Happy Reading.
"Akhirnya aku menemukannya." gumam May senang begitu melihat toko bunga di depannya. Dia di minta oleh Sofi untuk datang ke sebuah tempat menemui seorang kerabat yang merupakan sahabat ibu Sofi. Sofi memintanya untuk membawa buket bunga anyelir. Karena kerabat ibunya itu menyukai bunga anyelir. Dan toko bunga ini adalah rekomendasi Sofi.
Setelah membayar taksi, May melangkah menuju toko. Di teras toko terpajang beraneka ragam bunga dari berbagai jenis. Sangat indah di pandang mata dan aromanya yang wangi. Bukan hanya dirinya, tapi banyak pengunjung di toko itu. Di toko ini bukan hanya menjual buket bunga hias, tapi juga bunga hias hidup, yang terpajang membentuk seperti sebuah taman bunga dan kebun. Warna warni bunga yang indah membuat May tertarik untuk melihat. May melihat lihat bunga bunga tersebut. Langkah kakinya membawanya ke teras samping. Tepatnya ke hamparan bunga mawar. Asik melihat dan menikmati keindahan dan aroma wangi bunga, Tidak di sadarinya sepasang mata melihatnya dari garasi mobil. Sepasang mata itu memperhatikannya beberapa saat. Kebetulan Orang itu baru pulang, keluar dari mobil dan tanpa sengaja melihat May.
"Tuan Rad sudah pulang?" tanya Manager toko. Membuat tatapan pria itu teralihkan dari May.
"Iya, tapi aku akan keluar lagi." kata pria yang tak lain adalah Rangga. Dia segera masuk ke dalam toko. Terus naik ke atas.
Sementara di bawah, May masih terus melihat dan memilih. Dia sedang melihat tanaman hidroponik.
Seorang pelayan mendekat ke padanya.
"Maaf Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan sopan.
"Saya butuh sebuket bunga anyelir." jawab May.
"Anda ingin warna apa?" tanya pelayan kembali.
May menyebutkan warna yang di katakan Sofi. Pelayan segera ke dalam untuk menyiapkan pesanan May. May kembali melihat lihat tanaman bunga.
Sementara di atas, Rangga sedang menerima telepon. Dia berbicara sambil berjalan menuju balkon. Telinga dan pikirannya ke pembicaraan tapi matanya melihat hamparan bunga di bawah sana. Tanpa sengaja matanya melihat seraut wajah cantik di antara bunga mawar. Dia Ingat pemilik wajah itu. Gadis yang naik ke mobilnya secara tiba-tiba, bersembunyi dari kejaran sekolompok orang. Sekarang gadis ini di lihatnya lagi di sini. Rangga memperhatikan tingkah May yang senyum senyum sambil mencium bunga mawar. Gadis ini menarik perhatiannya, karena berasal dari negara yang sama dengannya, Indonesia. Saat dia mendengar obrolan May dengan Sofi di dalam mobilnya tadi menggunakan bahasa Indonesia. Rangga memperhatikan wajah May di antara cantiknya bunga mawar. Wajah cantik itu mengalahkan keindahan warna cantik bunga bunga di bawah sana. Belum lagi di tunjang dengan bentuk tubuh yang ideal, kulit putih, rambut panjang hitam yang indah gemulai. Rangga teringat orang orang yang mengejar gadis itu. Kenapa mereka mengejarnya? Batinnya.
Perhatian Rangga teralihkan oleh suara telepon di seberang yang terabaikan karena melihat May.
📞"Tuan, apa anda masih di sana?"
📞"Segera atur pertemuannya. Aku akan menemuinya nanti. Aku mau ke suatu tempat dulu." kata Rangga segera setelah kembali fokus ke telepon. Telepon di matikan. Dia melihat ke bawah, tapi tak melihat May lagi.
May bukan hanya membeli bunga anyelir, tapi juga beberapa tanaman hidroponik yang nantinya akan di letakkan di kamar apartemennya. Setelah menyelesaikan administrasi pembayaran, May segera keluar. Di trotoar depan toko, May melihat seorang anak perempuan berumur sekitar 10 tahun. Wajah di tekuk sedih. May penasaran tak tega melihat kesedihan di wajah anak itu. Dia mendekat.
"Halo....!" sapa May tersenyum.
Anak kecil mendongak melihat pada May."Halo kak!" jawabnya lemah.
"Kamu kenapa sedih begitu?" tanya May.
"Aku ingin membeli sesuatu." kata anak bule itu dengan bahasa Inggrisnya yang fasih.
"Terus kenapa tidak beli saja?" tanya May bingung.
"Uangku tidak cukup. Padahal aku sudah menabung selama beberapa bulan." katanya lesu.
May melihat uang di dalam genggaman tangannya."Memangnya kamu mau beli apa?"
Anak itu tak menjawab, karena baginya May adalah orang asing dan bukan siapanya. Dia selalu waspada pada orang yang tak di kenalnya.
"Kakak orang baik, kamu jangan khawatir. Kenalkan, nama kakak May__May Wulandari." kata May melihat keraguan di wajah anak itu.
Anak itu menatap May beberapa saat, lalu tersenyum. Tapi senyuman itu memudar dan berganti muram."Hari ini nenekku ulang tahun. Aku ingin memberikan sesuatu yang membuatnya tersenyum di hari ulang tahunnya! Tadi aku ke toko bunga itu untuk membeli bunga dan coklat. Tapi tak ada harga yang sesuai dengan jumlah uang ku." kata anak itu sedih. Dia melihat ke arah toko bunga yang tertulis R². Yang merupakan milik Rangga.
May terharu mendengar penjelasannya. Dia mengusap kepala anak itu."Kau masih punya orang tua?" tanyanya.
Anak itu menggeleng."Aku hanya punya Nenek di dunia ini." kata anak itu yang kembali membuat hati May terenyuh.
Mobil Rangga keluar dari garasi menuju jalan raya. Dia melambatkan mobilnya melihat May dan seorang anak. Lalu berhenti tidak jauh dari mereka.
"Tolong ambil uang di saku celana kakak!" kata May, karena tangannya telah penuh memegang bunga.
Anak kecil itu mengikuti perkataan May, mengambil uang di saku."Ini kak." katanya.
"Itu untukmu, ambilah." kata May.
Anak itu geleng kepala."Tidak, aku tidak mau menerimanya." anak itu menolak
"Kenapa? Kakak ikhlas kok,"
"Kenapa aku harus mengambilnya? Sementara aku tidak melakukan apapun. Itu pemberian karena rasa kasihan! Jika aku menerimanya, itu artinya aku butuh rasa kasihan dari orang orang untuk memberiku uang." Kata gadis itu.
May tersenyum mengerti makna kata kata penolakan itu.
"Mungkin di ulang tahun nenek kali ini aku tidak bisa memberikan sesuatu yang spesial untuknya, tapi di lain waktu pasti bisa. Aku akan bekerja keras lagi untuk mengumpulkan uang." kata anak itu lagi. Dia menaruh kembali uang May di saku.
May tersenyum bangga."Kamu benar nak, Selama kita masih kuat bekerja, kenapa harus menjadi seorang peminta mengharap belas kasihan dan uluran tangan orang tanpa mengeluarkan keringat?" kata May.
Rangga tersenyum tipis mendengar ucapan itu.
"Kau bisa mengikat rambut?" tanya May.
Anak itu mengangguk.
"Tolong ikat rambut kakak ya? Kakak lagi pegang bunga jadi gak bisa. Ikat rambutnya ada di kantong mantel sebelah kiri." kata May.
Anak itu melihat kedua tangan May yang penuh memegang bunga. Lalu mengambil pengikat rambut May.
May membungkuk sedikit. Si anak segera membuka topi May lalu mengikat rambut May. Matanya melihat tali sepatu May yang lepas. Dia segera menurunkan tubuh dan mengikat tali sepatu May.
"Terimakasih. Tolong panggil kan taksi itu ya?" kata May melihat sebuah taksi melaju ke arah mereka.
Si anak mengangguk. Dia segera ke tepi jalan raya dan mencegat taksi. Lalu balik lagi ke May, membantu May membawa beberapa kantong bunga.
Setelah semua bunga di masukkan ke dalam taksi, May berbalik pada anak itu.
"Siapa namamu?"
"Michelle....!"
"Michelle, terimakasih sudah membantu kakak tadi." kata May tersenyum. Lalu mengambil uang di saku dan di berikan pada Michelle.
"Karena kamu sudah bantu kakak mengikat rambut, mengikat tali sepatu, memanggil taksi dan membawa bunga bunga ini ke dalam taksi, maka terima lah ini sebagai bentuk terimakasih kakak." Meletakkan uang ke dalam genggaman Michelle.
Michelle tersenyum mengerti perkataan May.
Rangga juga kembali tersenyum mendengar perkataannya.
"Belilah bunga, coklat dan kado untuk nenekmu. Buatlah beliau tersenyum dan merasakan kebahagiaan di hari lahirnya." kata May.
"Kamu anak yang baik Michelle. Sayangi dan jaga nenekmu dengan sepenuh hati. Kakak doakan kau dan nenekmu selalu di limpahi kesehatan, rezeki yang berkah dan kebahagiaan." kata May kembali.
Michelle mengangguk tersenyum.
May ikut senang melihat kegembiraan di wajah manis itu. Lalu dia segera masuk taksi."Senang bertemu dengan mu. Kakak pergi dulu."
"Terimakasih kak....!" kata Michelle. Taksi beranjak pergi dengan perlahan. Michelle berlari mengejar taksi. "Aku janji akan menjaga nenek dan membuatnya selalu tersenyum." teriaknya pada May.
May tersenyum mengangguk dan melambaikan tangan. Setelah itu taksi melaju cepat meninggalkan Michelle yang sudah berhenti mengejar.
Di belakang Michelle, mobil Rangga berjalan perlahan setelah taksi itu pergi. Dia menepi di dekat Michelle yang tampak terengah-engah dengan nafas memburu cepat. Rangga menurunkan kaca mobil."Hey nak.....!"
Michelle segera berbalik melihat kebelakang. Dia mendekati mobil Rangga begitu mendapat isyarat dari Rangga.
"Pergilah ke toko bunga itu. Kau akan mendapatkan bunga gratis. Berikan ini pada Manager toko." kata RANGGA seraya menyerahkan selembar kertas pada Michelle. Lalu dia meninggalkan Michelle yang bingung diam mematung melihat kertas di tangannya.
Bersambung.
Maaf masih banyak typo yang salah. Menyempatkan diri menulis di sela sela kesibukan. Dukung ya.... tinggalkan jejak 😘
Yang baru mampir masukkan ke fav ya jika suka novel ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
AlRasyid
up
2023-05-09
0
pat_pat
mampir lagi ❤️
salam dari Fatimeh🥰
2022-09-17
2
Riris Hutapea
aku selalu menunggu cerita mu Thor 👍😍🌹
2022-08-10
1