Jangan Menyerah.

Nisa baru saja selesai mandi, kini ia tengah duduk selonjoran di kasur kecil miliknya.

"Aduhh, lelah sekali rasanya." Keluh Nisa sambil memijit kakinya yang teresa pegal.

Tak lama terdengar suara kakaknya Arini memanggil." Dek di tunggu sholat, cepetan whudu." Teriak kakaknya Arini di balik pintu.

"Iya, sebentar." Sahut Nisa.

Nisa segera bangkit dari duduknya, perlahan ia menyeret kakinya dengan malas menuju kamar mandi untuk berwhudu menunaikan sholat magrib.

Selesai berwhudu Nisa segera memakai mukenah bergabung dengan kedua orangtua dan kakaknya yang sudah menunggu.

Setelah menjalankan ibadah sholat mangrib Nisa segera melipat sajadahnya dan berniat kembali ke kamar meletakkan kembali peralatan sholat.

Saat hendak bangkit Nisa di panggil ibunya." kamu tadi dari mana Nis, kok pulangnya sore sekali?." Tanya Ibu di sela melipat mukenah miliknya.

"Nisa tadi latihan silat bu, Nisa tadi sudah pamit sama Kakak." Ujar Nisa.

Ibu segera bangkit dari duduk nya." Iya Nak, tidak apa-apa Ibu hanya bertanya, karena tidak biasanya kamu pulang berbarengan dengan Ibu sama Bapak." Terang Ibu.

" Ya sudah sekarang pergilah ke kamar, kita makan dulu." Kata Ibu sebelum meninggalkan Nisa menuju kamarnya.

Nisa Pun segera ke kamar untuk meletakkan kembali mukenah ke tempatnya semula.

Mereka makan dengan lahapnya, tanpa ada yang bersuara. Karena hanya ada suara sendok yang berdenting.

Mereka fokus menyantap nikmat yang di berikan sang penciptanya, lauk makan mereka pun sederhana. Hanya ada, Sayur kangkung, tahu goreng, sambal embam dan mentimun sebagai lalapan.

Setelah merasa kenyang, Nisa segera memgambil alih piring kotor untuk segera di cuci.

Sedangkan kedua orangtuanya sudah pergi ke depan untuk duduk sambil menonton acara di tv kecil mereka.

Selesai mencuci piring dan membersihkan meja makan Nisa segera beranjak menuju kamar untuk merebahkan badannya yang terasa lelah.

*

*

*

Kedua orangtua Nisa sedang menonton acara dangdutan dengan di temani Arini di sampingnya." Arini adikmu mana?." Tanya Ibu pada Arini yang duduk di sebelahnya.

Arini menoleh ke arah kamar Nisa yang tertutup rapat."Mungkin sedang istirahat Bu, mungkin Nisa kelelahan karena habis latihan silat. Maklum lah Bu kalau anak baru memang begitu, belum terbiasa. Makanya terasa sangat lelah." Jelas Arini.

"Memangnya Nisa berangkat sama siapa, teman cowok atau cewek." Tanya Ibu penasaran, Karena saat Nisa pulang Ibu tidak melihat dengan jelas teman Nisa karena terhalang ordeng jendela.

"Ibu tenang saja, teman Nisa cewek kok. Teman satu sekolahan sama si Nisa." Terang Arini lagi.

Ibu pun manggut-manggut mengerti.

"Baguslah kalau begitu, Ibu khawatir jika adikmu pulang bersama laki-laki." Terang Ibu mengatakan kewaspadaannya.

*

*

*

"Gays, badan kalian pada sakit nggak habis latihan kemaren?." Kini Nisa dan teman-temannya sedang berada di teras depan kelas mereka.

"Iya Yu, badan ku lelah banget. Apalagi pas bangun tidur pagi tadi, uuu remuk rasanya tulang-tulang ku." Kelu Ayu.

" Iya sama Aku juga ngerasain hal yang sama." Cicit Dia.

"Hooh, Aku kira cuma Aku yang ngerasa badan remuk, ternyata kalian juga sama." Ujar Nisa.

"Jadi bagaimana Nis, kalian pada masih mau lanjut latihan silat nggak?, atau kita cari ektrakurikuler yang lain saja, yang tidak begitu melelahkan." Tanya Tina.

Ayu dan Dia sejenak terdiam sedang berfikir.

"Kalau Aku si masih lanjut, kalau kamu sendiri gimana Tin?, kita jalani saja dulu,." Kata Nisa balik bertanya.

"Kalau Aku ngikut saja Nis, kalau kalian lanjut Aku juga lanjut. Apalagi Aku bisa lihat calon suamiku." Jawab Tina berbinar, Ayu dan Dia pun memalingkan mata malas.

"Jadi kamu latihan hanya agar bisa lebih puas memandang Pak Andika." Sarkas Dia.

"Iya nggak juga, ada pepatah mengatakan menyelam sambil minum air. dan itu yang sedang Aku terapkan sekarang." Ujar Tina dengan senangnya.

" Banyak alasan kamu Tin, jelas-jelas Pak Andika sudah punya pacar. Kayak nggak ada cowok lain saja." Ujar Dia sewot.

" Terserah Aku dong, kenapa jadi kamu yang sewot." Tutur Tina jengkel.

" Lagi pula masih pacar, belum jadi istri. Siapa tau Pak Andika berpinda haluan ke Aku." Sambung Tina.

"Mimpi jangan terlalu tinggi Tin, nggak enak kalau jatuh. Lagi pula Pak Andika itu jauh lebih tua dari kamu." Ujar Dia tak mau kalah.

"Memangnya kenapa kalau lebih tua, malahan bagus. Pola pikir nya tentu sudah matang, lebih bisa memahami kita yang usianya lebih muda."

"Hari ini kita latihan lagi kan?." Tanya Nisa mengalihkan perdebatan dua temannya yang tiada hentinya.

Reflek Tina dan Dia diam berhenti adu mulut, sambil memasang wajah masam saat kedua nya bertatapan.

"Iya, belum hilang rasa lelah. Sore nanti di tambah lagi." Keluh Ayu.

Nisa menggeleng kepala mendengar penuturan Ayu." Kita nggak boleh ngelu Yu, siapa tau nanti ada hal yang terbaik menanti kita di sana. Namanya saja proses, Aku yakin jika kita melakukannya dengan ikhlas pasti akan terasa lebih muda dan ringan." Ujar Nisa sok bijak.

"Awalnya kita memang akan merasakan sangat melelahkan, tapi lama kelamaan kita akan terbiasa. Begitu kata kakak ku, jadi sekarang kita harus belajar dengan semangat dan latihan pun juga harus semangat dan ikhlas, supaya usaha kita tidak sia-sia."

Tina, Ayu, dan Dia terdiam mencerna setiap yang di ucapkan oleh Nisa.

"Iya Nis, kita ini baru sehari saja sudah mengelu. Maaf Nis Aku lupa, kalau kesuksesan tidak ada yang instan. Harus di penuhi perjuangan dan tekad yang kuat. Dan tentunya banyak rintangan yang akan kita lewati di setiap jalan nya." Ujar Ayu menyesal dengan ucapannya.

"Nggak usah Minta maaf yu, Aku juga sebelum nya juga kayak kamu, mengeluh. Tapi kakakku berhasil menguatkanku dan mrngubah pola pikir ku." Jelas Nisa.

" Yang terpenting sekarang kita sama-sama harus belajar dengan semangat dan giat. Pantang menyerah." Tutur Nisa dengan mengangkat tangannya ke atas dengan tangan tergepal.

Tina, Ayu dan Dia juga melakukan hal yang sama, mengangkat tangan ke atas dengan senyum mengembang." Semangat." Teriak mereka kompak.

" Ya sudah Kita masuk yuk, siap-siap belajar." Ajak Nisa pada teman-temannya.

Teman-teman Nisa pun mengangguk pertanda setuju.

Merekapun masuk ke kelas dan bersiap-siap untuk belajar, karena bel masuk baru saja di bunyikan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!