Memanen Padi.

Tibalah hari yang di tunggu-tunggu, kini Nisa dan kakaknya Arini sedang di ladang bersama kedua orangtuanya.

Ibu dan Bapak nampak sedang memanen padi, hasil padi yang mereka panen nantinya akan di giling ke penggiling padi untuk di jadikan beras. Tidak untuk di jual, namun untuk makan mereka sehari hari.

Dengan hasil menanam sendiri tentunya akan membuat pengeluaran lebih hemat. Tanpa harus membuat kantong menjerit, namun semua itu harus di bayar dengan kerja keras, yang tentunya menguras tenaga.

Keringat bercucuran membasahi wajah kedua orangtuanya, di terpa panasnya terik matahari yang sedang berdiri di atas kepala mereka.

"Ibu, Bapak istirahat dulu." Pekik Arini dari rumah pondok yang terbuat dari papan dan kayu.

Kedua orangtua Arini pun sudah merasa lelah, akhirnya menepi menuju rumah pondok mereka, yang berdindingkan papan, lantainya pun terbuat dari papan, sedangkan bagian teras depan terbuat dari bambu yang sudah di bela-bela dan di susun rapi.

Arini dan Nisa sudah duluan ke rumah pondok karena tidak tahan dengan teriknya matahari yang menyinari mereka.

Kedua orangtua mereka mengipas-ngipas topi anyaman mereka untuk mengurangi rasa panas yang menusuk ke kulit, di pondok tidak ada kipas angin karena tidak ada listrik maupum jensed. Hari ini cuaca nampak sangat panas dari biasanya.

Karena sudah pertengahan hari, Arini dan Nisa mengajak ke dua orangtuanya untuk segera makan," Ibu, Bapak ayo makan dulu." Ajak Arini, nampak makanan sudah tersaji, siap untuk di makan.

Ada Ikan sarden goreng, sayur kangkung, sambel terasi, dan lalapan terong rebus. Sayur sayuran yang di masak merupakan hasil dari kebun mereka sendiri, tadi sebelum ke rumah pondok Nisa mengajak kakaknya Arini untuk memanen beberapa sayuran yang mungkin bisa langsung mereka panen.

Sebenarnya ada banyak sayuran, namun karena belum waktu panen, maka hanya sedikit yang dapat mereka ambil untuk segera di masak.

Di rumah pondok sendiri sudah tersedia seperti panci, wajan, baskom, sendok, pisau dan alat dapur sederhana lainnya. Makanya mereka bisa langsung memasak di rumah pondok dan tidak perlu pulang kerumah terlebih dahulu.

Seperti biasa mereka makan dengan lahapnya, mensyukuri nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada mereka.

Setelah makan kedua orangtuanya belum beranjak, mereka masih duduk di teras rumah pondok mengistirahatkan tubuh mereka sejenak sebelum kembali ke rutinitas. Di temani secangkir kopi hitam hangat dan ubi rebus yang sebelum nya sudah di rebus oleh Nisa.

Nisa kini sedang mencuci piring bekas mereka makan, sedangkan Arini bertugas menutup makanan sisa yang tidak habis. Untuk di simpan ke dalam penutup atau biasa di sebut tudung saji.

*

*

*

Setelah merasa sudah lebih baik, kedua orangtua mereka beranjak ingin melanjutkan memanen padi." Nak, Ibu sama Bapak lanjut dulu. Kalau kalian tidak ingin tidak apa, kalian istirahat saja di pondok." Ibu membawa bunang besar untuk wadah padi yang tali abuk nya ia sematkan di kepala nya. Serta alat seperti pisau untuk mengait padi.

Ibu dan Bapak berlalu melanjutkan perkerjaan mereka setelah menunaikan ibadah shalat isya terlebih dahulu di pondok mereka, walaupun mereka tengah sibuk berkerja nyatanya tidak membuat mereka meninggalkan tugas wajib mereka sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Sedangkan Nisa dan kakaknya masih berada di pondok memikirkan sayur apa yang akan mereka bawah pulang kerumah untuk makan malam nanti."Kak, Aku ke sana sebentar ya." Pamit Nisa pada kakaknya menunjuk tempat tanaman sayur sayuran berada.

Kakak Nisa menoleh sebentar lalu kembali memasang jilbab nya, ia akan menyusul kedua orangtua nya memanen padi." Iya, nanti kalau selesai kamu susul kakak, kita tolong Ibu sama Bapak. Mumpung akhir pekan."

Setelah mengiyakan kakak nya Nisa melangkah menuju tempat tujuannya dengan membawa keranjang di tangannya untuk nantinya di isi sayuran yang ia petik.

