Semenjak kepergian kedua temannya, Nisa duduk seorang diri di depan teras sekolah menunggu kakaknya Arini. Sudah berapa kali Nisa melihat ke arah gerbang namun belum juga melihat kemunculan kakaknya.
Hingga Nisa bertanya-tanya di dalam hatinya, kemana kakaknya, atau mungkin sudah pulang lebih dulu karena ada kepentingan.
Tapi bagi Nisa itu tidak mungkin, jika benar begitu kakaknya pasti sudah memberitahu ia terlebih dahulu.
Nisa berjalan mondar mandir di depan teras, hingga tingkahnya itu menarik perhatian satpam yang berjaga kebetulan belum pulang." Belum pulang dek, Kakaknya mana?." Tanya satpam yang bernama mukhlis, ia memang kerab melihat Nisa di jemput kakak perempuannya saat sedang mengintruksi siswa yang melajukan motor melewati gerbang.
Mendengar namanya di sapa, Nisa berbalik mengahadap pak Mukhlis." Belum pak, lagi nunggu kakak saya. Tidak biasanya kakak saya jemput nya lama, mungkin lagi ada tugas yang belum selesai." Jawab Nisa apa adanya, karena kakaknya memang tidak pernah telat terlalu lama seperti sekarang ini. Kira-kira telat hanya sepuluh menit saja, karena jarak sekolah mereka tidak lah terlalu jauh.
"Jagan panggil Pak dek, panggil saja kak Mukhlis, saya masih muda, masih single lagi. Nggak enak dengarnya, kayak udah tua gitu." Jelas Pak Mukhlis.
Nisa tersenyum kecil dan mengangguk." Iya Pak, ee kak maksud saya. Maaf keceplosan."
Bapak satpam yang bernama Mukhlis pun manggut-manggut ikut tersenyum kecil." Tunggu saja sebentar lagi dek, nunggunya duduk saja. Mungkin tidak lama lagi datang." Kata Mukhlis perhatian, karena sedari tadi ia melihat Nisa selalu berjalan mondar-mandir.
Akhirnya Nisa kembali duduk ke kursi yang tadi ia duduki bersama teman-temannya. Karena tidak mau menganggu ketenagan Pak Mukhlis karena melihat tingkahnya.
Sedangkan Pak Mukhlis kembali duduk di pos penjaga memainkan benda pipi miliknya.
*
*
*
"Ini Pak terima kasih." Ucap Arini kepada tukang tampal ban saat ban kendaraan nya selesai di perbaiki, ia menyodorkan uang pecahan sebesar lima belas ribu kepada tukang tampal ban. Kini ia sedang berada di bengkel motor menampal bal motornya yang bocor.
Tadi saat melajukan motor nya ke luar gerbang sekolah, ia merasa sedikit tidak nyaman dengan ban bagian belakangnya.
Dan ternyata ban motor Arini kempes karena ada paku yang tertancap di ban bagian belakang nya.
Maka menjemput adiknya Nisa akan terlambat, karena harus menampal ban terlebih dahulu ke bengkel.
Setelah membayar jasa tukang bengkel Arini melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju sekolah Nisa, bagaimanapun ia harus menjaga keselamatan saat berkendaraan. Agar selamat sampai tujuan.
"Hati-hati di jalan nak." Kata Bapak yang memperbaiki ban motornya tadi.
"Iya Pak, saya pulang dulu." Kata Arini dari seberang jalan.
Arini pun menghilang dari pandangan Bapak itu, Bapak itu pun kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, karena harus menampal ban motor Arini terlebih dahulu. Kini si Bapak sudah mulai kembali memperbaiki motor milik orang lain yang memiliki kerusakan cukup rumit.
Sebenarnya Arini kasihan pada Nisa karena harus menunggu lama, tapi apa boleh buat. Namanya saja musibah, tidak ada yang tau.
Tidak berselang lama ia pun sampai di depan gerbang sekolah Nisa, disana ia dapat mellihat Nisa yang juga melihat ke arahnya.
