"Akan aku ceritakan padamu..." Bagas menatap Ayrton. "Aku harap setelah mendengarkan dan mengetahui situasi yang sebenarnya, kamu bisa memikirkannya lagi. Dan jika kamu ingin mundur, aku tidak menyalahkan."
Ayrton tetap menunggu penjelasan Bagas.
"Zinnia bukanlah anak Mariana."
Ayrton terkejut. "Lalu anak siapa?"
"Mariana memiliki seorang kakak perempuan bernama Mareta. Zinnia adalah anak Mareta." Bagas menyesap minumannya lagi. "Sebenarnya ini adalah aib keluarga Hadiyanto tapi karena kamu tampaknya tertarik dengan sepupuku itu, maka kamu harus tahu sebenarnya sebelum keluarga kalian men screening lebih dalam lagi."
"Apa yang terjadi?" tanya Ayrton sedikit tidak sabar.
"Aku ceritakan dulu, jangan kamu potong." Bagas berdehem.
"Mariana memiliki seorang kekasih bernama Indrawan delapan tahun lalu dan mereka merencanakan untuk menikah setelah lulus dari ESMOD dan Indra lulus dari Universitas Trisakti. Namun setelah lulus, Mariana mendapatkan tawaran pekerjaan dari rumah butik Carolina Herrera yang terkesan dengan berbagai rancangannya.
Tentu saja Mariana mengambil kesempatan itu karena dia sangat menginginkan menjadi bagian desainer rumah butik terkenal. Pergilah Mariana ke Singapura dengan seijin Indra yang sudah bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Keduanya hanya bertemu di saat weekend dan Mariana semakin sibuk ditambah dia ditarik untuk acara fashion week di New York, Paris maupun Tokyo.
Tanpa Mariana tahu, Mareta iri dengan kesuksesan adiknya. Mareta sudah bekerja sebagai teller di bank milik aku cabang Lebak Bulus dan kami semua tahu Mareta selalu ingin apa yang Mariana punya termasuk Indrawan."
Ayrton terkejut. Di keluarganya nyaris tidak ada kejadian seperti itu kecuali saat Oom Mario dan Oom Marco keliru antara Tante Josephine dan Tante Marissa.
"Mareta menjebak Indra dan mengaku hamil anak Indra. Klise memang tapi kami tidak heran jika Mareta yang melakukannya karena dia orangnya egois. Tentu saja keluarga besar kami gegeran dan Tante Ayu, ibu Mareta dan Mariana merasa murka serta malu dengan ulah Mareta. Mariana hancur sehancurnya karena tidak menyangka kakaknya sendiri tega merebut kekasihnya."
Rahang Ayrton mengeras mendengar penjelasan Bagas.
"Akhirnya keduanya menikah dengan kondisi perut Mareta sudah hamil tujuh bulan karena Indra tidak mau bertanggung jawab karena merasa dijebak namun Papa ku bisa membujuk Indra mau menikah dengan Mareta sampai anak itu lahir.
Mungkin karena karma atau apa, Mareta melahirkan dengan susah payah hingga mengalami shock dan koma. Indra sendiri setelah Zinnia lahir langsung menalak Mareta."
Ayrton melongo. "Menalak disaat istrinya koma?" Pria brengsek juga si Indrawan.
"Ya, dan dengan tidak tahu malunya dia meminta Mariana menikah dengannya dengan alasan turun ranjang untuk mengasuh Zinnia karena Mareta sudah tidak berfungsi sebagai istri."
"Fu**!" umpat Ayrton.
"Yeah, Fu***! Aku bejat, Ay tapi aku tidak sebang*sat itu!"
"Mariana menerimanya?" tanya Ayrton.
"Bodohnya sepupu ku itu menerima Indra demi Zinnia. Tapi Tuhan itu baik pada Mariana agar tidak terjebak dengan kebeja*tan dan tidak tahu malunya Indra, disaat hari pernikahan, Indra meninggal kecelakaan saat hendak menuju ijab qobul."
"Astaghfirullah... Lalu bagaimana dengan Mareta?"
"Seminggu setelah Indra meninggal, Mareta pun menyusul Indra."
Ayrton mengusap wajahnya kasar. "Kasarannya Mariana itu semi janda?"
"Mariana memiliki trauma tersendiri dengan pernikahan. Sebelum dirimu, banyak yang mendekati dirinya dan selalu mengatakan bahwa dia janda anak satu hingga para pria itu mundur teratur. Makanya hingga di usianya yang menginjak 29 tahun, dia masih betah melajang. Aku tidak habis pikir, bagaimana dia bisa menerima Zinnia menjadi anaknya. Asal kamu tahu, Mariana sudah mengadopsi secara resmi karena keluarga Indrawan menolak mengakui Zinnia sebagai cucunya."
Ayrton tertegun. "Rasa kemanusiaan mungkin, Gas?"
"Yeah, itu. Zinnia tidak berdosa, yang berdosa kedua orangtuanya terutama Mareta yang sangat egois. Aku bersyukur hasil didikan tante Ayu dan Mariana, Zinnia menjadi anak yang berbeda jauh dari ibunya."
Ayrton mengangguk.
"So, setelah mendengar ceritaku, apakah kamu masih ingin mengejar Mariana? Terlepas dengan perbedaan usia dan adanya Zinnia?"
"Aku harus meyakinkan diriku sendiri dan Mariana karena tidak hanya ada kami berdua tapi juga ada Zinnia, meskipun aku belum pernah bertemu dengannya."
Bagas mengangguk. "Jika kamu tidak yakin, lebih baik mundur sebelum kamu memberikan harapan lebih kepada Mariana."
Ayrton menatap Bagas dengan wajah serius. "We'll see about that."
***
Direndra tiba di dusun Al Shiba menjelang sore hari bersama Iqbal yang menyetir dan tentu saja kedatangan mereka membuat para penduduk dusun curiga.
Melihat wajah tampan Direndra meskipun sudah dibuat lusuh dengan debu dan pasir di wajahnya sepanjang jalan dengan Jeep butut, membuat banyak orang tetap terpesona dengan wajahnya. Direndra bersyukur dirinya bukan media sosial junkie jadi wajahnya jarang terekspos.
"Maaf, tapi kami kehabisan bahan bakar dan Jeep kami pun bermasalah" ucap Iqbal dengan wajah memelas. Direndra sendiri sudah melepaskan keffiyeh yang menutupi wajahnya dan hanya menyisakan matanya yang memakai kacamata hitam.
"Kami ada bensin sedikit tapi anda berdua akan berbahaya jika hendak melanjutkan perjalanan" ucap salah seorang pria tua disana.
"Paman" panggil Direndra. "Sebaiknya kita istirahat sementara disini sekalian mengistirahatkan Jeep kita."
"Kau benar Abi. Lagian ini sudah menjelang gelap. Maaf tuan, apakah di dusun ini ada penginapan?" tanya Iqbal sopan.
"Maaf tuan kalau penginapan tidak ada tapi ada beberapa rumah kosong yang sudah ditinggal penghuninya."
Pria tua itu menunjukkan sebuah rumah yang terbuat dari tanah liat dan batu khas Timur Tengah yang tidak terlalu jauh tempat Jeep mereka berhenti.
"Ini rumahnya. Jika anda tidak suka, saya..."
"Kita disini saja tidak apa-apa" jawab Iqbal cepat.
Pak tua itu membuka pintu rumah berwarna kuning kecoklatan itu.
Direndra melihat interiornya yang benar-benar khas keluarga menengah di Arab Saudi. Baginya ada tempat menginap saja sudah bagus.
"Kita sementara disini dulu tidak apa paman" ucap Direndra.
"Kami sangat berterimakasih atas kebaikan anda tuan..."
"Ammar. Nanti cucu saya akan membawakan makanan untuk anda. Kasihan anda berdua pasti lelah dan lapar."
Direndra dan Iqbal saling berpandangan. "Tidak usah repot-repot tuan Ammar."
"Saya belum mengetahui nama kalian berdua."
"Saya Iqbal bin Akbar dan ini keponakan saya Abi bin Akbar."
Iqbal mengganti nama belakang mereka dari Giandra ke Akbar, seperti yang dipakai Hasyim dulu sewaktu kabur ke Indonesia.
Giandra nama yang spesifik, pangeran. Lebih baik kita pakai nama pasaran saja.
"Baik Tuan Iqbal dan Nak Abi. Saya permisi dulu" pamit Ammar.
Setelahnya Iqbal dan Direndra meletakkan duffle bag mereka lalu mulai membereskan bawaan mereka. Keduanya sengaja memilih tas yang sudah lusuh meskipun masih bermerek.
"Assalamualaikum" terdengar suara feminin yang membuat keduanya menoleh ke arah pintu. Tampak seorang gadis cantik dengan gaun bewarna pink berdiri disana sambul membawakan nampan yang ditutupi dengan tudung saji.
Direndra terpesona melihat wajah gadis itu.
"Wa'alaikum salam" balas Iqbal yang menyenggol lengan pangerannya.
"Wa... wa'alaikum salam" balas Direndra.
"Saya membawakan makanan untuk kalian berdua. Maaf hanya makanan sederhana" senyum gadis itu.
"Terimakasih" ucap Iqbal sembari menerima nampan. "Maaf, siapa nama anda nona?"
"Raana Lamira binti Badawi."
Direndra melongo.
Yang bengong
Obyek yang bikin bengong
***
Yuhuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
baru semi Ay, belum beneran kok, masih segelan itu 😅😅😅
2024-09-26
1
Tri Yoga Pratiwi
nama tokoh di novel ini bagus bagus, emang bener bener dipikirkan bgt, two thumbs up 👍
2023-01-11
1
Ermi Sardjito
wah....jodone direndra iki.....
2022-10-16
1