Raina duduk di anakan tangga sembari tangannya yang meraih gayung yang terbuat dari batok kelapa. Ia menyirami kakinya yang tidak terlalu kotor itu sebelum ia menaiki rumah yang begitu sangat sunyi, tak ada Saoda di ruang tamu yang hanya terdapat dua kursi tua yang terbuat dari rotan dan satu meja plastik yang telah usang warnanya dimakan oleh waktu.
"Indo!!!" teriak Raina dengan nada yang tidak terlalu tinggi membuat suara langkah dari dapur terdengar.
"Ada apa?" tanya Saoda yang muncul sambil memegang piring.
Raina menggeleng sambil tersenyum. Ia berjalan menuju kamar dan menutupnya dengan rapat. Raina menyandarkan tubuhnya ke permukaan pintu lalu duduk dengan tatapan sedihnya.
Raina tak tahu harus berbuat apa sekarang? Ia tak mungkin memberitahu Puang Tuo jika Saoda adalah sosok Parakang yang selama ini sudah meresahkan warga desa.
Jika Puang Tuo tahu maka bisa saja Puang Tuo akan memberitahu semua warga desa dan akan menyerang Saoda dan itu berarti Saoda akan disakiti atau bisa saja mereka semua akan mengusir Saoda dan juga dirinya.
Kini Raina harus sadar jika ia ada di pihak Saoda selagipun itu adalah salah. Raina sadar bahwa Saodalah yang telah membesarkannya dan menggantikan sosok atau perangnya seorang Ibu serta Bapak dari Raina yang telah lama meninggal dunia. Di dunia ini hanya Saoda yang ia punya.
Raina kini mengangguk pelan dengan kedua mata yang kini terpejam bersamaan dengan jatuhnya air mata yang siap runtuh kapan saja. Raina kini menangis, tak semudah itu menerima kenyataan.
Malam adalah hal yang paling ia benci bagi Raina karena disitulah Saoda akan kembali beraksi dengan sosoknya yang berubah menjadi sosok Parakang. Malam yang begitu sangat ia benci dalam kehidupannya. Entah kejadian apa lagi yang akan ia lihat nanti malam.
Jujur saja, Raina telah lelah merasakan dan menghadapi ini semua. Ia lelah dalam kehidupannya yang penuh dengan ketakutan dan hal-hal penuh mengerikan. Siapa yang bisa ia jadikan tempat bicara sementara orang yang ada di dalam rumahnya adalah orang yang ia takuti.
Pintu kamarnya diketuk membuat Raina dengan cepat bangkit, ia menghapus pipinya yang basah itu dan segera membuka pintu mendapati Saoda yang kini sedang berdiri di hadapannya.
Kedua mata Raina terbelalak kaget. Ia menelan ludahnya menatap takut pada Saoda. Entah mengapa setiap apa yang Saoda lalukan selalu membuatnya ketakutan.
"A-a-ada apa Indo?" tanya Raina yang begitu sangat gugup.
"Jaga rumah! Aku ingin pergi ke luar."
Saoda berpaling membuat Raina mengerutkan dahinya keherangan. Mau kemana dia? Raina melangkah mengikuti langkah Saoda yang kini menuruni anakan tangga.
"Indo mau kemana?"
Saoda mendongak.
"Aku ingin ke pasar," jawabnya lalu kembali melangkah meninggalkan Raina yang kini masih terdiam.
Raina kini terdiam sambil menatap kepergian Saoda yang kini terus melangkah. Tak berselang lama Saoda menghentikan langkahnya lalu menoleh menatap Raina yang langsung gelagapan menutup pintu dengan rapat.
Raina menyadarkan tubuhnya ke permukaan pintu. Jantungnya berdetak sangat cepat sambil sesekali dadanya naik turun beraturan. Apa yang akan dibeli oleh Saoda di pasar sementara perlengkapan bahan dapur masih lengkap.
Raina mengintip ke celah jendela kayu mendapati Saoda yang kini sudah melangkah jauh dari rumah.
Beberapa detik Raina terdiam dan beradu mulut dengan pikirannya dengan cepat Raina melangkah menuju kamarnya dan meraih selendang hitam yang ada di dalam lemarinya. Raina menutup kepalanya dan melangkah turun dari rumah untuk mengikuti Saoda.
Raina begitu sangat penasaran kemana Saoda pergi di hari yang kini sudah siang, mana ada pasar di jam 11 siang seperti ini.
Langkah Raina sesekali terhenti saat ia mencoba untuk bersembunyi dari Saoda yang sempat menoleh ke belakang ketika Raina tanpa sengaja menginjak ranting yang ada di jalan.
Raina seketika menahan nafas saat tatapan tajam Saoda menatap serius ke arah pepohonan dimana salah satu pohon itu adalah tempat persembunyian Raina yang kini masih mencoba untuk tidak bersuara sedikitpun.
Tak berselang lama suara langkah kembali terdengar membuat Raina dengan pelan mengintip di balik batang pohon besar sambil menatap Saoda yang sudah agak menjauh.
Raina menghela nafas lega. Untung saja Saoda tidak mendekati pohon dan mendapati dirinya di sini. Harus jawab apa Raina jika Saoda bertanya kepadanya mengapa ia ada di tempat ini.
Tak berselang lama Raina kembali melangkahkan kakinya dengan perlahan mengikuti ke arah mana Saoda melangkah. Raina mengerutkan dahinya menatap aneh pada Saoda yang tak melintas di jalan yang biasa ia lalui menuju pasar.
Langkah Raina terhenti menatap dari kejauhan Saoda yang kini terlihat berbicara pada seorang pria sambil sesekali menunjuk ke arah ekor ayam berwarna serba hitam.
"Apa Indo mau beli ayam?" tanya Raina pada dirinya sendiri.
Tak berselang lama Saoda menoleh ke arah Raina membuat Raina dengan cepat menyembuyikan tubuhnya di balik pohon. Beberapa detik kemudian Raina kembali mengintip menatap Saoda yang tampak menjulurkan uang dan mengambil seekor ayam yang berbulu serba hitam.
Mau apa Saoda dengan ayam hitam itu dan untuk apa ia membelinya, kini pikiran itu yang memenuhi pikiran Raina membuatnya sejak tadi menebak di dalam hati.
Suara terdengar membuat Raina kembali mengintip menatap Saoda yang kembali melangkah pergi.
Apa dia akan pulang ke rumah?
Kedua mata Raina membulat, ini bisa jadi masalah jika ia tidak ada di dalam rumah ketika Saoda pulang ke rumah. Dengan cepat Raina berlari melewati pinggiran kebun dan hutan agar ia bisa sampai ke rumah dengan cepat.
Saat ia berlari Raina bisa merasakan rasa sakit pada telapak kakinya yang terasa berdenyut sakit saat menyentuh tanah. Apa mungkin masih ada duri di dalam sana? Yang jelas telapak kakinya masih terasa sakit.
Raina berlari menaiki anakan tangga tanpa menyirami kakinya yang agak kotor itu. Ia tak mau jika Saoda melihat bekas air dan mengetahui jika Raina baru saja keluar dari rumah.
Raina menutup pintu dengan rapat lalu berlari masuk ke dalam kamarnya untuk menyimpan selendang hitamnya ke dalam lemari pakaiannya.
Raina kembali menoleh menatap jendela membuatnya mendekat dengan langkah yang penuh hati-hati. Raina mengintip menatap jalanan di depan rumah yang terlihat sunyi, tak ada Saoda yang melangkah untuk pulang ke rumah.
Raina celingukan berusaha untuk mencari sosok Saoda. Entah mengapa ia belum sampai juga ke rumah.
Raina menghela nafas hingga Saoda terlihat melangkah dari kejauhan membuat Raina mengernyit heran menatap Saoda yang tak membawa apa-apa. Kemana satu ekor ayam hitam yang dengan jelas Raina lihat telah Saoda beli.
Saoda menyirami kakinya lalu melangkah menaiki rumah membuat Raina tersentak kaget saat mendapati pintu yang tiba-tiba saja terbuka.
"Ada apa?" tanya Saoda yang kini sudah ada di dalam rumah sambil menatap Raina yang kini masih terbelalak kaget.
"Em, I-indo dari mana?" tanya Raina yang kini telah bangkit dari duduknya.
"Sudah aku bilang kalau aku dari pasar."
Raina kini terdiam menatap Saoda yang kini melangkah masuk ke dalam kamarnya. Disaat itu juga Raina bisa bernafas lega, itu berarti Saoda tak curiga kepadanya jika ia telah mengikuti Saoda saat ia pergi ke luar dari rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments