Memangnya Pak Andika Mau.

Sekolah pun kembali menyambut Nisa dan kakaknya, kini Nisa dan kakanya sedang bersiap-siap berangkat menuju sekolah.

Nampak Nisa sudah rapi dengan seragam putih biru nya, sedangkan Kakanya Arini dengan seragam putih abu-abu kebanggaannya.

Setelah yakin dengan penampilan mereka, mereka bergegas menuju teras rumah untuk memanaskan mesin motor terlebih dahulu.

Seperti biasa Nisa akan duduk di teras menunggu kakaknya memanaskan mesin motor.

Setelah panas barulah mereka menaiki motor dan melaju dengan kecepatan sedang.

Setelah Menempuh perjalanan yang cukup jauh akhirnya mereka sampai di depan pintu gerbang sekolah Nisa, setelah berpamitan Nisa segera masuk ke gerbang sekolah, sedangkan kakanya Arini melanjutkan perjalanan menuju sekolah nya.

Banyak siswa lainnya yang berlalu lalang masuk ke dalam gerbang sekolah, ada yang berbonceng, jalan kaki, dan mengendarai motor seorang diri.

Sesampainya di teras sekolah Nisa sudah di sambut oleh ke tiga teman-temannya. Melihat Nisa sudah datang teman-temannya kompak mengerubuni Nisa." Eh Nis, lihat mading no." Teman Nisa yang bernama Dia menunjuk ke arah mading dengan bibirnya.

Nisa yang baru saja datangpun nampak kebingungan." Memangnya ada apa di mading?." Tanyanya bingung dengan alis berkerut.

"Lihat saja sono." Dia dan yang lain menarik tangan Nisa menuju ke depan mading sekolah yang tidak terlalu jauh dari mereka hanya kelang berapa meter saja.

"Oh, extrakurikuler ternyata. Kalian minat yang mana." Tanya Nisa kemudian.

Mereka yang di tanya nampak bingung." Kita belum tau Nis, makanya kita ngajak kamu ke sini, kita ngikut kamu." Jawab mereka cengar cengir.

Nisa menautkan kedua alisnya" Kok ngikut si, memangnya kalian tidak ada yang tertarik dari sekian exkul yang terpampang." Tanya Nisa heran.

"Kita pada bingung Nis." Jawab Tina kemudian mewakili Ayu dan Dia, karena mereka sudah lebih dulu melihat mading yang dikerumuni banyak siswa lainnya. Dan juga mereka sempat membahas exkul yang akan mereka ikuti sebelum Nisa datang.

Bibir Nisa mengerucut mendengar penuturan teman-temannya." Kalau Aku milih Silat sama rohis memangnya kalian mau?." Tanya Nisa kemudian.

Teman-teman Nisa saling melihat satu sama lain. Karena belum ada pendirian, maka mereka memilih ikut dengan pilihan Nisa." Kita coba ngikut kamu dulu deh, kalau nggak cocok kita baru ganti yang lain. Nyari yang cocok buat kita."

Seluru siswa di sekolah mereka terbilang wajib mengikuti minimal salah satu exkul yang telah di tetapkan oleh pihak sekolah. Maka mau tidak mau siswa harus memilih di antaranya. Seperti osis, pramuka, rohis, pmr, seni, atletik dan silat.

Exkul yang menjadi pilihan Nisa jatuh pada rohis dan silat.

Setelah selesai berdebat ringan akhirnya mereka memilih pergi memasuki kelas mereka.

Di pertengahan jalan Nisa bertanya pada teman-temannya mengenai apa saja yang mereka lakukan saat akhir pekan kemarin.

Teman-teman Nisa pun mulai bercerita tentang hal apa saja yang mereka lakukan, dari Tina ikut kedua orangtua ke rumah sanak saudara, Ayu pergi ke pasar minggu ikut orangtua nya membuka toko sembako, sedangkan Dia hanya di rumah saja tidak kemana-mana. Alias mager.

*

*

*

Setelah upacara bendera setiap hari senin selesai. Siswa siswi berbondong meninggalkan lapangan upacara setelah di beri intruksi untuk bubar kembali ke kelas masing-masing.

Jam belajarpun segera di mulai, para siswa nampaknya sedang menunggu guru yang akan mengajar di kelas mereka masing-masing.

Sambil menunggu guru masuk banyak siswa siswi lainnya yang memanfaatkan waktu dengan membaca ataupun sekedar mengobrol ria ke bangku teman-teman mereka yang lain.

Seperti halnya yang dillakukan teman Nisa, Tina dan Dia berbalik menghadap ke belakang di mana Nisa dan Ayu berada. Kini mereka sedang bergurau ria.

Terdengar suara cekikikan dari mereka." Bagaimana ya kalau Aku nanti sudah menikah dengan si ganteng ku, uuu anak kami nanti pasti keren, kalau cewek cantik kayak ibunya, kalau ganteng ya ngikut bapak nya." Cerca Tina ngehalu.

"Idiiiii, kamu Tin mikir nya udah kejauhan. Sudah kesasar pula, mikir anak segala." Balas Nisa geleng-geleng kepala tidak habis fikir dengan isi kepala Tina.

"Ye Kamu ini Nis, siapa tau si ganteng memang jodoh ku. Kalian kenapa si kayak nya nggak suka banget kalau Aku bicara masa depan bersama calon suami Aku!?." Jawabnya sewot.

Ayu dan Dia tercengang dengan pemikiran Tina." Bukan begitu Tin, kita kan masih sekolah, seragam juga masih putih biru. Masih jauh untuk memikirkan hal seperti itu." Jelas Nisa.

Dia dan Ayu membenarkan ucapan Nisa." Lagi pula memangnya pak Andika mau sama Kamu Tin?."

Mendengar penuturan Nisa barusan membuat Tina seketika melow." Kalian tega banget sama Aku, Kamu Nis malah nanya kek gitu, mentang-mentang baru Aku cinta seorang diri. Seharusnya Kalian do'ain supaya pak Andika juga cinta sama Aku."

Nisa dan teman-temannya melihat satu sama lain, mereka fikir sebaiknya Tina segera di ruqya, agar kesadaran otaknya kembali berfungsi dengan normal.

Tungggg,,,

Kepala Tina baru saja mendapatkan colekan maut dari Nisa." Aww Nis, sakit tau. Jadi cewek kok bar-bar amat. Awas tu jadi jomblo seumur hidup!."

Sedangkan Nisa menyebilkan bibirnya, acuh tak acuh dengan omongan Tina." Otak kamu kayak nya pernah kena goncangan, makanya Aku goncangin lagi supaya kembali seperti semula." Jelas Nisa santai dengan tanggan di lipat di depan dadanya, sedangkan Tina sudah memasang wajah cemberut karena dia merasa selalu mendapat kekerasan dari Nisa.

*

*

*

Pembelajaran hari itu berjalan dengan hikmat, Guru yang mengajar masuk ke kelas masing-masing sesuai dengan jadwal, tidak ada jam kosong, karena para guru semuanya hadir untuk mengajar.

Kini Nisa dan teman-temannya sedang konsentrasi mendengarkan guru yang sedang menjelaskan tentang materi Bab yang sedang mereka pelajari.

Setelah jam istirahat di bunyikan mereka berempat pergi ke kantin untuk mengisi perut yang sudah terasa lapar.

Nampak banyak siswa siswi lainnya yang sedang mengantri memesan menu untuk dijadikan makan siang.

"Hey gays, kalian mau pesan apa?." Tanya Nisa kepada ke tiga temannya, kini mereka sudah mengambil tempat duduk di sisi paling pojok kantin.

"Aku mau bakso urat." Kata Dia.

"Kalau kalian apa?." Tanya Nisa kepada Ayu dan Tina.

"Aku pesan seblak ceker." Kata Tina, sedangkan Ayu memilih Bakso urat seperti Dia.

Nisa bangkit dari duduk nya dan bergabung bersama yang lain untuk mengantri.

Setelah mencapai urutannya untuk memesan Nisa menyebutkan apa saja yang di pesannya kepada ibu pemilik kedai. Ia sendiri memilih Bakso urat seperti Dia dan Ayu. Setelah selesai memesan ia kembali bergabung bersama teman-temannya menunggu pesanan mereka yang sedang di buat.

Mereka segera menyantap makanan yang berada di depa mereka masing-masing, setelah ibu yang punya kedai membawakan pesanan mereka ke meja yang mereka duduki.

Sruuuppp,,,

Suara kuah bakso dan seblak yang mereka hirup, terasa nikmat saat di mulut. Mereka makan dengan diam, karena mereka sudah sangat lapar.

Sedikitnya yang berjualan di kantin, membuat siswa siswi lainnya mengantri dengan saling berdesakan. Karena yang bersekolah di sana cukup banyak, mengingat sekolah menengah pertama hanya ada dua sekolah saja yang didirikan.

Karena kota tempat mereka tinggal belum begitu luas dan maju seperti kota-kota lainnya. Bisa di bilang kota terpencil.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!