah kamu sanggup jika memang Mariana adalah jodohmu menjadi suami dan ayah dalam waktu bersamaan? Dan apakah kamu juga bisa menjamin dirimu sendiri untuk bisa adil jika kalian memiliki anak sendiri nanti? Banyak yang harus kamu pikirkan dan bukan karena emosi sesaat saja. Nikah dan kawin gampang, Ay, tapi setelahnya itu jalan masih panjang dan kita tidak bisa memprediksi dengan apa yang akan terjadi." Karl pun menimpali ucapan istrinya.
Ayrton hanya terdiam mendengar penjelasan kedua orangtuanya.
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Maaf telat karena chapter ini sempat ke delete 😭😭😭
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***
Bonus Klan Toyib eh...Reeves
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
dengerin dan resapi dulu lah Ay pendapat orang tuamu jangan asal. emosi dulu, aku tetep mendukungmu kok 😅😅😅
2024-09-26
2
Murti Puji Lestari
bonus para toyib yang cakepnya aduhai tapi mulut cabenya juga nauzubillah 😅😅😅
2024-09-26
1
Lusy Aristiani
Opa Eiji yg kalo manggil istrinya diajeng Aya aya.... 😝😝😝😝
2024-04-18
1