Setelah membukakan pintu, nampaklah kedua orangtua nya yang sedang menarik sebuah angkong yang berisi sekarung padi, sayur-sayuran, serta beberapa jenis umbi-umbian.
Karung Padi itu sendiri nantinya akan di kumpulkan lebih dulu di sisi bagian dapur, menunggu sisa nya di bawah ke rumah juga. Agar melakukan penggilingan ke penggiling padi nantinya lebih mudah.
Bapak menarik angkong masuk ke dapur yang di bantu ibu mendorong bagian belakangny, setelah angkong memasuki dapur Nisa segera membantu Ibu dan Bapak nya mengeluarkan padi, sayur-sayuran serta beberapa jenis umbi-umbian.
Ibu melihat ke arah kamar mandi, terdengar suara air yang menandakan ada seseorang di dalam nya." Kakak mu sedang mandi?." Tanya Ibu sambil memisahkan beberapa jenis umbi-umbian.
"Iya bu, sepertinya masih lama mandi nya" Jawab Nisa, karena kakaknya memang begitu, kalau mandi akan memakan waktu yang lama.
Ibu pun manggut-manggut." Nis, kalau begitu kamu saja yang rebus." Ibu menunjuk dengan matanya ke arah ubi talas yang sudah ia pisahkan tadi.
Nisa pun menganguk patuh." Iya bu." Nisa segera memasukkan ubi talas ke dalam wadah atau baskom untuk di cuci terlebih dahulu untuk menghilangkan tanah yang masih menempel.
Nisa pergi ke luar menuju sumur, di sana ia menimbah air terlebih dahulu menggunakan ember yang di ikat menggunakan tali nilon agar bisa di tarik ke atas.
Setelah mendapatkan air Nisa duduk di kursi kecil yang terbuat dari kayu, ia mulai mencuci ubi talas dengan teliti sampai bersih sempurna.
Selesai membersihkan ubi talas Nisa kembali masuk kerumah untuk merebus ubi ke dalam panci, saat ia masuk ia berbarengan dengan kakaknya yang baru saja keluar dari kamar mandi, lengkap dengan baju serta handuk yang melilit di rambut panjangnya.
Nisa segera menyalakan kompor dengan api sedang dan meletakkan panci ke atas kompor gas. Lalu ia beranjak mengeluarkan makanan dari lemari kayu, untuk dihidangkan di meja untuk makan malam mereka nanti selepas sholat magrib.
Setalah terhidang dengan rapi Nisa menutup makanan terlebih dahulu menggunkan tudung saji dan di atasnya la letakkan kain penutup agar tidak terkena debu ataupun kotoran yang mungkin saja jatuh dari atas ataupun berterbangan terbawa angin.
Nisa beranjak keluar dari dapur kembali ke kamarnya, sambil menunggu rebusannya matang Nisa kembali melanjutkan membaca buku andai-andai atau buku dongengnya.
Kedua orangtua Nisa mulai sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing, Bapak sedang duduk di teras depan menikmati secangkir kopi hangat yang tadi sudah di bautkan oleh Nisa sebelum ia kembali ke kamar.
Banyak warga yang berlalu lalang melewati rumah mereka, dari anak-anak sampai orang dewasa yang hendak pergi ke masjid. Adapula yang baru pulang dari ladang seperti kedua orangtua Nisa. Letak rumah mereka memang dekat dengan jalan sekitar sepulu meter.
Ada beberapa warga melintas yang menyapa Bapak Nisa yang sedang duduk di teras menikmati secangkir kopi.
Sedangkan Ibu sedang di kamar mandi, Karena kondisi kamar mandi yang berukuran kecil, otomatis menggunakan kamar mandi harus bergantian.
"Pak, Bapak mandi sana, Ibu sudah selesai." Panggil Ibu yang baru saja tiba dari arah dapur.
Bapak pun menoleh kebelakang melihat istrinya." Iya bu, sebentar lagi, Bapak habiskan dulu kopinya. Sayang kalau tidak di habiskan, mubazir." Kata Bapak.
"Ya sudah, tapi jangan lama-lama. Keburu magrib Pak." Kata ibu sebelum masuk ke dalam kamar dan menutup tirai.
Bapak manggut-manggut mengiyakan.
*
*
*
Nisa segera berlari dengan cepat ke dapur, karena ia lupa mematikan gas." Ah, untung nggak gosong." Nisa mengusap dadanya turun naik sebagai bentuk syukur, karena air ubi rebusannya belum kekeringan.
Nisa langsung saja membuang air sisa rebusan ke saluran pembuangan yang di buat menggunakan adukan semen.
Tak lupa Nisa membaca basmala terlebih dahulu sebelum membuang air panas ke dalam lobang saluran.
Ia pernah di ajarkan Ibu nya sewaktu masih sekolah dasar, jika membuang air panas harus melafaskan basmala terlebih dahulu. Agar makhluk yang menjadi penghuni lobang saluran menyingkir agar tidak terkena percikan air hangat. Sampai sekarang ia selalu menerapkannya saat hendak membuang atau menyiram air hangat.
Sebagai bentuk waspada, agar makhlus halus tidak marah atau pun tidak sampai mengganggu.
Kini airnya sudah habis ia tuangkan di lobang, tinggal memasukkan ubi talas ke dalam wadah, seperti piring atau mangkuk sesuai selera.
Tidak lama suara adzan pun berkumandang, Nisa lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi mengambil whudu setelah meletakkan lebih dulu ubi rebus ke dalam lemari makanan dan menutupnya.
Pernah ada yang mengatakan bahwa ketika magrib tiba, hendaklah pintu rumah, jendela, serta makanan ataupun minuman di tutup rapat. Karena di waktu itu para jin sedang berkeliaran.
Selesai whudu Nisa segera bersiap-siap, nampak Arini kakaknya bersama Bapak nya sedang menunggu Ibu yang sedang berwhudu lebih dulu.
Nisa melangkah ke depan, menuju ruang keluarga untuk menyiapkan tempat sholat terlebih dahulu, sambil menunggu kedua orangtua dan kakaknya selesai.
*
*
*
Nisa sedang mengutak atik benda pipi miliknya, ia sedang berbalas pesan menggunakan aplikasi pesan biasa dengan teman-teman lamanya. Karena Nisa tidak mempunyai aplikasi whatsapp ataupun sebagainya maka Nisa hanya bisa berbalas pesan melalui pesan biasa saja.
Jika sedang sangat perlu ataupun mendesak barulah Nisa memimjam sebentar benda pipi milik kakaknya Arini yang memiliki aplikasi yang lebih lengkap.
Semenjak menginjak sekolah menengah pertama, Nisa memang jarang keluar rumah. Karena jam pulang sekolah dasar dengan sekolah menengah pertama berbeda, makanya saat pulang Nisa merasa lelah dan langsung istirahat. Keluar rumah jika hanya ada kepentingan seperti ke warung.
Teman Nisa: Nis, besok kamu sibuk nggak?, maen yok. Ngerujak!!.
Nisa: Belum tau, lihat saja besok.
Teman Nisa: Cie yang udah insyaf, nggak doyan lagi nie?.
Nisa: Doyan lah,🤤🤤🤤
Dan masih banyak lagi isi pesan mereka. Tak terasa Nisa pun tertidur dengan kepala di atas meja belajarnya, benda pipinya pun tergeletak begitu saja di atas meja. untung saja sebelum berbalas pesan dengan temannya ia belajar terlebih dahulu. Jadi Nisa tak apa jika langsung tertidur.
Namun Nisa melewatkan satu rutinitas, yaitu menggosok gigi serta mencuci muka. Nisa memang kerap lupa jika sudah terlalu mengantuk.
*
*
*
Tepat pukul dua belas lewat lima belas menit Nisa terbangun, lehernya terasa pegal karena terlalu lama tertidur dalam kondisi duduk dan kepala di atas meja.
Menyadari itu Nisa segera pindah ke ranjang kecil miliknya yang hanya cukup untuk ia tempati seorang diri.
Nisa teringat bahwa dirinya belum menggosok gigi, namun karena mengantuk Nisa pun malas dan kembali melanjutkan tidurnya.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments