...Happy Reading....
Jam dua dini hari Rangga masuk ke dalam kamar hotel May. Untuk memeriksa gadis itu. Ini merupakan kamar presidential suite miliknya. Dengan fasilitas yang lengkap. Bila dia datang ke New York, kamar ini akan di sediakan untuknya jika dia ingin menginap. Dan Jika dia kembali ke Australia, maka akan di sediakan pada tamu yang menginginkan fasilitas lengkap dan menyukai privasi.
Rangga bukannya pergi keluar, tapi menginap di kamar suite lainnya, di sebelah kamar ini.
Perlahan Rangga mendekati tempat tidur, memperhatikan May yang sudah tertidur lelap dan sangat nyenyak. Pakaian yang telah berubah dengan gaun tidur yang di pesan tadi pada manager hotel. Mengartikan kalau gadis ini mandi dan berganti pakaian sebelum tidur.
Rangga mendekat ke bibir ranjang. Menyibak selimut sedikit ke atas. Dia memeriksa kaki May yang salah urat. Perlahan dia mengoles salep ke bagian bengkak kebiruan. Rangga memperhatikan kaki May sejenak. Kaki jenjang yang putih kemerahan, bersih dan mulus. Tak ada noda luka atau apapun walau hanya sedikit. Mata Rangga beralih pada wajah May. Tak ada plester di dahi gadis itu. Sepertinya May melepas saat mandi. Rangga menutupi kembali luka itu dengan plester, kemudian beralih mengoles salep ke tangan May.
May tiba-tiba bergerak dan memegang tangan Rangga."Kakek.....!" ucap May dalam tidurnya.
"Kakek?" wajah Rangga mengernyit mendengarnya. Dia melihat mata May yang terpejam. Sepertinya gadis ini bermimpi.
Rangga kembali terkejut saat May membawa ibu jarit ke mulut dan di hisap seperti permen lollipop.
Rangga terkesiap. Merasakan hisapan itu. Tubuhnya menegang merasakan sesuatu yang aneh menjalar pada sekujur tubuhnya saat lidah itu bergesekan dengan ibu jarinya. May terus melakukannya. Dan itu membuatnya semakin tidak tenang dan gelisah.
Mengisap jempol seperti ini adalah kebiasaan May sejak kecil. Dia sangat suka mengisap jempol Rafa saat kakeknya itu menidurkan dirinya. Dan Rafa telah membiasakan hal itu sampai dia besar.
Rangga berusaha mengendalikan dan menekan apa yang di rasakan."Gadis ini...!" rutuknya dalam hati. Lagi lagi membuat jantungnya berdegup kencang.
Matanya tak sengaja melihat goresan pada jari telunjuk kiri May yang terkena pecahan gelas kaca. Sepertinya dia melewatkan luka tersebut. Rangga meraih plester luka dengan tangannya yang satu. Lalu di tutupkan pada luka di jari itu.
"Kamu sebenarnya siapa?" gumam Rangga memperhatikan wajah May yang tertidur tenang. Beralih pada sekujur tubuh May sampai ke bawah. Memiliki kulit lembut seperti kulit bayi, juga tubuh yang indah. Rangga merasa gadis ini bukan orang yang hidupnya susah dan sangat butuh pekerjaan butuh uang dengan melihat bentuk tubuh seindah ini. Dia merasa May anak orang kaya yang suka melakukan perawatan tubuh dengan biaya yang fantastis demi mendapatkan kulit dan tubuh yang indah. Seperti anak anak konglomerat, pengusaha, selebriti, anak pejabat yang sering di lihat Rangga.
Tapi ketika dia menyelidiki gadis ini, ternyata May hanya putri dari kalangan menengah. May Wulandari. Lulusan SMA Bandung. Putri pertama dari empat bersaudara. Dia menyuruh seseorang pergi ke Bandung dan mencari tempat tinggal May secara diam-diam. Orang kepercayaannya mengatakan May berasal dari Bandung, hidupnya yang biasa, bukan dari kalangan atas. Orangnya mendapatkan informasi itu dari orang orang sekitar rumah May.
Rangga berpikir, May tidak biasa bekerja, hanya merawat diri, makanya memiliki tubuh seindah ini. Tapi hal itu tidak mungkin, Dengan melihat May yang mencari perkejaan dan bekerja sebagai OB di perusahaannya, karena sangat butuh uang untuk biaya hidupnya bukan untuk merawat diri.
20 menit berlalu. Pegangan tangan May merenggang. Mulutnya juga sudah berhenti mengisap. Perlahan Rangga menarik tangannya. Dia memperbaiki selimut May, lalu bangkit berdiri dan keluar dari kamar.
Menjelang subuh. May kembali bermimpi. Bertemu dengan orang yang sangat dia rindukan, Rafa.
"Kakek...." ucapnya senang melihat Rafa. Dia segera berlari mendekati kakeknya dan memeluk."Rara kangen kakek! Maaf, Rara nakal lagi!" kata lirih.
Rafa memeluknya penuh kasih, mencium keningnya lembut."Tidak, Rara gak nakal kok! Katakan, apa yang Rara cari hingga kabur dari rumah? Bahkan rela bekerja keras, mengalami kekerasan dan hal buruk dari orang orang yang tidak menyukai Rara?" tanya Rafa.
Rara tersenyum"Sesuatu yang sangat penting bagi Rara. Tapi Rara ingin mencari dan menemukannya sendiri."
"Cucu kakek sepertinya sudah gede dan mandiri hingga tidak memerlukan bantuan kakek lagi." Rafa tersenyum lebar.
Rara tertawa."Kakek percaya pada Rara?"
"Tentu saja. Selama ini kakek selalu percaya pada Rara bukan?" kata Rafa mencium keningnya.
"Rara gadis yang baik, tidak pernah melakukan sesuatu yang membuat kakek kecewa. Kakek percaya apa pun yang Rara lakukan!" kata Rafa lagi.
Rara kembali tertawa dengan binar bahagia. Dia memeluk Rafa."Kalau begitu tolong katakan pada nenek, mama dan papa jangan menghawatirkan Rara. Rara bisa jaga diri. Rara baik baik saja di sini. Doa kakek, nenek, papa mama dan semuanya akan menjadi pelindung Rara di mana pun kaki Rara melangkah. Katakan pada mereka Rara sangat merindukan mereka. Setelah apa yang Rara cari di temukan, Rara akan pulang!"
"Baik sayang. Lakukan apa yang membuat mu bahagia. Lakukan jika itu sesuatu yang baik untuk dirimu. Kakek akan selalu mendukungmu!"
"Terimakasih kakek."
"Kakek pergi dulu!" Rafa memeluknya, mencium keningnya kemudian pergi dengan cepat.
"Kakek..... Kakek....kakek.....!" panggil Rara dalam tidurnya. Dan akhirnya dia terbangun dengan Alarm subuh yang berbunyi.
May melihat lihat sekelilingnya mencari keberadaan kakeknya. Nafasnya yang tak beraturan, wajah berkeringat.
"Ternyata hanya mimpi!" ucapnya melihat tak ada siapapun di ruang ini. Sesaat kemudian dia tersenyum karena senang bisa bertemu dengan kakeknya walau hanya dalam mimpi. Mimpi yang terasa begitu nyata.
Padahal bukan mimpi, tapi memang nyata. Rafa datang dan masuk ke kamar itu setelah Rangga keluar. Dia ingin melihat keadaan Rara setelah tahu hal buruk yang menimpa cucunya itu.
May mengusap wajahnya yang keringatan. Dia merasakan sesuatu. Keningnya yang luka memakai plester, padahal saat mandi semalam telah di lepas. Dia melihat telapak tangan dan jarinya yang juga terpasang plester baru.
"Ini siapa yang memakai kan?" gumamnya dengan dahi mengerut."Apa Om baik datang ke sini semalam?" kembali bertanya pada diri sendiri.
May menghela nafas panjang lalu mengeluarkan pelan. Dia segera turun dari ranjang, melangkah pelan tertatih pergi ke kamar mandi untuk bersih bersih dan mengambil air wudhu. Setelah itu mengerjakan shalat.
May masih menyempatkan diri untuk tadarus. 15 menit berlalu dia menutup Al-Qur'an. Dia senang kamar ini menyediakan perlengkapan shalat.
Bersambung.
Tinggalkan jejak dukungan bila suka, terimakasih 🙏😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Chaca
Bukan mimpi, tapi nyata. benar gk Thor 😁
2022-07-31
0
Lenkzher Thea
Semangat terus thor, maap baca nya nyicil ya
2022-07-19
0