"Indoooooo!!!" teriak Raina.
Raina berlari menuju pintu dan membukanya dengan keras lalu berlari menuruni anakan tangga. Kali ini Raina tak peduli pada gelap dan seramnya penampakan hutan yang gersang. Yang ada di pikiran Raina adalah ia harus mencari Saoda.
Raina berlari menelusuri jalan bebatuan yang terasa basah, itu bisa Raina rasakan saat telapak kakinya yang tak beralaskan apa-apa itu menyentuh permukaan tanah.
"Indoooo!!!" teriak Raina sambil berlari.
Jalan gelap membuat jantung Raina berdetak sangat cepat. Ia menghentikan larinya lalu berdiri di tengah keheningan malam yang bersahutan dengan suara burung hantu.
Raina menoleh ke kiri dan kanan lalu memutar tak jelas berharap ia bisa melihat Saoda. Dimana Saoda sekarang?
Bruak
Raina tersentak kaget setelah mendengar suara keras seakan ada sesuatu menabrak benda keras di dalam area hutan membuat kedua mata Raina yang terbelalak itu menoleh menatap ke arah hutan dengan cepat.
Apa dia di sana? Hal itu yang muncul pertama kali setelah mendengar suara keras di dalam sana. Tak berselang lama suara langkah lari yang mirip dengan lari hewan berkaki empat terdengar membuat Raina berlari memasuki hutan.
"Indoooo!!!" teriak Raina.
Raina terus berlari menelusuri jalanan hutan yang ditumbuhi oleh pepohonan tinggi dan berbatang besar.
"Indooo!!!" teriaknya lagi.
Raina menghentikan larinya. Tangan kanannya menyentuh permukaan batang pohon beringin dan berusaha untuk mengatur nafasnya yang sesak itu. Ia telah berlari cukup jauh ke dalam hutan, sebuah tempat yang belum Raina injak seumur hidupnya.
Ia menoleh menatap kesekelilingnya, kedua matanya menyusuri pemandangan pepohonan. Raina menelan salivanya dengan paksa, lututnya juga terasa ngilu setelah berlari.
Uk uk uk uk
"Hah!" kaget Raina tersentak kaget saat suara burung hantu terdengar membuat Raina mendongak menatap mata menyala di atas sana.
Raina memundurkan langkahnya menjauhi pohon beringin itu bersamaan dengan terbangnya kalilawar hitam yang terbang dari pohon ke pohon membuat Raina ketakutan.
"Indooo!!!" teriak Raina lalu ia berlari meninggalkan pohon beringin yang telah membuatnya takut.
"Indoooo!!!"
Raina menghela nafas, setelah ia berlari ia kembali mengatur nafasnya. Berlari dalam keadaan ketakutan yang benar-benar menyiksanya.
Suara lari kembali terdengar persis di sebelahnya membuat Raina menoleh menatap bayangan hitam yang melintas tepat di hadapannya. Seketika sekujur tubuh Raina mengigil ketakutan.
Raina berlari dan bersembunyi di balik pohon besar sambil mengintip menatap sosok bayangan hitam yang kini terdiam sejenak.
Raina menelan salivanya dengan mulut bergetar. Raina ingin berteriak memanggil Saoda tapi itu tak mungkin karena sosok Saoda kini telah berbentuk menjadi Parakang. Walaupun Saoda adalah Neneknya tapi mungkin saja secara tidak sadar sosok Saoda yang berbentuk Parakang itu bisa saja menyerangnya.
Sosok Parakang itu kembali berlari membuat Raina juga ikut berlari dan sesekali bersembunyi di balik pohon agar tak dilihat oleh sosok Parakang yang rupanya belum menyadari kehadiran Raina yang masih mengikutinya.
Langkah Raina terhenti saat ia menatap sosok Parakang itu yang terlihat sedang menatap sebuah rumah kayu yang mungkin saja penghuninya telah tidur.
Raina mengernyitkan dahinya menatap serius pada rumah itu yang sepertinya tak asing lagi di pandangan Raina Sepertinya Raina pernah melihat rumah itu. Yah, Raina baru ingat.
Rumah itu adalah rumah Puang Bakri, pria berumur 70 tahun lebih yang berprofesi sebagai petani di desa ini. Mau apa Saoda ke rumah ini? Sebuah pertanyaan yang berhasil muncul.
Kedua bibir Raina terbuka, apa mungkin Saoda akan menjadikan Puang Bakri sebagai sasaran berikutnya.
"Hah!"
Betapa terkejutnya Raina saat melihat Parakang itu memanjat di permukaan tiang rumah lalu naik ke dinding papan dan berakhir pada atap rumah tanpa terjatuh sedikitpun. Bagaimana bisa dia memanjat seperti hewan yang memiliki perekat di tangannya atau dia punya kuku tajam yang bisa menancap di dinding rumah sehingga ia tidak terjatuh.
Dengan perlahan Raina yang masih bersembunyi di balik pohon itu merendahkan tubuhnya. Ia duduk memeluk lututnya yang terasa berdenyut sakit sementara kedua matanya masih menatap ke arah sosok Parakang yang terlihat menyeramkan di bawah sinar rembulan malam.
Raina mengigit bibirnya yang gemetar. Tanpa sadar air matanya menetes, entah karena ia ketakutan atau karena ia merasa kecewa karena sosok Nenek yang sangat ia sayangi itu adalah seorang Parakang.
Mahluk yang paling Raina takuti tenyata selama ini tinggal dan hidup bersamanya tanpa pernah merasa curiga. Raina terisak membuat tangannya dengan cepat membungkam mulutnya agar tak bersuara.
Parakang itu berjalan pelan di atas atap menghasilkan suara kecil namun bisa Raina dengar dari sini. Raina hanya bisa terdiam dan memikirkan apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh sosok Parakang itu.
Parakang terlihat berjalan pelan menuju celah dan mengendus seperti seekor anjing yang telah mendapatkan sebuah jejak.
Raina tanpa sadar bangkit dari duduknya saat sosok Parakang itu melompat masuk ke dalam rumah lewat sebuah celah.
Raina mengigit jari dengan wajah pucatnya menatap khawatir pada sosok Puang Bakri. Apa yang terjadi di dalam sana? Dan apa yang Parakang itu lakukan kepada Puang Bakri?
Raina kembali duduk dengan wajah gelisah. Tak ada lagi suara yang terdengar. Raina terdiam, kedua matanya fokus menatap ke arah rumah itu.
"Aaaaaaa!!!"
Suara jeritan terdengar membuat Raina tersentak kaget dengan kedua mata membulat menatap ke arah rumah itu. Ia bangkit dengan wajah takutnya.
Apa yang terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Andin Yafa
Bodoh kau rainaaaaaaa
2022-12-23
0