...Happy reading....
May ke ruang gym dengan langkah pelan. May melakukan beberapa olahraga ringan untuk memulihkan kakinya. Dia melakukannya dengan hati hati.
Hampir satu jam diruang gym, terdengar ketukan di sertai suara bel. May menyapu keringat di wajahnya. Lalu segera ke pintu dan membukanya.
"Selamat pagi Nona. Saya manager hotel ini!" kata salah seorang di antara mereka dengan sopan. Melihat May mandi peluh.
May sudah tahu di lihat dari nametag yang menempel pada seragamnya. Dan dua orang lainnya entah siapa.
"Selamat pagi." balas May tersenyum.
"Saya membawa dokter kesehatan kulit dan kecantikan untuk memijat kaki anda."
Wajah May mengernyit."Apa Om aku yang menyuruh mereka ke sini?" katanya teringat Rangga. Dia sengaja mengatakan Rangga sebagai Om nya karena tidak ingin mendapat penilaian buruk dari mereka.
"Benar nona. Mereka akan memeriksa kaki Anda dan melakukan terapi." kata manager. Dia sudah tahu siapa May yang bukan keponakan Rangga. Karena bosnya itu sudah mengatakan siapa May.
"Silahkan masuk." kata May mempersilahkan masuk.
Manager segera masuk di ikuti dokter dengan peralatan kesehatan.
"Nona ingin sarapan dengan menu apa? Kami akan segera menyiapkannya." tanya manager.
May tampak berpikir. Lalu menyebutkan makanan yang dia inginkan.
"Ada lagi yang nona inginkan?" tanya manager.
"Aku menginginkan nomor telepon Om aku. Nomornya sudah hilang dari kontakku." kata May berbohong. Mau gimana lagi hanya itu cara dia mendapatkan nomor Rangga. Dia sangat ingin bicara dengan Rangga.
Manager hotel segera menulis nomor Rangga dan di berikan pada May.
"Terimakasih!" kata May.
Manager segera pamit. Sebelumnya dia memberi isyarat pada kedua dokter bule itu untuk melayani May dengan baik.
May meminta di pijat di dekat kolam, karena dia ingin berenang. Sudah lama dia tidak mandi di kolam dan berenang. Mumpung lagi ada di hotel ini dengan fasilitas yang lengkap, maka dia tidak akan menyia-nyiakan kemewahan fasilitas yang ada.
May menyuruh ke dua dokter itu untuk pergi lebih dulu ke kolam, karena dia ingin menghubungi Rangga. Dia tidak ingin pembicaraannya di dengar.
Empat kali memanggil tersambung.
"Assalamualaikum, Halo Om, ini May.... selamat pagi!" kata May sekaligus menyapa.
"Pagi." jawab Rangga dari seberang. Berada di kamar sebelah. Saat ini dia sedang melakukan beberapa olahraga raga berat di ruang gym.
"Maaf jika aku mengganggu. Aku dapatkan nomor om dari Manager hotel. Dia kesini dengan dua dokter untuk mengobati kaki ku!"
"Ada apa?" tanya Rangga menyapu keringat di tubuhnya.
"Aku mau pulang....aku mau kerja! Aku tidak perlu pemeriksaan dan pengobatan lagi. Kaki ku sudah membaik. Aku sudah bisa jalan dengan baik." kata May.
"Kakimu masih bengkak. Mereka dokter spesialis terapi dan kecantikan perawatan tubuh."
"Tapi Om...!"
"Aku akan datang. Biarkan mereka mengobati kaki mu dulu." potong Rangga segera.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama datangnya. Aku harus ke kantor. Aku tidak mau terlambat." kata May cemberut. Lalu segera mematikan telepon.
May menuju kolam dan masuk ke ruang ganti. Dia memakai bikini warna hitam di lapisi mantel mini berwarna putih. Lalu segera berbaring di kursi malas dekat pinggir kolam.
Kedua dokter segera memeriksa kakinya dengan melakukan pijatan alternatif. Bukan hanya kakinya, tapi juga sekujur tubuhnya, muka dan belakang. Dari kepala, wajah hingga ke ujung kakinya. May merasa enakan dengan pijatan itu. Sudah sebulan dia tidak melakukan pijatan spa begini. Biasanya dia selalu melakukan perawatan tubuh dan pijatan sehat seperti ini di klinik kecantikan nenek dan mamanya seminggu sekali Untuk merilekskan tubuh, pikiran dan jiwanya.
40 menit berlalu.
May menghentikan pijatan mereka. Karena dia harus segera bersiap untuk pergi bekerja. Dia juga masih ingin berenang sebentar. Kedua dokter wanita itu segera pergi.Berganti dengan dua pegawai hotel wanita datang membawa sarapan paginya. May meminum jus lemon sampai setengah gelas. Kemudian segera masuk ke dalam kolam. Dia berenang dengan hati hati karena kakinya masih terasa sakit. May Bolak balik kolam renang dengan gaya berbeda.
Rangga yang sudah datang melihat apa yang dia lakukan. Melihatnya tak bergeming berenang terapung di atas air menghadap ke atas.
Kedua pegawai hotel menyapanya dengan sopan. Rangga melangkah mendekati bibir kolam. Memperhatikan gadis itu.
"Om....!" panggil May menyadari keberadaannya. May segera membalikkan tubuhnya, lalu berenang ke tepi kolam dengan lincah. Dia duduk sebentar di pinggir kolam sambil meminum sisa jusnya.
"Om sudah lama datangnya?" tanyanya melihat pada Rangga. Dia mengusap rambutnya yang basah.
Rangga mendekatinya sambil memperhatikan
tubuhnya yang hanya mengenakan bikini. Dia tidak menyangka May berani memakai pakaian terbuka seperti ini. Yang hanya menutupi kedua bagian pribadinya saja. Keindahan tubuhnya terpampang jelas di mata Rangga.
Dengan keadaan May hampir polos seperti ini, Rangga melihat jelas gadis ini bukan hanya cantik, tapi juga begitu bening, indah dengan tubuh sempurna. Benar-benar mempesona. Tak sadar Rangga meneguk ludah.
"Om mau kerja ya?" tanya May melihat pakaian yang di kenakan Rangga. Celana hitam dengan kemeja putih yang di lilit sampai lengan. Pria ini terlihat semakin tampan dan gagah dimatanya. May segera berdiri begitu Rangga di depannya.
Rangga kembali menelan Saliva melihat keindahan yang begitu dekat di depannya. Dia melihat sekeliling memastikan tidak ada pria di tempat ini. Dia tidak mau keindahan ini di lihat pria lain. Karena keindahan ini akan menggoda siapapun yang melihatnya.
Rangga meraih bathrobe dan di pakaikan ke tubuh May. Kain itu tidak bisa menutupi keindahan itu dengan sempurna karena bahannya yang transparan. Lekukan tubuh May masih terlihat. Rangga memaki dalam hati kenapa pegawai hotel menyediakan pakaian bikini seksi seperti ini.
"Terimakasih." kata May, mengikat tali ke perutnya. May menuangkan jus dan di berikan pada Rangga."Minum Om.....!"
Rangga segera mengambilnya, dia belum minum apa apa setelah berolahraga karena terburu-buru datang pada May."Bagaimana kakimu?" tanyanya melihat kaki May. Lalu meneguk jus sekali teguk.
May menurunkan pandangannya ke bawah.
"Sudah lebih baik." katanya.
Rangga melihat ke kaki May, di periksa sebentar. Bengkak dan kebiruan keunguan.
"Duduklah, kau harus sarapan. Setelah itu minum obatmu!" katanya kemudian.
May berjalan masih tidak sempurna meski bengkak dan sakitnya sudah berkurang. Rangga mengikuti untuk menjaga. Keduanya duduk berhadapan. Rangga menuangkan susu "Minumlah." di sodorkan pada May.
"Terimakasih." ucap May, Lalu meminum susu setengah gelas, memakan roti bakar terakhir air putih dan obat. Setelah itu dia bangkit berdiri.
"Om, aku mandi dulu. Setelah itu aku mau pulang. Aku mau bekerja." katanya. Lalu segera melangkah menuju kamarnya dengan sedikit pincang. Rangga bangkit dan mengikutinya dari belakang untuk menjaga jika sampai May jatuh saat berjalan.
"Kamu tidak bisa kemana mana dengan keadaan mu begini! Jalan mu belum sempurna!"
"Aku sudah baikan. Om jangan khawatir." kata May.
"Kau tidak bisa berjalan dan bergerak terlalu lama dengan kaki yang begini! Nanti sakit dan bengkaknya tambah parah."
May melihatnya dari samping"Aku tahu keadaan tubuhku."
"Pokoknya kamu tidak bisa kemana pun." kata Rangga tegas.
May berhenti, menatap Rangga."Nggak bisa Om, aku harus kerja. Aku baru kemarin bekerja, aku gak mau di pecat." bersikeras. Dia masuk kedalam kamar mandi. Tanpa sadar Rangga mengikutinya karena kesal.
"Om ngapain ngikut terus? Aku mau mandi untuk membilas tubuh ku." kata May menatapnya dari pintu.
Langkah Rangga berhenti di pintu kamar mandi. Dia membuang nafas kasar. Lalu segera berbalik. May segera menutup pintu. 10 menit dia keluar dengan pakaian yang baru. Menemukan Rangga berada di balkon.
"Aku pergi dulu. Terimakasih untuk semuanya." kata May. Mengambil tas dan ponselnya.
"Kenapa kau keras kepala? Sudah ku katakan, aku sudah meminta izin dirimu pada atasan mu!" Rangga menghadang jalannya.
May membuang nafas berat. Menatap mata Rangga."Di perusahaan itu aku di gaji setiap jam! Satu jam sangat berarti bagiku. Karena aku sangat butuh uang untuk biaya hidup dan juga membayar sewa apartemen." kata May menjelaskan kembali.
"Kalau hanya karena uang, aku bisa memberimu!" kata Rangga. Dia mengeluarkan kartu kreditnya dan memberi pada May."Ini pakailah untuk memenuhi semua kebutuhan mu! Kau bebas menggunakannya."
Wajah May mengernyit, melihat benda tipis itu. Benda tipis hanya bisa di miliki kalangan kelas atas. Dia bahkan punya benda tipis kartu kredit seperti itu. May kembali beralih melihat wajah Rangga."Itu tidak perlu. Aku tidak mau merepotkan Om lagi. Om sudah banyak membantu ku. Aku masih kuat untuk bekerja!" katanya kemudian. Dia mengembalikan benda itu dalam genggaman Rangga. May sungguh tidak menyangka Rangga akan memberinya kartu kredit, sementara di antara mereka tidak ada hubungan kerabat atau saudara. Mereka hanya dua orang yang bertemu secara tidak sengaja dalam situasi yang buruk dan baru berteman seminggu. Tapi pria ini sudah banyak membantunya.
"May, kau yang meminta aku untuk menjadi teman mu bukan? Dan kita sekarang adalah teman! Bukan kah sesama teman harus saling membantu?" kata Rangga menatap dalam-dalam matanya.
May membuang nafas pelan."Aku tidak bisa terus-terusan merepotkan Om dan meminta bantuan! Aku tidak mau bergantung terus pada orang lain! Aku butuh uang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Aku juga perlu uang yang banyak untuk........!"
"Untuk mencari pria yang kau cintai?" sambung Rangga menatap matanya dalam-dalam.
May terdiam mendengar pertanyaan itu. Keduanya saling menatap beberapa saat dengan pikiran dan perasaan masing-masing.
"May, kau masih sangat muda. Di usia mu yang masih belia seperti ini harusnya melanjutkan pendidikan dan punya cita cita. Masa depan mu masih panjang. Cinta dan jodoh akan datang kepadamu jika sudah waktunya tiba. Kau tidak perlu mengejarnya. Jika dia memang takdir mu, tuhan akan membawa dirinya kepada mu!" kata Rangga.
"Kau mengejar orang yang tidak perduli sama sekali padamu. Kau bahkan datang jauh-jauh ke sini mencarinya, rela bekerja keras dan hampir celaka hanya untuk dia yang tidak tahu diri akan perjuangan dan pengorbanan mu untuk menemuinya." katanya lagi menatap tajam dengan rasa kesal. Kesal kepada pria yang membuat May menderita.
May terdiam mendengar rentetan kalimat kalimat itu. Nasehat di sertai kekesalan, kemarahan, kekecewaan. Dia merasa pria di depannya ini seperti papanya, yang sedang menasehatinya. May mendesah sedih. Dia mengalihkan pandangannya ke sebelah menghindari tatapan tajam mata Rangga.
Rangga memegang dagunya dan membawa wajah itu melihat padanya."Kau percaya padaku kan?" menatap netra yang memerah dan menggembung.
May kembali mendesah sedih, menelan ludah, mengulum bibirnya.
"Saat pertama kali kita bertemu, Kau naik ke mobil aku waktu itu. Aku tidak sengaja mendengar mu bicara dengan seseorang di telepon. Kau datang kesini untuk mencari cinta dan jodohmu. Kau akan pulang setelah menemukannya." Rangga berhenti sejenak.
"Sepertinya kau sangat mencintainya. Siapa pria itu?" lanjutnya bertanya, menatap netra May. Jujur dia tidak suka dengan pria itu.
May masih membisu. Dia menatap dalam-dalam wajah Rangga. Semakin di tatap wajah tampan ini hampir mirip dengan wajah Rad. Seandainya iris matanya berwarna biru dan tidak memiliki berewok tebal, tidak berambut coklat, maka wajah pria ini mirip Rad.
"Ada apa?" tanya Rangga yang merasa di perhatikan.
"Tidak apa apa!" May segera melihat ke sebelah.
"Aku akan bantu carikan pria itu untuk mu! Dan setelah kalian bertemu, kembalilah ke negara mu dan lanjutkan pendidikan mu! Katakan, siapa dia? Agar aku lebih mudah untuk mencarinya."
"Aku....aku...!" May ragu.
"Kau bisa percaya padaku. Aku akan membantumu menemukannya." Rangga terus mendesak.
May geleng geleng kepala. Tidak mungkin dia mengatakan tentang Rad pada Rangga. Pria yang di ketahuinya hanya lewat media sosial, Instragram. Belum pernah bertemu dengannya dan juga tidak tahu tentang dirinya. Keduanya yang tidak saling mengenal. Rangga pasti akan menertawainya dan mengatakan dia gadis penguntit, tidak normal dan penuh halusinasi, terobsesi yang berlebihan.
"Baik jika kau tidak mau mengatakan. Aku tidak akan memaksa mu dan mencampuri urusan pribadi mu." kata Rangga melihat May hanya diam, ragu ragu dengan wajah mendung.
"Sementara kau mencari cinta mu itu, Aku sarankan kau melanjutkan pendidikan mu di sini. Kau bisa kuliah di sini. Aku yang akan membiayai pendidikan dan semua kebutuhan mu!" katanya lagi.
May kaget dengan saran itu. Dia geleng kepala dengan matanya yang basah."Nggak Om....aku tidak mau! Aku dan Om tidak punya hubungan apapun. Kenapa Om terlalu baik padaku?"
"Kamu tinggal sendirian di sini. Jauh dari keluarga mu! Dulu, aku juga pernah tinggal di negara mu dan bertemu dengan seorang yang sangat baik padaku." kata Rangga mengarang cerita.
"Om pernah tinggal di Indonesia?" tanya May dengan wajah mengernyit.
"Iya, tapi itu sudah lama sekali, sekitar 17 tahun yang lalu. Aku mendapatkan teman yang sangat baik di sana! Anggap saja aku membalas kebaikannya pada dirimu." kata Rangga berbohong.
"Tapi, kebaikan yang Om beri sudah berlebihan, Aku......!" May ragu karena merasa takut dengan kebaikan Rangga yang berlebihan.
"Kamu bilang, aku bukan hanya teman bagimu, tapi juga seperti papa mu. Iya kan?" Rangga memangkas ucapannya. Dia tahu gadis ini ragu dan takut.
May menatap wajahnya mendengar ucapan itu. Dia memang menganggap Rangga seperti papanya. Punya jiwa lembut, penyayang, bertanggung jawab dan melindungi keluarga meski dingin dan angkuh.
"Anggap aku papa mu! Dan percayalah padaku seperti kau percaya pada orang tuamu." kata Rangga meyakinkan dirinya.
"Menganggap Om sebagai papaku? Nggak.....nanti anak Om marah pada ku. Mereka juga akan marah, kecewa pada Om karena menganggap punya anak di luar. Dan Istri Om juga akan marah pada Om karena berpikir punya istri lain."
Wajah Rangga mengernyit mendengar ucapannya."Kamu sampai berpikir begitu?" Rangga tersenyum dalam hati.
May gugup."I....iya....! Aku sering melihat di lingkungan masyarakat kita, banyak pria beristri selingkuh, mempunyai wanita simpanan, menikah diam-diam dan memiliki anak! Sering terjadi kasus istri sah mendapati dan melabrak suaminya bersama wanita selingkuhannya, simpanannya di hotel, di apartemen, di kos-kosan, pokoknya seperti itu! Om pasti juga telah banyak mendengar kasus seperti itu kan? Jujur berada di hotel ini membuatku takut dan tidak tenang! Aku takut Bagaimana jika istri Om tahu jika suaminya membawa aku ke hotel ini? Aku takut akan di katakan sebagai...... gadis..... gadis simpanan Om." kata May ragu dan sedikit canggung. Dia menghindari mata Rangga.
Rangga kaget dengan ucapannya. Seulas senyum menghiasi wajahnya. Gadis ini membuatnya gemas.
"Kok Om malah senyum senyum begitu? Aku sangat takut! Aku gak mau lagi berada di sini, Aku mau pergi." kata May dengan wajah cemberut melihat Rangga hanya tersenyum tenang. Dan senyuman itu semakin membuat wajah itu semakin tampan di matanya.
Senyum Rangga semakin melebar. Dia maju dua langkah, lebih dekat pada May. Terus memajukan wajahnya di depan wajah May."Tidak ada yang perlu kamu takutkan. Karena aku.....!" Rangga berhenti bicara, karena ragu untuk mengatakan kalau dia belum menikah. Apa dia harus mengatakan di usianya setua ini belum menikah? May pasti akan mengatakan dirinya bujang lapuk tak laku laku terus mengejek dan menertawainya.
"Apa.....? kok nggak lanjut ngomong-nya?" tanya May karena ucapan Rangga putus.
Rangga menarik wajahnya."Sudahlah..... yang jelas kamu tidak perlu takut. Tidak akan ada wanita yang memarahi mu apalagi berani melabrak mu. Aku pastikan hal itu! Sudah.... kamu tetap di sini dan istirahat. Kamu baru saja minum obat! Aku mau keluar, ada urusan penting." kata Rangga dan segera beranjak dari depan May sebelum gadis itu banyak bertanya tentang dirinya.
May terpaku di tempatnya. Mencerna perkataan Rangga.
"Apa dia duda?" batin May
"Atau dia suami yang kasar dan kejam sehingga istrinya takut dan tidak berani padanya. Terus memilih diam saja membiarkannya selingkuh dengan banyak wanita?" batin May lagi.
May ngeri takut membayangkan bila Rangga pria seperti itu.
Apa Rangga juga pria hidung belang seperti yang yang lainnya? Membawa dirinya ke hotel mewah ini. Awalnya baik dan penyayang, memberi banyak kebaikan dan kemewahan. Tapi pada akhirnya menginginkan balasan tubuh?
Tubuh May bergidik membayangkan hal itu. May segera ke kamar mandi, mengganti pakaian yang di beli Rangga dengan pakaiannya. Setelah itu dia keluar terburu buru dari kamar hotel. Dia tidak mau berada di tempat ini dan ketahuan istri Rangga.
Bersambung.
Readers tersayang, kasih hadiah buat author ya, dukung biar tambah semangat nulisnya😘
Dan Terimakasih bagi yang sudah mampir 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Lenkzher Thea
Mungkin Rangga mulai menyukai May lebih dari sekedar teman
2022-07-21
0