...Happy Reading....
Sementara, May tiba atas. Dia langsung menuju ruang Haris. Meminta maaf karena pulang tidak tepat waktu seperti yang di janjikan.
Haris tidak mempermasalahkan kepergiannya, karena dia tahu May adalah OB yang di rekomendasikan pimpinannya sendiri, Rangga. Dia juga tahu May pergi bersama Rangga. Dan setengah jam lalu dia mendapat pesan dari Rangga kalau bosnya itu batal datang ke perusahaan karena akan pergi Los Angeles. Haris merupakan orang kepercayaan Rangga di kantor ini. Untuk mengawasi semua pergerakan yang terjadi di sini. Dia merupakan mata dan telinga Rangga.
"Pak, bolehkah aku meminta gaji ku hari ini?"
kata May ragu dan sedikit malu.
Alis Haris terpaut, melihatnya.
"Maaf pak, Aku tahu aku baru masuk kerja hari ini. Tapi Aku sangat butuh uang. Aku ingin membeli pakaian dan sepatu. Aku tidak punya pakaian yang cukup untuk ku pakai bekerja. Aku juga perlu uang untuk membeli makan malam, sarapan pagi dan membeli kebutuhan yang lain." kata May lagi berterus terang menghilangkan gengsi.
"Baik, saat pulang nanti, datanglah ke ruangan saya." kata Haris. Dia tahu May berkata jujur.
"Terimakasih pak." kata May sangat senang. May segera pamit, kembali ke lantai atas untuk kembali bekerja. Dalam langkahnya dia melamun "Pimpinan pasti sudah datang, semoga saja dia tidak kecewa dengan pekerjaan ku!"
Suara Clara membuat langkah May terhenti.
"Hebat kamu ya, seenaknya masuk keluar perusahaan ini di saat jam kerja? Kamu pikir perusahaan ini milik nenek moyang mu?" sentak Clara
Perlahan May berbalik dan menghadapkan tubuhnya pada Clara.
"Maaf buk......!" katanya pelan. Meski di katakan sudah dapat izin dari Hariz, wanita ini pasti tetap akan memarahinya, jadi lebih baik diam dan mengalah. Dia juga malas berdebat dari pada menambah kemurkaan wanita bule ini.
"Maaf.....maaf. Tidak cukup hanya dengan kata maaf mu itu!" kata Clara ketus."Sebagai ganti dari jam kerja yang telah kau lewatkan, maka jam kerjamu di tambah. Kamu akan bekerja hingga jam 9 malam."
May kaget, Dia ingin menyerukan penolakan, tapi mulutnya batal bicara. Karena setelah di pikir, dia memang melakukan kesalahan dan menyalahi aturan perusahaan.
"Baik buk." katanya pelan, kembali mengalah dan menerima perintah itu dari pada di pecat.
"Sekarang pergilah ke pantry, buatkan kopi untuk wakil direktur lalu antar ke ruangannya. Dan pesankan makan siang kami di kantin perusahaan. Setelah itu bersihkan gelas kotor di ruang kerja pimpinan dan juga semua ruang di lantai ini." kata Clara menatap tajam.
"Baik buk." kata May meski tidak terima dengan perintah itu. Dia segera berbalik dan melangkah menuju ruang ganti. Clara tersenyum menyeringai melihatnya. Dia sengaja memberi perintah yang banyak. Dia ingin May tertekan dengan pekerjaan pekerjaan itu, sehingga tidak tahan dan akan meminta berhenti bekerja hingga akhirnya keluar dari perusahaan ini selamanya.
Ponselnya bergetar, Segera dia memeriksa pesan yang masuk dari Rangga dan di balas dengan "Baik pak." Dan untuk selanjutnya dia menghubungi seseorang dengan wajah bingung." Untuk apa pimpinan menyuruhku menyiapkan itu semua? Dan untuk siapa semua itu?" batinnya. Matanya melihat ke arah May yang tampak keluar dari ruangannya dan selanjutnya melangkah menuju pantry.
May menuju pantry dan membuat kan kopi untuk wakil direktur. "Siapa Wakil direktur perusahaan ini?" Gumamnya. Karena dia belum tahu, begitu juga dengan ruangannya.
May melihat ada seorang cleaning servis yang juga membuat kopi di mesin pembuat kopi sebelah. May segera mendekatinya.
"Permisi mbak, boleh saya bertanya?" kata May sopan. Dia tahu Cleaning servis wanita ini lebih tua darinya. Mungkin lebih tua 8 tahun darinya.
"Ya boleh, kamu ingin tanya apa?" Dia memperhatikan May karena baru melihatnya.
"Siapa Wakil direktur perusahaan ini? Dan ruang kerjanya di mana? Kebetulan saya di perintahkan oleh buk Clara untuk membuat kopi buat Wakil direktur." kata May menjelaskan.
"Kamu baru ya di sini?"
"Iya mbak, aku baru masuk tadi pagi. Aku bertugas sebagai OB di ruang kerja CEO dan juga membersihkan seluruh ruang lantai atas. Nama aku May.... May Wulandari." kata May tersenyum. Dia menyodorkan tangan kanannya.
Perempuan itu menerima uluran tangan May"Aku Yeni, aku bertugas bersih bersih di ruang staf sekretaris!" kata wanita itu, bernama Yeni. Dia menatap May sambil tersenyum. Menyelidik May dari atas hingga ke bawah. Jadi gadis ini OB baru yang bertugas membersihkan ruang pimpinan. Hingga membuat beberapa OB senior iri dan dengki. Karena beberapa di antara mereka sangat berharap bisa bekerja di ruang CEO karena gajinya lebih besar. Dengan berhentinya OB sebelumnya, mereka berharap akan dipilih untuk menggantikan tugasnya.Tapi malah gadis ini yang mendapatkan pekerjaan itu. Orang yang mereka anggap belum berpengalaman kerja ketimbang mereka yang sudah lama bekerja dan tahu setiap sudut perusahaan ini.
May senang melihat senyuman Yeni. Dia bersyukur ada juga orang yang mau berteman dengannya di tempat ini. Menghargainya dengan tatapan ramah, bukan sinis penuh kebencian seperti saat dia masuk tadi pagi.
"Mbak Yeni sudah lama kerja di sini?" tanyanya.
"Iya, sudah hampir lima tahun." kata Yeni. Dia sudah selesai membuat kopi dan minuman lainnya.
"Maaf May, aku harus pergi. Nama Wakil direktur utama perusahaan ini adalah Ibu Rachelia Maureen. Ruang kerjanya berada di di lantai 54! Turun dari tangga ini, kamu jalan lurus sekitar 20 meter, terus belok kiri. Kau akan melihat ruang kerjanya!" kata Yeni menjelaskan.
"Terimakasih mbak!" kata May. Jadi wakil Dirut Perusahaan ini seorang wanita, di kiranya seorang laki-laki.
"Oh ya May...." Yeni batal melangkah dan melihat pada May.
"Ya mbak.....!" May berbalik dan melihat pada Yeni. Wanita itu tampak melirik kiri dan kanan.
"Bu Rachel orang yang sangat penting dan berpengaruh di perusahaan ini. Dia tangan kanan pimpinan. Selain itu dia di percayakan menggantikan pekerjaan pimpinan selama pimpinan tak ada di tempat ini! Karena pimpinan tidak sepenuhnya bekerja di sini. Beliau hanya sekali kali datang berkunjung setiap bulan. Dan hari ini aku mendengar beliau akan datang berkunjung."
"Oh ya? lalu pimpinan menetap di mana?" tanya May dengan wajah mengernyit.
"Entahlah, tempatnya tidak menentu. Karena pimpinan memiliki perusahaan di setiap tempat. Tapi aku dengar beliau lebih suka tinggal Australia. Karena perusahaan besarnya di sana. Kantor ini hanya Kantor cabang saja dan di percayakan pada ibu Rachel. Ingat May, Kamu jangan membuat kesalahan sedikitpun! Bu Rachel orang yang sangat disiplin dan keras. Semua orang tunduk dan patuh pada perintah dan aturan yang di buatnya." Bisik Yeni.
Wajah May kembali mengernyit mendengar ucapannya.
"Aturan yang di buatnya? Bukankah perusahaan ini punya aturan sendiri yang harus di patuhi oleh semua orang yang bekerja di sini? Kenapa harus ada aturan lagi darinya yang harus kita patuhi?" tanya May tidak mengerti dengan adanya berbagai peraturan yang ada.
"Sudah ku katakan tadi, dia adalah penguasa di tempat ini setelah pimpinan. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya adalah perintah yang harus di laksanakan. Ada beberapa aturan yang di buatnya yang harus di patuhi oleh karyawan!" kata Yeni kembali.
"Sudah, kamu tidak usah pikirkan hal itu. Yang penting bekerja saja dengan baik, jangan melakukan kesalahan dan menyalahi aturan perusahaan! Aku ucapkan Selamat datang di perusahaan ini, dan selamat bekerja. Semoga kamu betah dan bisa bertahan." bisik Yeni lagi. Lalu segera melangkah dengan nampan ditangan berisi 6 gelas yang berisi berbagai macam jenis minuman.
May menatap kepergian Yeni. Dia merasa aneh dengan bisikan Yeni, tapi dia sudah bertekad akan bertahan bekerja demi untuk memenuhi tujuannya datang ke negara ini, yaitu bertemu Rad. Jika dia tidak bertemu dengan Rad di sini, maka dia berniat akan pergi ke Australia. Tapi sebelum itu dia harus mengumpulkan uang dulu untuk bisa ke sana.
May segera melangkah dengan nampan di tangan. Sungguh sangat beruntung orang orang yang di layani dengan tangannya. Termasuk Wakil direktur perusahaan ini. Karena ini pertama kalinya di membuat kopi untuk orang lain. Membuat kopi dan minuman untuk dirinya sendiri saja dia tidak pernah, semua di lakukan oleh pelayan dan juga mama, nenek dan kakeknya.
May berjalan sangat pelan menuju lift, dia tidak mau menggunakan tangga untuk turun dengan nampan dan kopi di tangan, takut jatuh. Dalam langkahnya dia menggerutu, kenapa harus dia yang melayani keperluan Rachel. Bukankah Wakil Dirut punya pelayan sendiri? Sementara tugasnya hanya melayani keperluan pimpinan perusahaan ini.
"Heh... heh....kamu mau kemana?" suara keras Clara menghentikan langkahnya yang sedang menunggu lift terbuka. Saat itu Clara hendak turun untuk menemui Rachel. Dia melihat May dari jauh. Timbul pikiran jahat di otaknya untuk mencelakai OB baru itu. Dia meminta sebotol air mineral pada seorang cleaning servis, lalu menumpahkan ke lantai depan lift karyawan. Setelah itu dia mendekati May. Memandang May sinis.
"Saya mau mengantar kopi untuk ibu Rachel." kata May ramah.
"Kamu hanya karyawan rendah, gunakan lift karyawan atau tangga untuk turun." kata Clara ketus memandang rendah.
"Baik buk....!" kata May mematuhi perintah itu karena malas berdebat. Benar benar menjengkelkan. Batinnya kesal. Dia segera melangkah menuju lift khusus karyawan. Tiba tiba dia terpeleset dan jatuh. Nampan lepas dan jatuh kelantai. Gelas pecah. May jatuh tersungkur di lantai. Dia menjerit merasakan bokongnya yang sakit menghantam lantai.
Clara tersenyum menyeringai dengan tatapan sinis mengejek. Tapi kemudian dia memasang wajah marah.
"Apa yang kamu lakukan?" teriaknya keras."Kalau jalan pakai mata, bukan dengkul. Kau pakai matamu untuk apa? lihat.... gelas pecah karena keteledoran mu, lantainya juga kotor! Kau ini bekerja tidak becus!"
"Maaf buk, aku terpeleset. Ada air di lantai!" kata May sambil meringis sakit. Sekretaris ini benar benar keterlaluan, manusia tidak punya hati. Bukannya menolong, malah menyalahkan dirinya. Dan mengata ngatainya pula.
"Halahh, Jangan membuat alasan. Kau sendiri yang tidak becus bekerja dan malah menyalahkan air di lantai. Mana ada air di lantai? tempat ini sudah di bersihkan! Jangan hanya Bengong saja, cepat berdiri. Segera bersihkan tempat ini sebelum ada tamu yang datang. Dan Buat kembali kopi untuk ibu Rachel secepatnya jika kau tidak ingin di pecat." kata Clara menatap tajam.
"I iya buk....!" kata May berusaha bangun dan menyentuh bokongnya yang masih sakit.
"Karena kau telah memecahkan gelas itu, maka gaji mu di potong." kata Clara, lalu segera pergi meninggalkan May dengan senyuman puas mengembang di wajahnya. Dia masuk lift dan turun untuk menemui Rachel.
Pelan dan hati-hati May memungut pecahan gelas di antara air kopi.
"Auuuww.....!" dia menjerit kecil ketika jarinya terluka terkena pecahan gelas. Darah menetes ke lantai. May panik dan takut melihat darah. Dia mengangkat jarinya. Dia melihat ke kiri-kanan untuk meminta tolong. Tapi tak ada siapapun yang di minta kan bantuan. Dia sendirian di sini, menanggung sendiri. May semakin takut, matanya berkaca-kaca. Entah mau melakukan apa, Reflek May memasukan jari ke mulut dan menghisapnya. Lalu menekan nekan lukanya agar darahnya berhenti keluar.
May tiba-tiba terisak melihat darah yang terus mengalir.
"Mama, papa....!" air matanya jatuh mengenai jemarinya. Teringat akan orang tuanya. Dia yang tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk seperti ini. Dia yang tidak pernah mencari masalah dengan orang. Tapi kenapa ada yang tidak menyukainya.
Untuk beberapa saat, May terduduk dengan menatapi jarinya, memikirkan nasibnya seorang diri di tempat ini. Tak ada teman untuk membantu, berbagi segala rasa.
"Om....!" ucapan itu keluar dari mulutnya tak kalah melintas wajah Rangga di matanya. Hanya pria itu temannya di negara ini. Pria itu yang selalu menolongnya. Selalu datang tiba-tiba muncul di depannya saat dia sedang mengalami kesulitan dan memerlukan bantuan. Dan saat ini dia sangat butuh Rangga. Tapi, pria ini tak datang untuk membantunya. Tak muncul di depannya. Karena sedang pergi ke LA. Dan May sendirian mengalami kejadian ini. Ternyata Pria itu tak selamanya ada untuknya. Tak selamanya bisa membantunya.
May kembali terisak kecil, merasakan sesak di dada dengan berbagai rasa yang campur aduk yang membuat air matanya semakin banyak mengalir. Sangat sedih merasa sepi sendiri. May semakin terisak dengan wajah di tekuk di antara kedua lututnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Fenti
semangat thor 💪😊
2022-09-09
0
Lenkzher Thea
Clara kurang propesional, masalah pribadi di bawa ke aturan kerja itu tidak adil
2022-07-19
0