Hantu Hidung Mbeler
"Kenapa...aku disini...."ucap perempuan berdaster putih yang tengah duduk didahan pohon mauni.
Ia melayang turun ke sebuah jalan setapak,jalanan kecil yang sudah di aspal namun bolong sana bolong sini,hingga terlihatlah batu-batu kecil berserakan karna menggelinding saat terlindas ban kendaraan.
"Pak....,anda tau nggak ini di daerah mana,saya kesasar Pak..?"
Dia merentangkan kedua tangannya dihadapan seorang bapak yang tengah menaiki sepeda ontel.
Alhasil,si bapak sepedanya oleng ke kiri,masuk got,kemudian nyungsep.
Si Bapak langsung lari terbirit-birit.
Entah kenapa,sejenak Bapak bersarung kotak-kotak warna coklat itu memegang tengkuknya lalu ngibrit.
"Pak jangan lari,tolong saya."
"Kebangetan banget ya hidup ku ini."
"Hiks hiks hiks..."
Dia menangis karna meratapi kesendiriannya.
Dan ketika ia menagis,bukan hanya air mata yang keluar tapi juga ingusnya yang ndelewer hingga bibir bagian atas.
Terdengar suara riuh dari kejauhan.
"Srek srek srek..."
"Dimana Pak?"
"Nggak ada siapa-siapa disini."
"Tadi kata Bapak ada hantu."
"Nglindur jangan-jangan Bapak tadi"
Empat orang laki-laki yang salah satunya adalah Bapak yang tadi nyungsep ke got itu saling adu mulut.
"Demi alloh Ran...aku itu yakin,itu hantu."
"Orang badane aja tembus pohon nangka kok."
"Itu lo,pohon yang agak kecil,dekat mauni itu."
"Itu juga,sepedahku kan tak tinggal tadi."
Si Bapak yang bersarung kotak-kotak tetap ngeyel.
"yaudah kalau begitu,sekarang kita lihat sepedah kamu saja dulu."
Ucap seorang lagi yang berseragam satpam.
"Yuk Kang Men anterin,biar pada percaya kalau aku lihat hantu."
Empat laki-laki itu berjalan menuju got dimana sepeda Pk Mukiyo nyungsep tadi.
Mereka mengangkat,lalu menuntun sepeda ke jalan kemudian dijagang samping.
Bentar deh Kang Yo,ini kan tempat ditemukanya perempuan tanpa identitas yang waktu itu.
Flas back on*
Seorang perempuan berjalan terseok-seok.
Ia menangis hingga kesenggukan.
Sesekali di elapnya air mata yang bercampur ingus itu dengan daster putihnya yang sudah kumel.
Ia terus merintih,menahan sakit.
Sakit jasmani dan rohani pastinya.
"Aku lelah ya Robbi....,aku ingin mati saja,kenapa seperti ini nasibku."
Ia terus saja terisak dan memukuli dadanya.
Sampai akhirnya sampailah ia disebuah pertigaan,ia lantas berjalan masuk ke salah satu jalur yang arahnya ternyata menuju perkebunan.
Merasa lelah berjalan,ia berniat untuk istirahat sejenak.
Dia duduk ditepi jalan,dimana di sisi kirinya terdapat pohon mauni.
Suara jangkrik bersahutan dengan kodok yang minta hujan menghiasi sunyinya malam.
Perempuan itu sangat ketakutan,ia terus menangis,ia ingin minta tolong tapi tak tau pada siapa.
"Gini banget nasibmu Nah...Warsinah."ucapnya sambil ngelus dada.
Warsinah,gadis dari salah satu kampung terpencil di kabupaten Blitar itu menikah dengan laki-laki pilihan Ibu tirinya.
Ayahnya telah lama wafat,begitupun Ibunya yang terlebih dulu meninggal terkena serangan jantung koroner sesaat setelah mengetahui Ayahnya yang berselingkuh.
Harta kekayaan orang tuanya ludes diambil alih oleh sang Ibu tiri.
Saudara pun tiada karna Ayahnya adalah anak tunggal dan Ibunya berasal dari panti asuhan.
Warsinah menerima perjodohan itu dengan terpaksa,agar ia bisa bertahan hidup,dan keluar dari rumah yang ia rasa sudah seperti neraka.
Berharap sang Suami bisa menjadi malaikat penolong,dan selalu mengayomi.
Tapi kenyataan tak selalu seperti maksut hati,Suaminya malah lebih keji dari pada sang Ibu tiri.
Warsinah selalu di minta membantu para pelayan hingga malam hari,dan harus melayani setiap tamu yang butuh sentuhan perempuan dipenginapan milik suaminya itu.
Jika ia tidak mau,maka ia akan dihajar,ditendang dan dicambuk.
Seperti halnya saat ini,ia dipukuli hingga tak sadarkan diri,dan ketika ia bangun ia sudah berada ditempat yang tidak ia kenali.
Puas menangis Warsinah berbaring dipinggir jalan karna jika dirumput ia takut digigit binatang melata.
Tak disangka tak diduga,sesaat setelah ia memejamkan mata sebuah mobil pengangkut kopi menabraknya hingga ia terpental sampai ke pohon mauni.
Disitulah ia menghembuskan nafas terakhirnya,darah mengalir deras dari telinga,mulut dan hidung.
Membasahi akar pohon mauni,bercampur air mata dan ingus yang tadinya masih memenuhi rongga hidung.
Pagipun tiba,dan ditemukanlah ia oleh warga.
Flas back off*
"Lah iyo ya Kang Man,bukane delapan hari lalu ada tabrak lari ndek sini ya."
"Lhah jangan-jangan Mbak yang gak ada identitas itu jadi kunti kang."
"Weslah ayo pulang,gak usah su'udhzon."
"Seng terpenting sepedah kamu itu udah ketemu,kamune juga gak apa-apa."
"Iya nggak?"
Kang Man yang berseragam Satpam itu memberi penerangan.
"Iya wes Kang,wes kita pulang ae,merinding aku lama-lama di sini."
"Iya,aku juga kok mrinding ya,hawane kayak dingin-dingin serem gitu lo"
Sahut Bapak-bapak yang tadinya diam saja menyimak,tapi akhirnya ikut bicara juga.
Ke empat lelaki itu lantas melangkahkan kakinya dengan cepat.
Mereka ingin segera pergi dari tempat itu.
Meninggalkan Warsinah yang sangat kaget mendengar semua cerita empat manusia tadi.
Ternyata Warsinah sengaja mendekati mereka saat mereka tengah mengangkat sepeda dari got.
Niat hati ingin minta tolong,minimalnya tanya tempat,atau setidaknya tanya jalan pulang,syukur-syukur diantar pikirnya.
Tapi malah kenyataan pahit dan mengejutkanlah yang ia terima.
"Tabrak lari...,jenazah...."
"Perempuan tanpa identitas..."
"Baju putih kumel..."
Ucap Warsinah bertanya pada diri sendiri.
"Itu kan aku..."dia menunjuk jidatnya sendiri dengan telunjuk
"Apa.....?"
"Aku sudah....maa....ti....?"
Teriaknya histeris.
Dia mencoba meyakinkan diri sendiri dengan mencoba meninju pohon pisang,dan benar.
"Tembus?"
"Tidak,aku tidak mau mati"
"Aku meralat ucapan ku."
"Aku mau hidup,tidak mau mati."
Warsinah kembali menangis histeris,ia meronta sekencang-kencangnya.
Saking kencangnya,suaranya sampai tembus di dimensi manusia.
Sementara di ujung jalan menuju pertigaan,Tiga orang tengah berjalan santai sambil menunggu temannya yang bernama Tumiran.
Tumiran pamit ingin buang air kecil,dan meminta ketiga temannya menunggu.
Tapi karna suasana seram masih mereka rasa setelah tragedi pengangkatan sepeda tadi,maka mereka memilih menunggu Tumiran sambil berjalan perlahan.
Tumiran tengah mengangkat sarungnya dan menggulung lalu membelitnya dipinggang.
Ia tengah mengendorkan tali kolor celana pendeknya ketika terdengar suara tangisan.
"Hiks hiks hiks...."
"Hi..hi hii hi hii...hikss..."
"Hih hiks..hih hih hi hiks...."
Suara itu semakin kencang.
Awalny hanya seperti terbawa semilir angin saja.
Lebih tepatnya seperti suara gesekan dahan dan ranting pohon.
Tapi makin lama makin jelas,itu suara tangis perempuan.
Tumiran clingak cliknguk sambil terus mencari dari arah mana pusat suara itu berasal.
Dan ketika Tumiran pertajam pendengarannya ternyata suara itu berasal dari arah dimana sepeda Tukiyo terjatuh.
Tumiran yang tengah kebelet akhirnya ngompol dicelana.
Ia berlari sambil teriak,
"Hantuu....Kuntii"
"Hantuu...ti...kuun...kunnnn...tiiii..."
Sambil terus berlari menuju tempat ketiga temannya tadi berada.
Tapi sayang mereka sudah tak nampak,dan sepertinya mereka telah sampai di pos ronda.
Tumiran lantas lari pulang kerumahnya,tak lagi ada solidaritas dihatinya yang tengah dilanda rasa takut.
Tak peduli pada jadwal jaga pos kampling juga...
"Whuuusssss....."angin berhembus.
Tanpa Tumiran sadari kini tengah melayang sesosok perempuan berdaster putih diatas nya..
Menembus pohon demi pohon yang ada...
Ih hih hihihihi..hihi...hii....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Dehan
lucu bener judul novelnya.. 😂😂
2022-10-10
1
Cila Mici
hai hai .. akoh baru sempat mampir karena setelah kesibukan yg Nadzubillah, akunya tepar.
btw ceritanya udah bagus, ketikannya saja cuy diberesin dikit-dikit, gpp itu nanti akan bener seiring berjalannya waktu.
2022-07-30
0
Novita.R.
Antara takut sama ngakak bacanya ini... Duhh Marsinahh😭🤣🤣Semangat next up nya💪 Salam dari:
MARRIED WITH MATCHMAKER
Ditunggu mampir baliknya ke karyaku😉 Mari saling mendukung🌹
2022-07-01
1