Direndra benar-benar terpesona dengan gadis cantik yang berada di hadapannya. Jadi dia yang bernama Raana Lamira. Pria itu melirik ke arah Iqbal yang mengucapkan terima kasih kepada Raana. Gadis itu pun mengundurkan diri dan Iqbal menutup pintu rumah.
Salah satu sahabat Aidan Blair itu tersenyum melihat wajah Direndra yang tampak bodoh terkesima dengan seorang gadis.
"Pangeran, itu mulut jangan lebar-lebar nanti hewan pada masuk" goda Iqbal.
"Ih apaan sih paman Iqbal" gerutu Direndra.
"Yuk kita makan dulu." Iqbal membawa nampan itu ke ruang serbaguna dan meletakkannya diatas lantai karena memang kondisi tempat itu lesehan.
"Wah, roti canai dan kari kambing" seru Iqbal.
Direndra duduk bersama Iqbal.
"Baunya enak." Direndra tersenyum. "Mari kita makan."
Kedua orang itu lalu mulai memakan hidangan yang diberikan oleh Raana. Direndra mengakui masakan yang dibawa Raana sangat lezat. Tapi apa karena efek lapar ya?
Usai makan malam, Iqbal membersihkan alat makan kotor sedangkan Direndra menyiapkan tempat tidur. Tidak ada fasilitas mewah, yang ada hanyalah rumah sederhana bahkan AC saja adalah AC lama.
"Pangeran, anda tidak apa-apa tidur di tempat seperti ini?" tanya Iqbal.
"Santai saja Paman. Anggap saja kita sedang kemping" cengir Direndra sambil mengambil sikat gigi dan odol dari tas travelingnya.
"Besok, apa yang anda lakukan?" tanya Iqbal yang juga mengambil alat gosok giginya.
"Berkeliling dusun ini. Dan mencari cara untuk membujuk mereka."
***
Ayrton kini menatap ke kedua orangtuanya untuk mengetahui reaksi mereka setelah mengetahui keadaan Mariana yang sebenarnya.
"Astaga, jadi dia mengadopsi keponakannya sendiri yang merupakan hasil selingkuh?" ucap Sabine. "Kalau mommy, jelas tidak sanggup."
"Mungkin Mariana berpikir bahwa tidak ada yang mau merawat anak tidak bersalah dan keluarga yang laki juga tidak mau merawat." Karl mengusap bahu istrinya.
"Tapi sampai menolak menikah itu kan keterlaluan!" sungut Sabine.
"Bine, Mariana bukan menolak menikah tapi para prianya yang mundur teratur ketika tahu anak itu punya anak. Tidak semua pria mau menerima wanita yang sudah punya buntut. Bukankah kamu sendiri pasti yang diutamakan anak kan, baru suamimu yang ganteng ini?" ucap Karl.
Sabine menoleh ke arah suaminya yang berdarah Jerman. "Oh, sayang. Kamu memang benar-benar jodoh aku, bijaksana dan pengertian." Wanita cantik itu pun mencium bibir suaminya tanpa malu di depan Ayrton.
"Oh ya Allah, kalian tuh!" sungut Ayrton kesal melihat kedua orangtuanya yang sering tidak lihat tempat saat saling mengekspresikan perasaan masing-masing.
Namun Ayrton tidak menyalahkan Sabine dan Karl, karena baik opa - Oma, Oom - Tantenya, semua sepupunya yang sudah menikah, akan seperti itu. Tak heran jika pernikahan mereka awet dan rukun serta hanya dipisahkan oleh maut.
"Ay, jika kamu memang benar-benar jatuh cinta dengan Mariana, dad harap kamu serius dengan segala sikap kamu." Karl menatap putranya setelah melepaskan ciuman dari istri cantiknya.
Ayrton menatap Karl dengan wajah sedikit lega. Setidaknya kedua orangtuaku tidak melarang aku mencoba mendekati Mariana.
"Ay, mommy tidak melarang kamu jatuh cinta dengan Mariana tapi mommy berpesan padamu, jangan permainkan wanita yang memiliki anak karena dalam hati mereka pasti memiliki ketakutan bahwa pasangannya hanya ingin memiliki dirinya dan menolak anak yang dibawanya." Sabine memegang tangan putranya.
"Tanggung jawab kamu akan lebih besar dua kali karena tidak hanya bertanggung jawab dengan pasanganmu juga anaknya. Jadi sebelum kamu melangkah lebih jauh, pikirkan terlebih dahulu" sambung Karl.
Ayrton menganggukan kepalanya. Dirinya sendiri juga punya tanggung jawab di Al Jordan karena Enzo sendiri lebih memilih mengejar kariernya di dunia balapan jadi dirinya dan Reyhan sekarang yang lebih banyak bertanggung jawab.
***
Direndra dan Iqbal terbangun dengan adzan subuh yang berkumandang di dusun Al Shiba. Keduanya sempat mengalami disorientasi tempat apalagi terbangun di tempat asing.