Nisa berjalan menghampiri kakaknya setelah berpamitan pada Pak satpam penjaga sekolah terlebih dahulu sebagai bentuk kesopanan.
Kini mereka sudah melajukan motor meninggalkan gedung sekolah Nisa, cuaca yang cukup terik seakan menjadi teman perjalanan mereka.
"Kak, kakak tadi lagi ada tugas ya." Akhirnya Nisa membuka suara.
Mata Arini tetap fokus melihat ke depan, fokus menyetir." Nggak kok dek, maaf ya tadi kakak ke bengkel dulu. Karena Ban motor kena paku." Jelas Arini kepada Nisa adiknya.
Nisa mengangguk mengerti." Iya kak, nggak apa-apa Aku cuma nanya, karena nggak biasanya kakak telat jemput nya lama banget."
Selanjutnya motor melaju, dengan diamnya mereka. Tidak ada lagi pembicaraan di antata keduanya, karena keduanya sudah sama-sama tidak tahan ingin segera sampai kerumah. Untuk istirahat.
Tibalah mereka di perkarangan rumah kedua orangtua nya, Arini menghentikan laju motornya tepat di bawah pohon di depan rumahnya yang terletak di dalam pagar.
Nisa segera menutup kembali pintu pagar rumah mereka yang terbuag dari kayu yang hanya setinggi pinggangnya. Barulah ia pergi menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu masuk kerumah.
*
*
*
Setelah menyalakan kipas angin Nisa menghempaskan tubuh lelahnya di atas kasur kecil miliknya.
Ingin sekali rasanya tidur, namun terdengar keroncongan cacing yang sedang demo di balik bajunya.
Nisa pun bangkit dengan malasnya menuju dapur, untuk mengisi perutnya yang terasa lapar.
Saat hendak ke dapur ia berbarengan dengan kakaknya yang juga akan pergi ke meja makan di dapur.
"Kakak juga mau makan?." Tanya Nisa.
"Nggak, mau tidur. Ya mau makan lah Nisa, kakak juga lapar." Jawab Arini dan di sebut kekehan kecil dari mulut adiknya.
Kakak Nisa tidak menanggapi adiknya lagi, karena dia sudah sibuk menyuap nasi kedalam mulutnya.
Di atas meja hanya ada nasi, sayur kangkung dan tempe goreng saja. Itupun sisa mereka sarapan pagi tadi. Namun mereka tetap menikmatinya.
Setelah makan Nisa kembali ke kamar untuk mengganti pakaian sekolah dengan pakaian rumahan. Pakaian kotor ia masukkan ke dalam keranjang pakaian kotor yang terletak di bawah meja belajarnya.
Setelah istirahat kurang lebih satu jam Nisa segera keluar dari kamar untuk menolong kakaknya membersikan rumah serta memasak untuk mereka makan bersama kedua orangtuanya.
Nisa bertugas menyapu rumah, serta mengangkat pakaian yang di jemur di samping rumah.
Sedangkan memasak menjadi tugas kakaknya yang lebih pandai dalam hal memasak ketimbang dirinya.
Hari sudah mulai sore, matahari sudah akan menenggelamkan diri, kini Nisa sudah rapi dengan setelan baju tidur doraemonnya, ia sudah mandi lebih dulu selepas mengerjakan tugas rumah.
Nisa sedang berbaring di ranjang kecil miliknya dengan sebuah buku di tangannya, ia tengah membaca sebuah buku andai-andai atau sering disebut sebuah legenda atau dogeng. Sedangkan kakaknya sedang mandi di kamar mandi.
Nisa tidak begitu suka membaca, namun jika buku berbau tentang cerita andai-andai atau legenda dogeng ia akan langsung tertarik.
Nisa,, Arini,,.
Terdengar suara memanggil namanya dan sang kakak dari arah pintu dapur, Nisa segera bangkit hendak membuka pintu karena ia yakin itu kedua orangtua nya yang pulang dari ladang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments