...Happy Reading....
Sambil menahan kesakitan pada bokong, pinggul dan punggungnya, May membersihkan lantai bekas tumpahan kopi. Dia mengepel berulangkali hingga bersih. Setelah itu dia pergi ke pantry untuk membuat kan kopi kembali untuk Rachel. Sangat pelan dan hati-hati dia berjalan masuk lift. Memastikan tak ada genangan air di lantai. Kata Clara tak ada air di lantai, tapi saat dia mengepel tadi, ada genangan air yang berceceran. Entah siapa yang menumpahkan air tersebut hingga dia yang harus kena imbasnya.
May sampai di lantai 54, di mana ruangan Wakil direktur berada. Dia segera menuju ke ruang itu. Mengetuk tiga kali lalu segera masuk. Menutup pintu kembali setelah di dalam.
Dia melihat ada dua orang wanita yang sedang duduk di sofa sambil berhadapan dengan wajah yang serius. "Sepertinya mereka sedang membicarakan hal penting." Batin May. Ada beberapa dokumen penting dan laptop yang menyala di atas meja.
"Permisi buk, maaf mengganggu. Saya ingin mengantar kopi." kata May sopan. Dia melihat pada Rachel dan Clara bergantian.
Kedua wanita itu, Clara dan Rachel melihat padanya.
"Siapa yang memesan kopi?" Rachel bertanya. Menatapnya.
Dahi May berkerut mendengar pertanyaan itu.
"Bukankan anda...!" tapi ucapannya terpotong oleh Rachel.
"Kau tahu ini sudah jam berapa?" menatap May dingin.
May segera melihat jam di tangannya."Jam dua belas buk." jawabnya kemudian.
"Lalu kenapa kau membawakan aku kopi?" menatap tajam.
May menelan ludah. Dia melihat pada Clara yang tersenyum mengejek. Lalu kembali melihat pada Rachel.
"Maaf buk." ucapnya pelan."Terus anda ingin makan siang dengan menu apa?"
Rachel tersenyum tipis, mengakui kecerdasan gadis ini yang cepat mengerti dan menangkap maksud dengan pertanyaannya soal waktu.
"Aku seorang vegetarian. Pergilah dan siapkan secepatnya." kata Rachel dan kembali melihat ke arah layar laptop.
"Baik buk, permisi....!" May segera berbalik dan hendak membuka pintu. Dia menggerutu dalam hati. Kenapa dia harus melayani ke dua wanita itu? Sementara jelas jelas tugasnya hanya melayani CEO. Nasib bawahan rendah, harus siap mematuhi perintah atasan.
"Tunggu.....!" suara Rachel menghentikan gerakan tangannya yang hendak membuka pintu. May segera berbalik. Dia melihat Rachel yang bangkit berdiri.
"Aku seperti kenal dengan wajahmu." menatap menyelidik wajah May.
"Sebelumnya aku pernah melihat mu. Bukankah kau gadis yang di kejar anak anak anjing di panti jompo kemarin? Aku ingat wajahmu." katanya menatap lekat wajah May.
Dahi May mengerut, dia ikut menatap Rachel dengan otak berpikir berusaha mengingat kejadian beberapa hari lalu. Beberapa saat kemudian wajahnya berubah karena teringat sesuatu. Dia ingat wajah Rachel. Wanita yang bersama dengan Om bule saat itu.
"Ohhh.....iya bu. Gadis itu saya. Sekali lagi saya minta maaf! Saya tiba-tiba saja melakukannya karena ketakutan!" kata May segera dengan perasaan takut. Takut wanita ini kembali kesal atas ulahnya waktu itu yang naik ke tubuh Rangga. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita itu di sini dan sebagai atasannya. May jadi ter ingat perkataan Rangga yang datang tadi untuk menemui temannya di kantor ini. Mungkin yang akan di temui Rangga adalah wanita ini.
Rachel mendekat, memajukan wajahnya lebih dekat ke wajah May."Aku tidak suka jika ada yang menyentuh milikku. Jadi ku peringatkan kau, jaga sikapmu dan jangan berbuat ulah jika kau bertemu dengan pria itu lagi. Dan juga jaga sikapmu selama kau bekerja di sini! Mengerti?" kata Rachel tegas sedikit keras dengan tatapan tajam.
"I- iya ibu.....!" kata May tergagap. Tatapan itu begitu tajam, dan menakutkan. Seakan ingin menelannya bulat-bulat. Nafas Rachel terasa kuat menerpa wajahnya.
"Pergilah.....!" usir Rachel.
May segera pamit dan buru buru keluar sambil memegang kuat pinggiran nampan. Kedua wanita itu membuat nyalinya ciut. Yang satu menyebalkan, yang satunya lagi menakutkan. Keduanya juga tidak menyukainya. Ternyata dugaannya benar, Rachel adalah istri Om bule.
"Om bule orang yang baik, tapi istrinya? sifat mereka bertolak jauh!" gumam May membandingkan sifat Rangga dan Rachel.
May melangkah cepat menuju pantry untuk mengembalikan gelas dan nampan. Dia mendengus kesal karena Clara sengaja mengerjainya, membuatnya sibuk, capek ke sana kemari sampai terpeleset.
Dari pantry May menuju kantin dan memesan menu makan siang Rachel. Tidak terlalu sulit untuk menyiapkan makanan Rachel. Dia tahu makanan seorang vegetarian. Karena Widi, tantenya seorang vegetarian. Dia selalu melihat makanan yang di konsumsi oleh tantenya itu saat sarapan pagi, makan siang dan makan malam. Dan untuk Clara, dia memesan langsung pada pelayan kantin dengan Cukup berkata "Ibu Clara memesan makan siang seperti biasa." katanya. Dengan sigap pelayan segera menyiapkan makanan dan minuman wanita itu. May malas untuk bertanya langsung pada Clara karena akan kena semprot lagi. Bisa bisa sekretaris menyebalkan itu akan mengerjainya lagi.
May segera mengantar makan siang kedua wanita itu. Di dapatnya keduanya tampak sibuk. Bahkan dia disuruh cepat keluar karena di anggap pengganggu. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi May merasakan ada sesuatu yang mencurigakan dari gerakan tubuh dan mata mereka. Telinganya juga sempat mendengar tentang batalnya pimpinan datang ke perusahaan hari ini.
May segera keluar, tidak mau ikut campur dengan urusan mereka, apa yang mereka perbincangkan, juga urusan perusahaan ini. Dia ingin bekerja dengan aman tanpa ada masalah.
Para karyawan yang sudah selesai makan siang mulai kembali berdatangan kembali dari kantin. Untung saja tadi dia sudah makan bersama Rangga. Tapi meski begitu, dia tetap pergi ke kantin untuk mengambil jatah makanan siangnya yang nantinya akan di makan malam nanti agar tidak lagi mengeluarkan duit untuk membeli makanan.
May berpacu dengan waktu, yang sudah menunjukan pukul satu siang, sementara dia belum melaksanakan shalat Dzuhur. Terlambat shalat seperti ini mengingatkan dia pada Kakek dan neneknya. Yang selalu memberi pesan padanya. Jika waktu shalat telah masuk, apa pun yang kau lakukan tinggalkan, tunaikan kewajiban mu pada Allah. May mendesah sedih."Maafkan aku ya Allah, kakek, nenek! Aku lalai lagi!" gumamnya lirih.
May secepatnya pergi ke ruang ganti. Dan melaksanakan shalat di sana. Setelah shalat May pergi ke ruang kerja Rangga untuk membersihkan gelas minum. Perlahan May membuka pintu. Yang terlihat oleh matanya begitu masuk masih sama seperti tadi, Papan nama Rangga Dionel Alkas. Dan lagi lagi bibirnya mengucap setiap kata dari nama itu... "Rangga __Dionel__Alkas"
Kakinya kembali melangkah untuk mendekati nama itu, di sentuhnya dengan lembut. Teringat perkataan Yeni tadi, pimpinan tidak menetap di perusahaan ini, hanya sekali kali datang berkunjung untuk mengecek. Dan tadi Clara juga berkata, pimpinan batal datang hari ini.
May kembali menyentuh, meraba lembut tulisan itu." Halo pak, terimakasih ya sudah menerima ku bekerja di sini. Perkenalkan, Aku May Wulandari, OB yang bertugas membersihkan ruangan Anda. Aku berasal dari Indonesia. Kau belum tahu aku, makanya ku perkenalkan diriku!" kata May tertawa kecil. Menertawai dirinya berbicara dengan benda mati seperti orang yang tidak waras.
"Meski kau tidak selalu datang ke tempat ini, tidak menempati ruangan mu dan tidak menetap bekerja di sini, aku akan selalu membersihkannya! Kau tahu, kau sangat beruntung, karena mendapatkan pelayanan kebersihan dariku. Karena ini kali pertama aku bekerja bersih-bersih melakukan pekerjaan seorang pelayan..... ini perdana bagiku memegang sapu dan alat pel! Aku akan berusaha untuk membuat ruangan anda bersih dan wangi, dan tidak membuat anda kecewa. Jadi ku minta hargai pekerjaan ku." kata May lagi menatap lekat nama Rangga.
May teringat sesuatu, biasanya seorang CEO pimpinan sebuah perusahaan identik dengan pria yang masih muda, berwajah tampan, postur tubuh ideal mempesona. Dan itu memang nyata. Karena kakek, papa dan paman pamannya memiliki wajah tampan rupawan. May tersenyum, dia mendekatkan wajahnya ke papan nama.
"Hay pak bos, apakah anda masih muda? Apakah Anda juga tampan mempesona?" bisiknya bertanya."Aku berharap anda pria muda, tampan dan gagah. Bukan Pria tua dan buncit. Biar aku semangat kerjanya dan betah di sini!" ucapnya lagi dengan senyuman renyah. May tertawa sambil membayangkan wajah tampan seorang Rangga.
Dia tidak menyadari seseorang ada di belakangnya berjalan mendekat. Lalu menarik lengannya kuat hingga tubuhnya terbalik.
May terkejut, belum sempat menyadari apa yang terjadi dan siapa yang menariknya, sebuah tangan melayang keras di wajahnya. Plak......
Begitu kuatnya tamparan itu sampai tubuhnya jatuh terjungkal kelantai. Papan nama Rangga melayang ke bawah. May yang masih sempat melihat benda itu dengan ekor matanya segera menangkap benda itu sebelum mengenai lantai. Berhasil di tangkap, tapi jatuh tepat mengenai jidatnya. Lengkap sudah kesakitan yang di rasakan.Tubuhnya semakin sakit, di tambah lagi dengan sakit di jidatnya. May tidak begitu perduli rasa sakit di tubuhnya. Dia segera bangun dan memeriksa papan nama Rangga. Untung saja tidak lecet, retak apalagi rusak. May menghela nafas lega. Tapi itu hanya sesaat.
Karena tarikan kuat kembali di rasakan pada rambutnya. May menjerit, dia sadar dengan keberadaan sosok wanita di depannya. Menatapnya dengan sorotan tajam penuh kemarahan. Rachel..... Wakil direktur utama.
"Apa yang kau lakukan dengan papan nama itu?" sentak Rachel keras.
"Berani sekali kau menyentuh nama pimpinan!" katanya kembali dengan seringai. Dia mengambil benda itu dari tangan May dengan gerakan kasar.
"Sa saya...hanya ingin membersihkannya bu." kata May terbata bata. Kedua matanya telah basah merasakan sakit pada kulit kepalanya, karena jambakan kuat tangan Rachel.
"Cih....kau pikir aku tidak melihat apa yang kau lakukan dan tidak mendengar apa kau ucapkan?" umpat Rachel.
"Benar Bu, saya hanya ingin membersihkan ruangan ini. Tadi bu Clara menyuruh saya membersihkan ruang ini dan juga gelas gelas kotor." May menjelaskan.
"Halah..... alasan kamu! Aku lihat kamu menatap papan nama itu dan berkata sesuatu." kata Rachel ketus.
"Manusia rendah sepertimu beraninya menghayal terlalu tinggi." semakin memperkuat jambakan rambut May.
"Auwww......sakit bu!" pekik May memegang tangan Rachel. Tarikan itu begitu kuat, Rambutnya seakan mau terlepas dari kulit kepala. Sakit dan perih. Dia tidak menyangka wanita itu begitu marahnya hanya karena dia menyentuh dan berbicara pada benda mati.
"Sakit? Sudah ku katakan jaga sikapmu di tempat ini. Jangan berulah." sentak Rachel mendengus sinis.
"Kau baru masuk hari ini tapi sudah melakukan kesalahan dua kali." menarik lagi rambut May.
May kembali menjerit kesakitan. Air mata telah jatuh mengalir.
"Hentikan....apa yang anda lakukan?" suara menyentak terdengar dari belakang.
Rachel menoleh ke belakang. Melihat sosok Haris yang menatapnya tajam.
"Aku hanya memberi sedikit pelajaran pada orang mu ini agar tahu diri dan bisa menjaga sikap." kata Rachel sinis.
"Jika dia membuat kesalahan, maka selesaikan sesuai aturan perusahaan. Anda jangan main tangan sendiri. Perusahaan punya aturan memberi hukuman pada karyawan yang menyalahi aturan dan melakukan kesalahan. Anda jangan semena-mena." kata Haris.
Rachel mendengus sinis merasa kesal dengan pria ini. Dia melihat kembali pada May."Sekali lagi kau berulah....aku tidak akan segan segan menendang mu keluar dari tempat ini." Lalu melepas genggaman tangannya di rambut May, sekaligus mendorong tubuh gadis itu dengan kuat, sehingga jatuh kembali ke lantai. Beberapa helai rambut May menempel pada jari jemarinya. Dia tersenyum menyeringai melihatnya. Helaian rambut itu di jatuhkan di atas kepala May. Kemudian melangkah ke meja kerja, meletakkan papan nama Rangga di tempatnya. Dia melihat Haris dan May bergantian dengan tatapan sinis, lalu segera keluar.
"Istirahatlah sejenak. Nanti saja lanjut kan pekerjaan mu setelah tubuh mu merasa baikan!" kata Haris melihat luka kecil di dahi May akibat kejatuhan papan nama tadi.
"Jangan lagi menyentuh benda itu meski tujuan mu untuk membersihkan." kata Haris kembali sambil melihat papan nama Rangga. Lalu dia segera keluar.
May bangun pelan pelan dan duduk di lantai. Air matanya kembali jatuh. Meski telah di hapusnya berulang. Lelehan bening itu terus mengalir. Sekujur tubuhnya terasa sakit, tapi lebih sakit hatinya. Dia belum pernah di perlakukan buruk dan kejam seperti ini. Orang tuanya bahkan tidak pernah berkata keras, marah apalagi sampai memukulnya. Tapi wanita itu.....
May kembali terisak isak. Ini belum sehari bekerja di tempat ini. Tubuhnya rasanya remuk redam menghadapi perlakuan kasar dan sikap arogansi kedua wanita itu. Bagaimana dengan hari hari kedepannya? Apa dia bisa bertahan menghadapi kekerasan mereka?
May teringat kata kata Yeni dan Haris.
"Semoga kau bisa bertahan dan betah bekerja di tempat ini, sebagai OB pimpinan."
Apakah ini yang mereka maksud kan? Bisa bertahan menghadapi bullying fisik ke dua wanita itu? Apakah OB sebelumnya selalu mereka perlakukan buruk seperti itu sehingga tidak sanggup bertahan dan memilih mengundurkan diri? Hanya menyentuh papan nama saja sudah mendapatkan tamparan keras dan hinaan. Bagaimana jika dia sampai merusak benda itu dan juga barang lainnya?
Perlahan May bangkit, menyapu air matanya. Menguatkan hati. Dia tidak mau menyerah dan tunduk pada ke dua wanita itu selama tidak melakukan kesalahan.
Dia memungut kain lap, di letakkan di atas bahunya. Sesaat matanya melihat pada nama Rangga. Teringat kata Haris untuk tidak menyentuh benda itu.
May segera mengangkat gelas gelas kotor dan di bawahnya ke pantry, terus di cuci bersih. Setelah itu membersihkan ruang lain yang ada di atas ini. Melap kaca dan barang lainnya, menyapu dan mengepel. Kakinya terasa pegal karena ke sana kemari membersihkan ruangan. Kulit telapak tangannya mengelupas karena memegang sapu, alat pel dengan kuat saat bekerja.
Hingga tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Para karyawan satu persatu kembali pulang.
"May, kamu di panggil pak Haris." kata Yeni.
May menghentikan pekerjaannya yang sedang membersihkan ruang rapat. Karena Rachel baru saja mengadakan meeting dengan para direktur dan manager.
May melihat pada Yeni yang sudah berganti pakaian.
"Mbak mau pulang?" tanyanya.
"Iya, kamu sendiri kenapa masih bekerja?"
"Aku ketambahan jam kerja sampai jam 9. Karena tadi pagi aku izin keluar."
"Ohhh...!" Yeni mengerti.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Kamu cepat temui pak Haris. Karena dia sedang bersiap untuk pulang." kata Yeni lagi.
"Baik mbak, terimakasih!"
Yeni segera keluar. May mengikuti dari belakang. Dia menuju ruang Haris.
"Ini gaji kamu hari ini!" kata Haris meletakkan amplop di depan May.
May tersenyum melihat kertas berwarna coklat itu."Terimakasih pak!" ucapnya senang.
Haris menanggapi dengan anggukan kepala sambil melihat bengkak di dahi May. Sejujurnya dia juga merasa kasihan. Tapi dia berharap May dapat bertahan menghadapi arogansi ke dua wanita itu.
May segera keluar sambil melihat terus uang hasil kerjanya. Untuk pertama kali dia bisa menghasilkan uang sendiri dari hasil kerja dan keringatnya. May menuju ruang ganti. Dia membuka amplop dan menghitung jumlahnya. Lagi lagi tersenyum dan mengucap syukur. Dia sudah memikirkan menggunakan uang itu untuk apa. Sebagian untuk beli sepasang pakaian, sebagian lagi untuk beli sarapan pagi, ongkos besok ke kantor dan sisanya untuk di tabung.
May segera menaruh pada tas selempang dan menyimpan di loker pakaian, terus di kunci. Karena dia harus melanjutkan pekerjaannya di ruang rapat.
May kembali bekerja. Gerakannya yang lamban karena kurang mahir bekerja, di tambah tubuhnya yang sakit membuat pekerjaannya lambat selesai. Dia juga harus berhenti dua kali karena harus melaksanakan shalat magrib dan isya. Hingga akhirnya pekerjaannya selesai tepat jam 9 malam. Sudah waktunya dia pulang. Kantor sudah sangat sunyi. Hanya ada satu dua orang OB dan cleaning servis yang bekerja karena mengambil shift sore hingga malam. Mereka bekerja di lantai 54 dan 53.
May segera berganti pakaian dan mengambil tasnya. Dia memeriksa kembali uangnya. Tapi dia tak menemukannya di dalam tas.
May kaget dan panik. Di mana uangku? perasaan dia menaruhnya di dalam tas. May berulang kali meriksa dalam tas, tapi tak ada. Dia memeriksa loker, tapi tetap tak ada.
Wajahnya berubah sedih. Tubuhnya lemas seketika. Dia menelusuri setiap sudut ruang ini, juga kamar mandi dan ruang tempat alat alat kebersihan. Tapi tak menemukan uang itu."Ya tuhan, di mana uangku? Siapa yang mengambilnya?" May semakin panik. Dia keluar dan berlari ke ruang meeting. Siapa tahu dia membawanya ke tempat itu tapi lupa. Hasilnya tetap sama. Tak ada.
Sejam mencari ke setiap tempat yang di langkahi oleh kakinya, tetap tidak ada. Tak mungkin juga tercecer, karena dia yakin menyimpannya di dalam loker. Ingin bertanya, tapi tak ada siapapun di lantai atas. Hanya dia seorang.
May terduduk lesu dan lemah. Matanya telah basah. Dia menangis. Entah siapa yang telah mengambil hasil keringatnya itu. Sungguh tega sekali.....
Kenapa dia harus mengalami beberapa kesialan hari ini? Mendapat kekerasan fisik dan hinaan, terus uangnya hilang.
"Mungkin bukan rezeki aku!" ucapnya lirih. Dia memasrahkan dan mengikhlaskan uang itu.
May bangkit berdiri, berjalan dengan lesu. Kenapa dia harus mengalami kejadian buruk hari ini. Air matanya kembali jatuh seiring langkah kakinya. Dia melangkah mendekati tangga.
Sebuah wajah tersenyum jahat dari jauh, melihatnya mulai turun, Clara.....
"Mampus kau. Enyalah kau dari tempat ini selamanya." katanya sinis. Karena dia telah menyiapkan sebuah rencana jahat untuk May di tangga. Dia sudah memastikan tidak akan ada yang melihat karena kantor telah sunyi.
Clara melangkah tersenyum masuk ke dalam lift sambil membayangkan hal buruk akan terjadi pada May.
Tanpa curiga, May menuruni setiap kotak tangga dengan pelan karena kakinya sakit. Pandangannya menunduk melihat kakinya. Saat menuruni kotak tangga ke enam, kakinya terpeleset. May terkejut. Keseimbangan tubuhnya hilang. Kaki kirinya terpelintir saat dia berusaha menahan keseimbangan tubuhnya agar tidak jatuh. May memekik di antara keterkejutan dan rasa takut. Sudah dapat di pastikan tubuhnya akan jatuh menggelinding ke bawah membentur kotak demi kotak tangga dan menghantam lantai. Tapi sebelum tubuhnya jatuh membentur tangga, Sepasang tangan kekar menangkap tubuhnya dengan gerakan cepat. Menahan dan memeluk tubuhnya kuat.
May kembali terkejut. Merasakan ada yang menangkap tubuhnya. Dia melihat sosok yang telah menyelamatkan dirinya di antara ketakutan dan kepanikan. Netranya seketika menggembung basah setelah melihat wajah di depannya."Om.....!" ucapnya sendu. May segera memeluknya. Tangisnya pecah seketika. Dia menangis terisak memeluk Rangga dengan kuat.
Bersambung.
Mohon dukungannya ya tinggalkan jejak, like, vote dan hadiah seikhlasnya. Masukkan ke fav jika menyukai karya ini, terimakasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Fenti
Clara 😡😡
2022-09-15
0
Chaca
wanita jahat Clara, Untung ada Rangga
2022-07-31
0
Lenkzher Thea
Rangga datang pada saat yang tepat, lalu siapa yang telah mengambil uang May
2022-07-19
0