Di dalam kamar ini tak ada cahaya sedikitpun yang menjadi penerang bagi Raina yang kini masih mencoba untuk menahan rasa kantuknya. Kali ini ia tak boleh tidur, ia harus menahan kelopak matanya yang nyaris tertutup karena rasa kantuk yang sejak tadi merayunya untuk tidur.
Sesekali tangan Raina mengusap kelopak matanya agar tidak tertutup dan mengurangi rasa kantuknya walau sesekali ia menguap lebar. Raina memeluk kedua lututnya yang ditekuk, suasana malam ternyata begitu sangat dingin walaupun ia berada di dalam kamar. Raina harusnya memang tak heran karena ada banyak celah di rumahnya sehingga udara dingin bisa leluasa keluar masuk.
Raina kembali merapatkan wajahnya ke permukaan papan membuat indra penglihatannya bisa melihat sosok Saoda yang sepertinya sudah tertidur lelap di atas kasurnya.
Krek
Kedua mata Raina membulat setelah mendengar suara papan yang berbunyi seakan sedang diinjak oleh seseorang yang berada tidak jauh darinya.
Hawa panas berhembus mengenai sebelah wajahnya membuat bibir Raina bergetar bersamaan dengan detak jantungnya yang memompa darahnya begitu sangat cepat membuat dadanya terasa sesak.
Apa yang ada di sebelahnya?
Bibir Raina mengering, Raina mencoba untuk melembabkan dengan salivanya tapi bibirnya seakan membeku sehingga sulit untuk digerakkan.
Haaaaaaaaauuuuu
Suara itu terdengar jelas persis di indra pendengarannya membuat kedua mata Raina membulat. Berarti benar, ada seseorang di sebelahnya, tapi siapa? Raina meneguk paksa salivanya lalu dengan perlahan ia mengerakkan kepalanya ke arah kanan dengan kedua mata yang tertutup. Rasa penasaran membawanya untuk mencoba untuk menoleh.
Raina menghela nafas sesak. Dengan perlahan ia membuka kedua matanya yang ikut bergetar seakan sulit untuk dibuka. Cahaya di dalam kegelapan terlihat samar-samar saat Raina membuka kedua matanya dengan perlahan.
Haaaaaaaah
"Aaaaaaa!!!" teriak Raina.
Sosok wajah menyeramkan penuh darah dan kedua mata merah serta gigi taring yang memenuhi mulut dengan lidah panjang yang menggeliat keluar seperti ular tampak menari berada tepat di wajah Raina yang masih berteriak.
Bersamaan dengan Raina berteriak sebuah semprotan darah busuk masuk ke dalam dan memenuhi rongga mulut Raina.
Raina menunduk dan memuntahkan darah busuk ke atas papan membuat darah bercampur belatung itu terlihat menggeliat.
"Aaaaaa!!!" jerit Raina ketakutan.
"Hah!" Helaan nafas dari mulut Raina berhasil lolos saat ia membuka kedua matanya.
Raina mengangkat kepalanya secara tiba-tiba. Raina mengusap mulutnya dan memasukkan tangannya ke dalam rongga mulutnya berusaha untuk menghilangkan sisa darah busuk dan belatung itu.
Kosong, tak ada darah dan belatung di dalam sana. Raina dengan cepat menunduk ia menatap permukaan papan yang terlihat baik-baik saja, tak ada darah dan belatung seperti apa yang telah ia lihat sebelumya.
Apakah semuanya mimpi?
Raina menghembuskan nafas panjang dan mengusap dahinya yang berkeringat. Ketakutan membawa Raina pada mimpi buruk yang nyaris membuatnya mati. Semoga saja kejadian itu tidak terjadi di dunia nyatanya. Mimpi buruk itu sangat menyeramkan bahkan wajah menyeramkan itu masih sukar untuk Raina hapus dalam benaknya.
Suara papan terdengar di sebelah tepat di dalam kamar Saoda membuat Raina dengan cepat menoleh dan melihat apa yang terjadi di dalam sana.
Kedua mata Raina terbelalak menatap Saoda di balik celah kecil itu sedang bergetar di atas tempat tidurnya. Suara Saoda ikut terdengar, suara erangan kesakitan persis seperti orang yang kesetrum aliran listrik.
Apa yang terjadi pada Saoda? Pertanyaan itu yang langsung muncul saat Saoda melihatnya secara langsung. Ini bukan mimpi! Raina yakin ini bukan mimpi.
Tubuh Saoda terangkat dan melayang ke udara membuat kedua mulut Raina menganga karena terkejut. Dengan cepat Raina mendekap mulutnya agar tak bicara atau bisa saja berteriak. Kini bibir Raina bergetar ketakutan melihat kejadian ini.
Bruk!!!
Tubuh Saoda terhempas ke atas kasur dan membuat tubuhnya menggelinding dan jatuh dengan keras ke atas papan. Saoda merangkak dengan bokongnya yang terlihat lebih tinggi dari kepalanya persis seperti sosok hewan dengan empat kaki.
Saoda mengerakkan tubuhnya dan kepalanya yang menggeleng-geleng tak beraturan membuat rambut putih itu terurai menutupi sebagian wajahnya. Kedua tangannya bergerak melepas pakaiannya sendiri dan membuangnya ke sembarang arah.
Saoda terlihat mengaung dan kepalanya terlihat menggeliat nyaris terputar. Terlihat menyeramkan.
Raina tak berkedip sedikitpun. Air matanya menetes membasahi pipinya dan mengenai punggung tangannya yang kini sedang mendekap mulutnya agar tidak bicara.
Raina tak menyangka jika Saoda, sosok wanita yang selama ini telah menjaganya adalah sosok Parakang yang selama ini telah meresahkan para warga. Kematian bayi baru lahir dari Caya, istri dari Edi, Ibu dari kepala desa, Nenek dari Erni dan beberapa warga desa lainnya kematian mereka adalah ulah dari Saoda.
Ini tidak mungkin.
Saoda berlari dengan merangkak ke luar dari kamar membuat Raina dengan cepat bangkit dari papan dan ikut berlari keluar dari kamarnya. Langkah Raina terhenti mendapati jendela rumah yang sudah terbuka lebar membuat cahaya rembulan malam masuk mengenai papan.
Raina berlari mendekati jendela membuat wajahnya terpapar cahaya rembulan malam. Ia berdiri di belakang jendela lalu ia menoleh ke kiri dan kanan berusaha untuk mencari sosok Saoda yang sudah pergi entah kemana?
Kemana perginya dia?
Raina menangis sambil mengigit bibir dengan keras. Apakah kepergian Saoda kembali untuk mencari mangsa dan siapa lagi yang akan ia renggut nyawanya.
"Indoooooo!!!" teriak Raina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments