...Happy Reading....
Rangga memarkir mobil di seberang jalan depan toko bunganya. Dia tidak bisa masuk di tempat parkir karena banyaknya kendaraan para pengunjung yang merupakan pengikutnya di IG. Sejak dia mengunggah postingannya dua jam lalu, tokonya langsung di serbu oleh banyak pengunjung yang sudah pasti para followersnya yang ingin melihat dan bertemu dengannya secara langsung. Dan ternyata masih banyak yang belum kembali dan berharap dapat melihat dirinya untuk mengambil foto bersama, meski manager sudah mengatakan kalau dia sudah pergi dan hanya datang mampir membeli sebuket bunga.
Selama ini dia menyembunyikan identitas dirinya sebagai pemilik dari toko bunga R² tersebut, karena menjaga privasi dan tidak mau menjadi konsumsi publik. Untuk itu dia memakai nama RAD ( Rangga Alkas Dionel).
Dia hanya sekali kali datang ke New York mengunjungi perusahaan dan tempat tempat usaha bisnisnya, termasuk toko bunga. Dia lebih memilih menetap di Australia setelah menjadi seorang pengusaha yang sukses. Karena dia juga punya perusahaan dan usaha bisnis lainnya di sana.
Setelah mobilnya berhenti, May segera turun.
"Om, Aku mau ke toko bunga itu." kata May menunjuk toko bunga."Terimakasih sudah mengantar ku."
"Aku akan menunggumu di sini."
"Gak usah. Om balik lagi ke kantor. Maaf selalu merepotkan Om!"
"Kita akan pulang bersama. Sudah tidak usah membantah, pergilah."
May terdiam beberapa saat. Tidak enak hati selalu meminta tolong dan merepotkan pria yang baru di kenalnya ini. "Om tunggu bentar. Aku gak lama kok!" kata May.
"Kamu ngapain di situ?" tanya Rangga mengehentikan gerakan tubuh May yang hendak melangkah.
"Aku ada perlu sesuatu yang sangat penting." kata May.
"Kau ingin membeli bunga?" tanya Rangga kembali. Kali saja May perlu bunga sama seperti tiga hari lalu di lihatnya May membeli bunga dan tanaman hidroponik. Kalau memang iya, May tidak perlu repot-repot datang ke toko, berdesakan dengan banyaknya pengunjung dan mengantri. Dia yang akan memesan dan menyuruh manager toko untuk menyiapkan dan mengantar ke mobil.
"Tidak, mau menemui seseorang. Aku pergi dulu." Kata May, lalu segera melangkah cepat menuju ke toko dengan terburu-buru.
Wajah Rangga mengernyit."Seseorang?" gumamnya."Siapa? Apa pria yang di cintanya? Apa lelaki itu ada di sana? Atau jangan-jangan merupakan salah satu follower ku?" gumamnya lagi.
Rangga segera mengambil salah satu ponselnya. Dia melihat rekaman video CCTV yang sementara berlangsung di tokonya. Tatapannya fokus melihat May yang tampak celingak-celinguk ke sana kemari mencari sesuatu. Berjalan ke setiap sudut toko dari luar hingga kedalam mencari apa yang dia cari dengan teliti. Dia bahkan berbicara dengan beberapa orang bertanya sesuatu tapi tidak terdengar jelas oleh telinga Rangga. Dan lagi lagi jawaban orang orang itu membuat May kecewa.
30 menit berlalu, May kembali ke mobil dengan lesu tanpa semangat. Wajahnya tampak mendung. Rangga segera melarikan mobilnya begitu May duduk dan memakai sabuk pengaman.
"Apa kita langsung balik ke tempat semula?" tanya Rangga. Yang langsung di sambut May dengan anggukan kepala.
"Dapat apa yang di cari?" tanya Rangga lagi.
May geleng kepala dengan ekspresi kecewa.
Rangga diam beberapa saat terus menyetir. Membiarkan gadis itu tenang dulu dari pikiran dan suasananya hatinya yang buruk.
"Siapa dia?" tanya Rangga memecah keheningan.
"Hmmm??" May melihatnya.
"Orang yang ingin kau temui? Apa boleh Om tahu? Siapa tahu Om bisa bantu carikan untuk mu!" kata Rangga lagi. Karena penasaran dengan sosok pria itu, yang membuat hidup May berantakan seperti. Jauh jauh datang dari Indonesia hanya untuk mencari lelaki yang di cintainya itu. Menunda kuliah bahkan bekerja menjadi OB.
"Apa itu kenalan kamu? teman atau kerabat?" tanya Rangga lagi menerka.
May menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan pelan pelan. Dia melihat Rangga sekilas, lalu kembali melihat ke depan. Dia tidak ingin mengatakan kepada Rangga. Nanti heboh dan membuat keberadaannya akan di ketahui keluarganya. Lagi pula dia belum bisa percaya dengan pria bule bernetra biru, berewokan ini. Meski sudah menolongnya beberapa kali.
"Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau mengatakan!" kata Rangga melihat May hanya diam. Telinganya mendengar bunyi sesuatu dari tubuh May. Rangga menepi sebentar. Lalu mengirim satu pesan dengan gerakan cepat, kemudian melanjutkan perjalanan.
May kembali menoleh pada Rangga. Melihat wajah brewok dengan netranya yang biru. Mengamati wajah itu sesaat. Wajah yang tampan dalam penglihatannya. Di usianya yang matang dan dewasa. May tersenyum melihatnya, karena teringat Cio dan Rafa. Meski tak muda lagi, kakek dan papanya itu masih sangat tampan dengan brewoknya yang bikin dia gemussh tak kala menyentuh dengan jahilnya.
"Ya tuhan, aku jadi rindu lagi sama papa dan kakek!" batinnya.
"Ada apa?" tanya Rangga merasa di perhatikan.
"Terimakasih sudah bantu aku. Lagi lagi Om nolong aku. Om selalu ada di saat aku lagi butuh bantuan. Om seperti malaikat yang di kirim tuhan secara tiba-tiba untukku!'' kata May terharu. Orang asing yang tidak di kenal sama sekali tapi selalu ada di saat dia sedang butuh bantuan. Dia heran dengan keberadaan Rangga yang selalu ada di saat dia lagi ada perlu sekali dan dalam kesulitan.
"Om pasti jengkel karena selalu ku repotin kan?" kata May lagi.
Rangga kembali menoleh ke arahnya beberapa detik. Jujur dia merasa terganggu dengan apa yang May lakukan. Dia juga merasa heran dan aneh karena selalu di pertemukan dengan gadis ini di saat butuh bantuan. Dan dia tidak tega melihat gadis ini mengalami kesulitan. Hatinya tidak tenang jika gadis ini kenapa kenapa.
"Om pasti kesal kan padaku?" tanya May kembali melihat Rangga hanya diam.
"Bukankah kita teman? Sesama teman harus saling membantu kan?" kata Rangga segera.
May tersenyum mendengarnya.
"Iya benar, kita teman." May ingat mereka jadi teman kemarin.
"Tapi aku yang selalu minta tolong sama Om. Sementara aku gak pernah nolong Om atau sekedar membalas budi." katanya kembali.
"Sudah kemarin." kata Rangga.
Wajah May mengernyit. Bingung.
"Kemarin kan kamu udah traktir Om makan." kata Rangga.
May tertawa kecil. Dia teringat kalau kemarin cafe itu lagi mengadakan makan gratis.
"Tapi yang kita makan kemarin itu gratis lho Om! Karena kemarin cafe lagi melaunching makanan baru mereka. Jadi semua pengunjung di bebaskan membayar makanan. Aku senang banget, gak keluar uang sama sekali." kata May kembali sambil tertawa.
Rangga melihat deretan giginya yang putih teratur. Wajah ini semakin manis saat tersenyum dan tertawa. Wajah yang tadi sedih, tanpa semangat kini cerah ceria lagi. Akhirnya gadis ini melupakan kesedihannya.
"Tapi benar lo, aku niatnya memang ingin traktir Om, jadi jangan bilang aku gak ikhlas untuk ngeluarin duit." kata May melihat ke arahnya. Setelah menyadari kata katanya yang batal mengeluarkan duit untuk mentraktir Rangga.
"Dan semoga.... suatu saat aku bisa balas kebaikan Om." kata May lagi tersenyum seraya menyentuh lengan Rangga. Rangga melihat tangan itu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Fenti
mampir lagi thor 😊
2022-08-31
0
Lenkzher Thea
Semangat terus ka
2022-07-11
0
TK
🙏
2022-06-23
0