"Pangeran, tampaknya para pria disini berbondong bondong ke mesjid lokal." Iqbal mengintip dari balik jendela.
"Ya sudah, kita sholat subuh berjamaah saja di mesjid." Direndra pun berdiri untuk mencuci mukanya dan mengganti piyamanya dengan thawb ( gamis pria ) lalu menuju ke mesjid bersama Iqbal. Di tengah jalan mereka bertemu dengan banyak kaum pria yang hendak ke mesjid dan keduanya pun berbaur bersama mereka.
***
Ayrton tiba di Changi bersama dengan Safira yang hendak melanjutkan studinya di fakultas kedokteran di Yong Loo Lin School of Medicine, National University of Singapore. Seperti perjanjian dengan suaminya, Bagas, Safira tetap melanjutkan studinya yang tinggal sebentar lagi selesai.
Bagas merasa aman karena istri cantiknya pergi ke Singapura bersama sepupunya dan tidak sendirian. Setelah menikah, kadar posesif Bagas menjadi meningkat drastis hingga terkadang tidak masuk akal sampai Safira sering merasa jengah dengan suami judes dan galaknya.
"Kamu dikasih list pesan apa saja sam Oom Bagas?" tanya Safira saat mereka menunggu koper-koper mereka keluar dari bagasi pesawat ke conveyor belt.
"Jangan sampai kamu ceroboh saja" senyum Ayrton sembari menatap sepupu cantiknya.
"Iiissshhh, Oom-oom meshum itu ya!" gerutu Safira sambil manyun.
"Oom-oom meshum itu suami kamu juga, Fira" kekeh Ayrton yang geli dengan hubungan Safira dan Bagas yang lebih banyak absurdnya.
Wajah Safira memerah teringat serangan fajar yang dilakukan suaminya dengan alasan mood booster sebelum dia kembali ke Singapura. Padahal ya lusa kan Sabtu, dia juga kesini tapi memang dasar mantan player, bikin aku ketagihan juga.
"Ya ampun, wajah kamu sampai memerah gitu!" gelak Ayrton. "Si Oom meshum apain kamu tadi pagi?"
Safira mendelik ke arah Ayrton yang menggoda dirinya dengan wajah jahil.
BUGH!
"Ayrton nyebelin!" bentak Safira malu kepergok sepupunya. Pria tinggi itu hanya terbahak.
***
Direndra dan Iqbal mulai memasak makanan dengan bekal yang dibawa dari istana bahkan dengan cueknya pewaris Al Azzam itu membawa mie instan satu dos untuk persiapan jika kelaparan disana meskipun dirinya tidak yakin akan kelaparan sekarang karena ada pasar kecil disana.
"Setidaknya ada pasar, Pangeran, jadi aman lah kita" ucap Iqbal yang memang bisa memasak. Direndra sendiri bisa memasak karena didikan sang Daddy dan mommy meskipun tidak seprofesional keduanya atau sepupunya Rajendra.
"Iya paman Iqbal, jadi kita bisa masak-masak disini." Direndra melihat dari jendela rumah sementaranya banyak anak-anak kecil berbondong-bondong ke sekolah. Penasaran, Direndra pun hendak keluar mengikuti anak-anak itu.
"Pa... eh Abi, kamu mau kemana?" tanya Iqbal sedikit berteriak.
"Aku jalan sebentar paman." Direndra pun keluar rumah dan mengikuti anak-anak berusia 6 sampai 11 tahun itu. Dirinya tiba di sebuah bangunan panjang di dekat pinggiran dusun dan tampak Raana duduk disana dengan gaun biru panjang menyambut para anak-anak itu.
Direndra menatap kegiatan gadis itu, gadis mungil yang cantik karena dia bisa mengira tinggi gadis itu hanya 163 cm dibandingkan dengan tingginya yang 187 cm.
Raana melihat Direndra berdiri di depan sekolah nya lalu menghampiri pria itu.
"Apakah Anda bisa mengajar tuan Akbar?" tanya Raana dengan mendongak karena dirinya kalah tinggi dengan Direndra. "Karena rekan saya tidak bisa datang untuk mengajar."
Direndra melongo. "Me ... mengajar? Mengajar apa?"
"Apakah Anda bisa bahasa Inggris? Jika bisa, saya minta tolong mengajar anak-anak kelas dua SD."
Direndra hanya bisa mengangguk bodoh. Sial! Aku terpesona dengan kecantikan Raana.
***
Yuuuhhuuu Up Pagi Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
ibu guru yang cantik sekali 😅😅😅
2024-09-26
1
Novia Ayu
laperrrrr
2024-09-09
0
ellyana imutz
restu dr ortu udh dpt tgl menyakin mariana dan mendekati anak ny ....semangat ayrton.....
pucuk d cinta ulam pun tiba niat hati mo bujukin warga biar mo pindh mlh jatuh hati m gadis desa .....
2022-06-29
2