Nisa bersenandung kecil sambil memetik sayur terong yang ukurannya sudah agak besar dan sudah bisa di ambil."Hem, segini sudah cukup, " lalu ia melihat ke arah tanaman tomat, rencananya ia akan membuat sambal tomat, sayur terong, dan lalapan kemangi untuk makan malam ini.

Ia sudah selesai memetik sayuran untuk ia bawa pulang, kini ia berjalan menuju pondok untuk meletakkan sayuran hasil yang ia petik tadi, dan berencana menyusul kakak nya yang sudah lebih dulu menyusul kedua orangtua nya." Hari ini panas sekali, apa langit sedang marah sama bumi?. Aku rasa memang sedang marahan, kalau tidak, mana mungkin bumi sepanas ini. Cepat baikan ya bumi." Omel nya dengan menenteng keranjang yang berisi alat untuk memetik padi.

Kini ia sudah sampai di tempat kedua orangtua dan kakak nya berada, ia langsung bergabung memetik padi dengan alat yang ia bawa dan padi ia masukkan ke dalam keranjang khusus untuk padi.

Satu karung hampir penuh di isi oleh Nisa sendiri, Nisa merasa sangat haus dan berniat kembali ke pondok untuk mengambil air minum dan di bawa ke tempat memanen padi.

"Dek mau kemana?." Langkah Nisa terhenti mendengar sapahan dari kakaknya.

"Mau ambil minum kak, haus." Nisa mengusap tenggorokan nya yang terasa kering.

"Itu di sana dekat karung yang sudah penuh ada air minum, tadi kakak sudah bawa." Nisa manggut-manggut dan berjalan menuju tempat yang di tunjuk kakak nya.

"Ah, ternyata di sini." Setelah sekian lama mencari akhirnya ketemu juga, karena karung yang sudah terisi penuh tidak hanya ada satu tetapi sudah ada satu karung besar yang terisi penuh dan satu karung yang baru terisi setengah. Karena itulah Nisa kesulitan mencarinya, dan juga letak botol minum terletak di bagian belakang karung. Sulit untuk di temukan oleh Nisa.

Setelah membuka penutup botol, Nisa meneguk air minum dalam botol hingga menyisakan setengah, ada tiga botol disana. Dan Nisa memilih botol yang paling kecil. Sedangkan yang tersisa dua botol berukuran besar.

"Hhaaa,, lega rasanya." Nisa duduk sejenak, mengipas-ngipas wajahnya dengan topi anyaman yang tadi ia pakaikan di kepalanya.

Tidak lama kedua orangtua Nisa menghampiri Nisa untuk minum dan sejenak istirahat dengan membawa keranjang padi yang berisi penuh. Nisa memberikan botol air minum kepada Ibu nya, setelah ibu selesai barulah Bapak yang minum." Kakak mu belum istirahat Nis." Tanya Ibu dengan topi anyaman di tangannya.

Sedangkan si Bapak sedang memasukkan padi di keranjang ke dalam karung yang baru berisi setengah.

"Belum Bu, mungkin sebentar lagi." Nisa kembali meneguk air minum dari botol kecil yang ia pegang tadi sampai tandas.

Ibu pun manggut-manggut.

"Nah itu kak Arini Bu." Tunjuk Nisa.

Ibu dan Bapak kompak melihat ke arah yang di tunjuk oleh Nisa, memang betul nampak Arini berjalan menuju mereka dengan menyeret karung berisi padi hasil ia memanen.

Arini ikut bergabung bersama kedua orangtua nya dan adik nya Nisa duduk di bawah pohon kecil yang dekat dengan karung padi yang sudah terisi penuh.

"Kalau kalian capek, kalian pulang saja." Kata ibu di sela istirahat mereka.

"Iya bu, sebentar lagi kami akan pulang." Ucap Arini mewakili adik nya.

Mereka istirahat cukup lama, karena matahari terasa sangat membakar kulit.

"Nisa sudah ambil sayur belum?." Tanya ibu kemudian.

"Sudah Bu, tadi sebelum ke sini Nisa ambil sayuran dulu di sana." Tunjuk Nisa.

Ibu manggut-manggut, dan kembali meneguk air minum dari botol. Setelah merasa sudah lebih baik. Ibu dan Bapak segera bangkit kembali untuk memanen padi. "Nak, Bapak sama Ibu duluan." Pamit Bapak dan Ibu kembali menuju ke tempat mereka terkahir memanen tadi dengan membawa keranjang yang nantinya akan di isi padi.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!