Anisa dan Arini sudah siap dengan seragam masing-masing, Ibu dan Bapak sudah berangkat ke ladang setelah sarapan bersama. Kini tinggal mereka berdua di rumah.
Nisa tengah asik di depan cermin, memoles tipis bedak di wajahnya. Sedikit ia semprotkan minyak wangi di seragam sekolahnya, agar tidak bau ketika bertemu dengan siapa saja.
Nisa bersenandung kecil melihat penpilannya di depan cermin." Pas sudah kece badaiiii."
Nisa bangkit dari meja rias, mengambil tas dan menyematkan di kedua tangan nya. Berjalan ke luar menghampiri kakak nya Arini. Kebetulan mereka berdua sama-sama baru keluar kamar dan hendak menutup pintu.
"Kamu sudah selesai?." Tanya Arini.
"Iya kak, ayo." Nisa segera mengapit tangan kakaknya membawanya ke depan rumah. Ia tampak ceria, senyum mengembang terukir di sudut bibirnya.
"Semangat amat dek." Arini menoleh sekilas ke Nisa dan kembali melihat arah ke depan.
"Iya dong kak, itu harus."
Setelah sampai teras depan, Arini segera memanaskan mesin motornya, sedangkan Nisa duduk di kursi teras depan rumah mereka menunggu mesin motor hangat
"Ayo dek berangkat." Ajak Arini yang sudah menaiki motor.
Nisa berjalan menghampiri kakaknya, dan segera naik ke atas motor. Motor mereka melaju dengan kelajuan sedang, karena hari ini Nisa tidak bangun terlambat. Maka otomatis mereka santai, tidak di kejar-kejar waktu seperti pada waktu lalu.
Jalan yang mereka tempuh di isi kendaraan pengendara motor anak sekolahan seperti mereka. Hanya ada beberapa pengendara lainnya, seperti ibu-ibu yang hendak ke pasar, ibu-ibu dan bapak-bapak yang akan keladang.
Sesekali Arini memencet klakson untuk membalas sapahan dari ibu-ibu yang menyapa mereka.
*
*
*
Kini mereka sudah sampai di depan pintu gerbang sekolah Nisa," Kak, Aku masuk ya." Arini mengulurkan tangannya ke pada Nisa, dan di sambut Nisa dan di ciumnya takzim, Nisa segera pamit untuk masuk ke dalam.
"Iya dek, hati-hati, yang rajin belajar nya. Semangat." Arini mengepalkan tangan nya dan mengangkat ke atas.
"Iya kak, da daaa." Nisa segera berbalik melangkah melewati gerbang, sedangkan Arini segera menghidupkan mesin motor, dan mulai melaju dengan kecepatan sedang.
Nisa berjalan di teras sekolah menuju kelasnya, siswa lainnya juga sudah banyak yang datang.
"Nis, Nisa." Panggil Dia.
Mendengar namanya di panggil, Nisa segera menoleh ke sumber suara, dan ternyata di sana ada Dia dan juga Ayu yang sudah menunggu kedatangannya. Mereka berdua baru datang dari kantin membeli cemilan makanan ringan.
Dia dan Ayu menghampiri Nisa dengan menenteng makanan ringan di tangannya.
"Masih pagi sudah jajan saja kalian ini." Kata Nisa.
Mereka jalan beriringan menuju kelas" Sengaja, biar ada yang di kunya sebelum Jam belajar di mulai." Pungkas Ayu.
"Betul itu Nis, bete kalau nggak ada kerjaan." Lanjut Dia membenarkan.
Nisa mengibaskan tangannya di udara." Terserah kalian saja de." Nisa tidak bicara lagi, karena ia turut membenarkan jika jam belajar belum mulai ia juga terkadang merasa bete. Tidak ada yang di kerjakan.
Anak-anak yang lain di mulai dari kelas satu sampai kelas tiga sudah bertambah banyak yang sudah datang, kini Nisa, Dia, dan Ayu tengah duduk di teras kelasnya, menunggu kedatangan Tina.
Nisa ikut menikmati cemilan berupa jajanan ringan yang tadi Ayu dan Dia beli di kantin.
Sedangkan anak-anak yang lain ada yang duduk di dalam kelas, bergosip, dan ada pula yang sekedar duduk di luar menikmati udara pagi menunggu lonceng di bunyikan.
"Nah itu dia si Tina. " Tunjuk Nisa, sontak Ayu dan Dia yang sedang mengunya melihat ke arah yang di tunjuk Nisa.
Dan benar saja nampak Tina berjalan ke arah mereka, dengan tas di pundaknya.
"Hallo gays." Sapa Tina, Tina pun ikut mencicipi jajanan ringan milik Dia." Enak." Sambung Tina dengan mulut penuh makanan.
"Pelan-pelan kali Tin, keselek baru tau rasa." Pungkas Ayu mengingatkan.
"Iya, iya, jangan pelit ya, Aku masih mau."
Nisa terkekeh. "Beli dong sayang, Kamu kan banyak duit. Borong sekalian. "
"Nggak ah, nggak enak kalau beli sendiri. Yang enak itu tinggal makan kayak gini ni."
"Hhuuuu, alasan kamu Tin, bilang saja pelit." Setelah mengatakan itu mereka tertawa terbahak-bahak.
Bel masuk pun sudah di bunyikan, siswa siswi lainnya berbondong memasuki kelas mereka masing-masing. Nisa dan teman-temannya yang lain segera masuk ke dalam kelas menunggu guru yang akan mengajar.
*
*
*
"Aduh Aku tadi sampai deg degan tau nggak. Tatapan mata nya buat Aku mati kutu." Pungkas Nisa Kini mereka sudah berada di kantin mengisi perut mereka yang kosong dengan bakso kuah. Pesanan mereka sudah terhidang di atas meja.
Aroma nya sangat menggugah selera, di tambah perut yang keroncongan. Membuat semakin lahap untuk melahapnya.
Nisa yang sudah kelaparan pun, meniup-niup kuah bakso, dan melahapnya. Ayu yang melihatnya pun di buat melongo." pelan-pelan Nis, bakso nya nggak bakalan lari dari mangkuk lo."
"Aku laper Yu, habis tegangan kuat Aku."
Tina yang sedang menyedot es teh manis pun manggut-manggut." Kamu kalau bicara suka bener Nis, Aku juga merasa begitu. Kayak kekurangan oksigen pula."
" Semoga saja guru yang masuk setelah ini guru nya nggak yang kayak tadi, bikin tegang." Seloro Nisa, ia kembali memasukkan pentol bakso ke dalam mulut dan mengunyahnya.
"ho oh." Dia ikut menimpali dengan sendok dan garpu di tangan, Dia baru akan menyuap pentol bakso ke mulutnya.
Setelah bercengkrama mereka melanjutkan makan dengan lahap dan diam, mereka benar-benar lapar, dan juga bakso yang mereka makan terasa sangat enak.
Setelah merasa kenyang mereka kembali ke kelas, dalam perjalanan mereka bercerita tentang kenakalan sewaktu mereka kecil.
"Aku dulu tu ya pernah ngambil bunga di halaman tetangga, diem kayak nggak lagi ngapa-ngapain, lihat ke samping nggak ada orang lain, Aku langsung lari kenceng, kabur bawak bungga milik tetangga." Dia tertawa kecil, Nisa, Ayu, Dan Tina tekekeh di sertai gelengan kepala mendengar cerita Dia.
"Kalau kamu Nis, ada nggak cerita yang kamu nggak bisa lupakan sampai sekarang?." Tina bertanya kepada Nisa, sebab tinggal dirinya yang belum bercerita.
Pembicaraan mereka seketika terhenti ketika mereka berpapasan dengan pak Andika.
Mereka menduduk dan tersenyum menyapa pak Andika tanda hormat ke pada guru.
Setelah Pak Andika berjalan sudah agak jauh mereka melanjutkan cerita mereka yang sempat terhenti.
Tina memutar kepalanya menghadap Nisa," Ada nggak Nis?."
Nisa binggung dengan pertanyaan Tina." Apanya?." Bukannya menjawab Nisa malah balik bertanya.
"Yang Aku tanya tadi, sebelum calon suamiku lewat." Jawabnya yakin.
"Iddiiiihhh,,,."Jawab mereka serentak.
"Percaya diri banget kamu Tin." Pungkas Dia.
"Biarkan saja, nggak apa-apa lah ngarep dulu siapa tau jadi kenyataan."
"Terserah kamu de, nikmati dunia halu mu."
"Ehh dasar sirik."Jawab Tina sewot, sedangkan Nisa dan Ayu hanya menggelengkan kepala, bagi mereka Tina dan Dia selalu begitu seperti Tom and jery bila berdekatan.
"Gimana Nis, ceritain dong kenangan kamu waktu kecil."
"Emmm,," Nisa meletakkan jari telunjuknya di dagu nya seraya berfikir. Kini mereka sudah sampai di teras depan kelas mereka, Nisa dan teman-temannya duduk lelesahan di teras.
Teman-teman Nisa sudah menunggu dengan tidak sabarnya," Ada sih, kamu pada mau tau banget ya." Nisa sengaja memperlambat waktu, mengusili teman-temannya.
Teman -teman Nisa menghembuskan nafas prustasi. "Ya kamu Nis, kalau nggak mau tau, ngapain kita pada nanya."
Melihat wajah teman-temannya ceberut, akhirnya Nisa bercerita tentang kenangan yang tidak bisa ia lupakan sampai sekarang.
"Ok, ok, waktu Aku berumur delapan tahun, Aku pernah sakit mata. Mata Aku berair, merah, ada belek nya lagi." Teman-teman Nisa mendengar dengan serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments