"Dek, buka pintu nya." Teriak Arini dari luar, adzan magrib sudah berkumandang, namun Nisa belum juga terlihat.
Tidak ada sahutan dari dalam, Arini kembali teriak dan pintu ia gedor." Dek, buka pintunya, di tunggu sholat berjama'ah. Cepet keburu abis waktu. Pekik Arini kesal karena tak ada sahutan dari Nisa.
Ibu dan Bapak yang sedang menunggu duduk di sajadah pun menghampiri Arini."
"Ada apa nak?, kok teriak-teriak begitu." Tanya ibu.
"Tau tu si Nisa nggak jawab-jawab di panggil." Celetuk Arini kesal.
Ibu dan bapak mencoba memutar gagang pintu, namun masih terkunci dari dalam seperti saat ibu mengetuk sore tadi.
Tok, tok, tok. Suara ketukan dari luar." Nis, Nisa buka pintu nya nak." Bujuk ibu, Namun tak ada sahutan dari dalam, membuat seisi rumah cemas.
"Bagaimana ini pak, Nisa di panggil nggak keluar-keluar nggak nyaut lagi, jangan-jangan ada apa-apa sama Nisa." Cerca ibu mulai panik.
Dalam keadaan khawatir, ibu segera meminta Arini menggambil kunci serap kamar Nisa yang berada di dalam kamar, ibu dan bapak takut terjadi apa-apa dengan anaknya.
Sedangkan Ibu dan Bapak terus memanggil Nisa dan mengetuk pintu, namun tetap sama. Tidak lama Arini datang dengan kunci serap kamar Nisa di tanggannya.
Ceklek, Pintu kamar Nisa terbuka, ibu dan bapak mengedar pandangan ke penjuru kamar, namun tidak menemukan anak nya, Nisa.
Ibu melihat suaminya dan Arini bergantian." Bagaimana ini pak, di mana Nisa?. Jangan-jangan Nisa kabur." Ucapnya panik.
Bapak yang melihat raut kepanikan di wajah istrinyapun mencoba menenagkan." Jangan panik bu, kita cari dulu di sekitar rumah, siapa tau Nisa sembuyi. Kalau tidak ketemu baru kita cari kerumah teman-temannya." Kata bapak bijak, sebenarnya bapak juga cemas dengan putrinya, tapi ia tetap terus berfikir jernih.
Ibu dan Arini mengangguk, mereka segera berpencar mencari Nisa, tugas Rini mencari di belakang, bapak mencari di sekitar rumah, sedangkan ibu mencari di dalam rumah.
Sudah di cari dimana-mana namun belum juga menemukan keberadaan Nisa, akhirnya ibu kembali ke kamar Nisa, mencari di setiap sudut kamar.
Ibu melihat di bawah ranjang kamar Nisa, namun tidak menemukan keberadaan Nisa di sana, Ibu juga memeriksa di samping meja belajar Nisa yang berdempetan dengan dinding. Ibu fikir mungkin saja Nisa bersembunyi di sana, namun setelah di lihat juga tidak menunjukkan keberadaan Nisa di sana.
Akhirnya mata ibu tertuju dengan lemari pakaian Nisa, ibu segera beranjak menuju lemari baju yang terbuat dari kayu jati yang bertengger di sudut kamar Nisa. Tanpa mengulur waktu akhirnya ibu segera membuka lemari kayu jati itu.
Betapa kaget nya ibu saat menemukan putri nya yang sedang tertidur pulas dengan memeluk bantal guling di dalam lemari.
Kepanikan ibu berubah kesal terhadap Nisa, lihatlah betapa nyenyak nya Nisa tidur. Sedangkan mereka di buat panik mencari nya di mana-mana. Ibu menjewer kedua telinga Nisa ke atas"Dasar anak bandel!!, di ajak berobat malah pergi ninggalin ibu, sekarang di cari-cari ternyata sembuyi di sini rupanya. Rasakan ini."
Bapak dan Arini yang mendengar suara ibu mengomelpun kompak langsung masuk ke rumah menghampiri ibunya yang berada di kamar Nisa.
*
*
*
Hhhaaaaa, teman-teman Nisa tertawa terbahak-bahak. Namun akhirnya mereka kompak menutup mulut dengan telapak tangan. Mereka tersadar jika mereka menjadi pusat perhatian siswa lain yang sedang lewat ataupun duduk di teras kelas.
Tawa mereka kini sudah reda, dan hanya meninggaalkan kekehan kecil saja.
"Kamu ini nis, sudah macam apa saja. Seisi rumah panik cari kamu, malah kamu enakan tidur." Cercah Dia dengan kekehan kecil.
"Iya, lagian ngapain si. Sembunyi di dalam lemari segala, kamarnya kan sudah kamu kunci." Tambah Tina.
"Eee kalian ini, Aku kan lagi di serang kepanikan. Aku takut di seret balik sama ibu ke sana, Aku nggak mau di suntik. Makanya Aku ambil jalan aman saja." Kata Nisa membela diri.
"Ya ampun kamu Nis, tampang nggak salah-salah, garang. Ternyata e ternyata takut yang namanya jarum suntik." Tina kembali tertawa terbahak-bahak mengingat Nisa yang terlihat garang namun ternyata takut hanya dengan jarum suntik.
"Udah, udah di larang ketawa." Nisa kesal.
"Aduhh,, sakit perutku." Pekik Dia dengan tanggan menempel di perutnya.
"Syukurin, rasain langsung dapat karma di tempat." Kata Nisa.
"Iya, iya deh maaf." Tina, Dia, dan Ayu berhenti tertawa setelah melihat Nisa yang menatapnya sinis.
"Lagian kenapa juga si Nis, kamu bisa takut banget sama jarum suntik?." Tanya Dia kepo.
Nisa mendesah nafas malas." Sakit Dia sayang, bayangin saja jarum seruncing itu di tusuk ke kulit. Iiiiii, ngeri tau nggak. "
"Nggak juga, yang ada kayak di gigit semut, lebay kamu Nis." Kata Tina dengan senyum mengejek.
"Aku bilang sakit ya sakit Tin, mau di gigit semut, di gigit gajah kek, bagi Aku tetep saja sakit. Jangan sok pahlawan kamu." Jawab Nisa kesal.
"Terserah de, susah ngomong sama kamu."
"Ihh, nggak jelas." Jawab Nisa.
"Udah yuk masuk kelas." Potong Dia menyudahi pertengkaran mereka.
*
*
*
Kini mereka sedang serius membaca soal, mereka di beri tugas menjawab soal-soal yang sudah di berikan guru mata pelajaran yang masuk.
Suara sunyi mendominasi, karena semua siswa sedang mengisi soal-soal dengan teliti.
Tidak berselang lama guru yang memberi soal pun kembali masuk ke dalam kelas."Bagaimana anak-anak ada kesulitan?." Tanya ibu Ulan." Kalau tidak ada, waktu tinggal lima belas menit lagi, yang sudah selesai silakan kumpulkan di depan." Sambung ibu Ulan mengingatkan.
Anak-anak yang lainnya cukup tegang, karena waktu tinggal sedikit, sedangkan soal yang mereka kerjakan terbilang cukup sulit bagi mereka. Karena mereka siswa baru.
"Ya ampun, ini soal atau teka teki. Susah benar." Keluh Nisa. Ia memanjangkan lehernya mengintip kertas soal milik Ayu di sebelahnya.
"Kamu udah selesai berapa Yu?." Tanya Nisa.
Ayu melihat Nisa sekilas, lalu kembali melihat ke lembar soal milik nya." Baru tiga belas soal Nis, soalnya susah-susah. Sampai mau lari otak ku." Kekehnya kemudian.
"Ah kamu ini Yu, bisa saja kalau ngomong. Memangnya otak mu bisa lari dari kenyataan. Terima saja la Tak, kamu terpaksa harus berfikir kuat, supaya kita bisa pulang dengan tenang." Nisa bicara seolah-olah otak bisa mendengarnya.
Akhirnya mereka tertawa bersama, tentunya dengan suara pelan, agar tidak terdengar sampai ke depan atau pun mengganggu anak-anak yang lain.
"Udah Yu, kita kerjakan lagi saja. Nanti keburu abis waktu." Ajak Nisa menyudahi lelucon mereka." Aku tinggal lima lagi ini." Sambung nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments