...Happy Reading....
Rangga sedang dalam perjalanan menuju ke apartemennya. Selain memiliki hunian di toko bunga, dia juga punya Apartemen. Selain usaha toko bunga, memiliki perusahaan, dia juga memiliki bangunan apartemen dan usaha properti lain di negara ini.
Mobilnya berhenti karena lampu merah. Sambil menunggu lampu hijau, pikirannya melayang pada pembicaraan dengan mamanya tentang putri Khanza.
"Putri sulung Khanza berlibur ke Eropa dua minggu lalu. Tiga hari di Eropa dia pamit akan balik ke tanah air. Tapi saat di bandara putri Khanza kabur melarikan diri entah kemana. Semua anak buah tuan Rafa dan Cio telah mencarinya ke setiap pelosok di negara Eropa tapi tak menemukan gadis itu. Sepertinya ada yang membantunya ke luar dari negara itu. Ada informasi dari anak buah tuan Edgar kalau putri Khanza berada di Amerika. Mereka melihat seorang gadis yang mirip dengan putri Khanza. Tapi mereka belum memastikan apa itu dia atau tidak. Karena ketika di cek ke setiap maskapai penerbangan, tak ada nama Putri Khanza sebagai penumpang pesawat dalam dua minggu terakhir ini." Kata Cindy.
"Nak, nama Putri Khanza adalah Rai Rara putri Gracio. Sejak putrinya lahir, Khanza memakai kembali nama aslinya, Khanza Ghaniya Artawijaya. Dan dia memberi nama putrinya Rai Rara putri Gracio." kata Cindy kembali.
"Rai Rara? Jadi Khanza memberi nama putrinya Rai Rara?" batinnya kembali. Dia tidak mengira Khanza akan memberi nama putrinya Rai Rara. Dan ternyata dugaannya waktu mereka masih sekolah dulu benar, anak yang ada dalam kandungan Khanza berjenis kelamin perempuan.
Rangga tersenyum kecil. Suara klakson mobil di belakang membuyarkan lamunannya. Lampu hijau sudah menyala. Rangga bersiap untuk menjalankan kendaraan. Saat hendak tancap gas, pintu mobilnya di buka tiba tiba dari luar. Dan masuklah seseorang. Rangga terkejut. Lebih terkejut lagi melihat siapa yang masuk. Gadis itu lagi?
"Hay Om....!" sapa May tersenyum. Sambil menutup mobil. Rangga hendak bicara tapi suara klakson beberapa mobil dibelakang membungkam mulutnya. Dia segera tancap gas. Menjalankan mobilnya 100 meter dari lampu merah, lalu menepi.
Rangga menghadapkan tubuhnya pada May.
Lagi lagi mulutnya batal terbuka oleh suara May.
"Maaf, lagi lagi aku masuk mobil Om sembarangan." ucap May segera, tahu apa yang hendak di katakan Rangga.
"Tadi aku sedang menunggu taksi. Tak sengaja aku melihat wajah Om dari jendela mobil yang terbuka. Ku perhatikan ternyata memang Om!" kata May kembali sebelum Rangga bicara meluapkan kekesalannya. Dia menatap wajah Rangga yang datar dan dingin.
"Oke....oke....aku tahu Om kesal dan marah padaku. Aku benar-benar minta maaf, Maaf!" kata May mengulang ngulang kata Maaf melihat tatapan tajam Rangga. Menatap tak suka dengan apa yang dia lakukan.
"Saat ini aku lagi sangat senang dan bahagia. Aku ingin membagi kebahagiaan ku pada orang lain. Tapi di negara ini, aku tidak punya teman. Aku tidak punya orang yang aku kenal untuk berbagi kebahagiaan ku. Melihat Om di lampu merah tadi, membuat aku merasa seperti punya teman. Aku langsung lari ke mobil Om." kata May kembali.
Mata Rangga memicing, dahi mengerut.
"Kita sudah beberapa kali bertemu. Dan Om juga sudah beberapa kali menolong ku! Tapi kita belum saling mengenal. Mau kah Om menjadi temanku?" kata May menyodorkan tangan kanannya.
Rangga melihat tangan itu dan belum menyambutnya.
"Namaku....!" Kata kata Rara seketika terputus. Hampir saja dia keceplosan menyebut nama aslinya,Rai Rara.
"Namaku May __May Wulandari. Aku berasal dari Indonesia, kota Bandung. Usiaku 17 tahun. Tidak lama lagi mau 18 tahun." kata May lagi.
Beberapa detik berlalu dia menarik tangannya karena tak bersambut.
"Kalau nama Om siapa?" tanyanya kembali.
"Kamu tinggal sendirian di sini?" Rangga balik bertanya. Rasa kesalnya mereda melihat kepolosan serta kejujuran gadis ini.
"Sebenarnya sama temanku. Tapi dia sudah balik ke Bandung karena......" May ragu mau memberi alasan apa. Dia tidak biasa mengarang cerita yang tidak benar. Sedangkan Rangga menatap matanya menunggu kelanjutan ucapannya.
"Aku kurang tahu dia kembali untuk apa. Tapi aku tidak sengaja mendengar percakapan dengan ayahnya, dia di minta pulang untuk kuliah. Kebetulan kami baru lulus SMA." lanjut May berbohong. Tapi dia tidak sepenuhnya berbohong, karena Sofi memang akan kuliah.
"Terus kenapa kau tidak kembali bersamanya? Seharusnya kau juga harus kuliah setelah lulus SMA." kata Rangga.
"Aku__aku masih mencari sesuatu." jawab May ragu sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Sesuatu?" dahi Rangga mengerut mendengar jawabannya.
May mengangguk.
"Apa itu lebih penting dari kuliah dan masa depan mu?"
"Iya, sesuatu yang penting di hidup ku. Tapi rahasia. Aku boleh kan tidak mengatakannya?" kata May tersenyum ngeles.
Rangga tak menjawab. Dia teringat percakapan May dengan Sofi di mobilnya beberapa hari kemarin. Saat May berkata "Aku sedang mencari cinta dan jodoh ku. Siapa tahu ketemu di sini."
"Mungkin kah gadis ini mencari pacarnya yang berada di negara ini? Dan karena itu dia ada di sini?" batin Rangga.
"Gadis bodoh, usia masih sangat muda sudah memikirkan cinta, bukannya sekolah dan mengejar cita-cita!" batinnya kembali.
"Om sendirian? Istrinya mana?" tanya May membuyarkan lamunan Rangga. Rangga menatap wajahnya.
"Itu tuh yang kemarin bersama Om di panti s
jompo!" kata May menjawab kebingungan Rangga.
"Aku minta maaf soal kemarin. Semoga saja istrinya gak marah saat aku lancang melompat naik ke tubuh Om. Istrinya gak marah kan sama aku?" tanya May kembali menatap dari samping.
"Kamu tinggal di mana?" tanya Rangga alih alih menjawab pertanyaan May.
"Aku tinggal di apartemen yang berada di jalan X." kata May.
Wajah Rangga mengernyit mendengar alamat apartemen yang di sebut.
"Om pasti sudah punya anak seusia aku kan?" tanya May lagi.
Rangga diam tak menjawab. Dia memutar arah ke alamat yang di katakan May.
"Lho Om, ini kan arah menuju ke tempat aku." kata May beberapa saat setelah menyadari jalanan yang mereka lalui. Sepertinya pria ini mau mengantar dia pulang.
Rangga terus diam. Gadis ini terlalu banyak bicara menurutnya.
"Stop Om....aku mau turun di sini." kata May tiba tiba saat melihat sebuah kafe islami yang tampak ramai. Spontan Rangga menginjak rem dan menepikan mobil.
May segera keluar. Berjalan mengitari depan mobil. Dia membuka pintu mobil Rangga dan menarik tangan pria itu keluar.
"Cepat Om, aku sangat lapar." kata May ketika perutnya berbunyi lagi. Rangga kaget dengan apa yang dia lakukan. Dia tidak mau menuruti keinginan gadis ini. Tapi tarikan tangan May sangat kuat mengajaknya keluar."Ayo Om, aku mohon ikutlah denganku." May meminta. Terpaksa Rangga segera mengikuti tarikan tangan itu. Telinganya mendengar suara dari perut May yang kembali berbunyi. Bunyi yang di dengar sejak mengobati kakinya tadi dan ternyata belum di isi.
Dengan langkah sedikit cepat mereka menuju lobby kafe dan mengambil tempat duduk. Suasana sangat ramai karena ada penampilan dari group band Indonesia yang manggung di tempat itu.
"Om sudah makan siang belum?" tanya May menatap wajah RANGGA.
Rangga balas menatapnya, tidak menjawab. Dia memang belum makan siang karena belum lapar.
"Karena diam, berarti jawabannya Om belum makan." kata May kembali. Dia segera memanggil pelayan.
"Pesan aja makanan apa yang Om suka. Aku yang bayar. Anggap saja sebagai rasa terimakasih ku karena telah menolong aku beberapa kali! Dan kedua, karena aku lagi senang saat ini." kata May tersenyum.
"Om tahu nggak? Aku di terima bekerja di sebuah perusahaan besar. Aku senang sekali! Dan aku mau membagi kebahagiaan ku pada Om. Karena hanya Om yang aku kenal dan satu satunya temanku di sini." kata May sangat antusias, ekspresi riang dan senang.
"Setelah aku berjalan kaki seharian dari tempat satu ke tempat lain, akhirnya ada juga perusahaan di negara ini yang menerima aku bekerja." kata May masih dengan semangatnya."Perusahaannya besar banget Om. Dalam mimpi pun aku tidak pernah menyangka akan bekerja di perusahaan gede itu. Tapi ternyata tuhan sayang sama aku. Dia tahu aku sendirian di negara ini dan sangat butuh pekerjaan. Aku sangat senang dan bersyukur sekali." kata May kembali tanpa berhenti tersenyum.
Rangga ikut senang melihat tingkah senang dan senyuman itu. Dia tersenyum dalam hati.
Entah kenapa tingkah seperti ini mengingatkannya pada seseorang di masa lalu. Yang selalu membagi kebahagiaan pada dirinya. Bukan hanya kebahagiaan, juga segala kesedihannya tanpa menutupi apapun.
Tapi May bukan seseorang di masa lalunya, wajah mereka bahkan tak mirip sama sekali. Dari matanya saja sangat berbeda. May tidak memiliki mata teduh seperti Khanza.
Rangga masih menatap tak bergeming wajah manis yang tampak ceria ini.
Rangga tiba tiba teringat kaki May yang terluka. Mungkin karena berjalan mencari lowongan kerja dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak jauh membuat kakinya lecet lecet. "Bagaimana luka di kakimu?" tanyanya.
May ikut melihat ke bawah. Ke arah kakinya.
"Sakitnya sudah berkurang setelah Om beri salep tadi." jawab May tersenyum. Ternyata pria ini perhatian pada padanya.
Terdengar histeris para pengunjung kafe saat vokalis mulai bernyanyi. Lagunya yang berjudul 'Cinta Sampai Mati'. Para pengunjung ikut bernyanyi sambil menjerit histeria. May pun ikutan bernyanyi. Dia mengeluarkan ponselnya, membuka galeri fotonya. Dia menatap wajah pria tampan yang ada di galeri itu. Rangga mengamati apa yang dia lakukan, tapi tidak melihat dengan jelas wajah pria itu. Tapi dia yakin yang di lihat May adalah seorang pria.
"Duhai engkau sang belahan jiwa, namamu terukir di hati, di setiap langkah, ku slalu berdoa, semoga kita bertemu....( Nyanyian May mengikuti vokalis band, melihat wajah di foto itu).
"Duhai engkau tambatan hatiku, labuhkan hatimu di dalam hidup ku, Ku ingin kau tahu, betapa merindu, hidup lah engkau dengan ku.....( May menyentuh dadanya sangat serius melihat foto Rad). Tanpa tahu kalau Rad ada di depannya.
Rangga terkesiap mendengar kata kata nyanyian yang keluar dari mulut May. Yang sepertinya di tujukan pada pria yang di carinya.
"Dengarkanlah....di sepanjang malam aku berdoa, bersujud dan lalu aku meminta, semoga kita bertemu.....( lirik dirubah).
"Dengarkanlah, di sepanjang malam aku berdoa, Cintaku untuk mu selalu terjaga, Dan aku pasti setia...( Tak sengaja Menatap mata Rad yang masih terus melihatnya bernyanyi sambil menatap foto itu. Keduanya saling menatap.
Mata yang di lihat Rangga memerah sedih seolah mengekspresikan perasaannya lewat lagu itu. "Mungkinkah pria dalam foto itu adalah pria yang dicintanya?" batin Rangga. Di lihatnya mata itu bahkan berkaca. May menyanyikan dengan penuh perasaan dan penghayatan.
Sementara May sama sekali tidak tahu kalau pria yang dikaguminya berada di depannya.
Beberapa saat kemudian, pelayan datang membawa pesanan mereka. Di letakkan di atas meja.
May mengecup foto Rad sebelum menyimpan benda pintar itu ke tas Selempang nya.
"Lagunya dalem banget, aku suka sekali!" kata May tersenyum sambil menekan matanya yang basah.
"Om tahu lagunya? Lagu ini sangat populer di negara ku." tanya May lagi. Meski dia tahu pria bule ini tak tahu lagu itu.
"Makanlah, nanti perut mu sakit jika tidak segera di isi." kata Rangga tanpa menjawab pertanyaan itu.
May mengangguk." Iya, aku sangat lapar. Saking senangnya di terima bekerja, membuat rasa lapar ku hilang." katanya kembali tersenyum. Lalu dia mengambil gelas minumnya."Ayo Om bersulang untuk kebahagiaan ku saat ini dan juga pertemanan kita." kata May mengangkat gelasnya.
Alis Rangga terpaut mendengar kata pertemanan.
"Ayo Om, ambil gelasnya." pinta May lagi.
"Gadis ini terlalu suka memaksakan keinginannya." batin Rangga. Dia mengikuti apa yang dia inginkan May. Mengangkat gelas dan menyentuhkan gelas mereka, lalu meneguk. Selanjutnya mereka menikmati makanan. Rangga melihat May yang tampak lahap makan. Bulir bulir keringat muncul di pori pori wajahnya.
"Apa Om asli orang Amerika?" tanya May di sela makannya. Kali aja pria ini berasal dari negara lain dan menetap di sini sama seperti dirinya yang hanya seorang pendatang.
Rangga hanya melihat tak menjawab. Lalu kembali makan.
"Oh ya, anak Om ada berapa? Apa Om memiliki seorang putri seperti aku?" tanya May lagi."Boleh di kenalin sama aku nggak? Biar aku punya teman di sini." kata May lagi.
"Kalau makan Jangan bicara. Cepat habiskan makanan mu." kata Rangga melihatnya sekilas, lalu kembali ke piring makanya.
May menatap dengan wajah manyun. Mata dingin dan tajam.
"Irit banget bicara. Dari tadi semua pertanyaan ku gak di jawab." batinnya kesal. Dia menganggap Rangga pria dingin, malas bicara. Tapi untungnya suka menolong.
May kembali makan. Sesaat kemudian Rangga mengakhiri makanannya. Dia tidak menyangka akan makan siang bersama dengan gadis ini di tempat terbuka seperti ini. Gadis yang bahkan tidak ada hubungan apapun dengannya.
"Kalau Om sudah selesai makan, pergi saja. Mungkin Om punya urusan penting. Aku akan pulang naik taksi. Maaf ya telah mengganggu waktu Om. Dan terima kasih sudah memenuhi keinginan aku makan bersama." kata May tersenyum.
"Kau belum pulang?" tanya Rangga.
"Aku masih ingin di sini menikmati lagu lagu mereka." kata May lagi seraya menoleh sekilas pada group band. Lalu melihat kembali pada Rangga.
Rangga tak menjawab, hanya menatapnya sejenak, lalu berbalik dan melangkah.
"Om baik." panggil May agak keras. Dia memanggil Rangga dengan nama Om baik. Karena Rangga tidak mengatakan namanya.
Langkah Rangga berhenti. Dia berbalik.
"Om belum mengatakan siapa namanya?" tanya May.
"Karena Om tidak beri tahu namanya, maka aku akan panggil Om dengan Om baik. Karena Om sudah beberapa kali menolongku." kata May lagi.
Wajah Rangga mengernyit"Om baik?" batinnya. Lalu dia kembali melanjutkan langkah.
"Dingin banget. Apa dunia ini akan meledak jika dia menyebutkan namanya?" gumam May kesal menatap punggung Rangga yang semakin jauh.
"Tapi meski dingin dan terlihat angkuh, tapi baik hatinya dan suka menolong." kata May dengan senyuman penuh arti. Dia jadi teringat kakeknya, Rafa. Yang memiliki sifat dingin, terlihat angkuh dan sombong. Tapi memiliki hati yang lembut.
"Kakek, aku merindukanmu. Aku merindukan kalian semua." batinnya sendu sembari membayangkan wajah Rafa dan keluarganya satu persatu.
...Bersambung....
Masih ada yang suka dengan karya ini?
Beri dukungan ya Kalau suka 😘 Tinggalkan jejak....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Fenti
sampai disini dulu ya kak 😊
2022-08-21
0
Fenti
Rangga pasti heran 😅😅
2022-08-21
0
Riris Hutapea
yg kau cari itu ada didekat mu Rara
2022-08-10
0