NovelToon NovelToon

Hantu Hidung Mbeler

Hilang Ingatan.

"Kenapa...aku disini...."ucap perempuan berdaster putih yang tengah duduk didahan pohon mauni.

Ia melayang turun ke sebuah jalan setapak,jalanan kecil yang sudah di aspal namun bolong sana bolong sini,hingga terlihatlah batu-batu kecil berserakan karna menggelinding saat terlindas ban kendaraan.

"Pak....,anda tau nggak ini di daerah mana,saya kesasar Pak..?"

Dia merentangkan kedua tangannya dihadapan seorang bapak yang tengah menaiki sepeda ontel.

Alhasil,si bapak sepedanya oleng ke kiri,masuk got,kemudian nyungsep.

Si Bapak langsung lari terbirit-birit.

Entah kenapa,sejenak Bapak bersarung kotak-kotak warna coklat itu memegang tengkuknya lalu ngibrit.

"Pak jangan lari,tolong saya."

"Kebangetan banget ya hidup ku ini."

"Hiks hiks hiks..."

Dia menangis karna meratapi kesendiriannya.

Dan ketika ia menagis,bukan hanya air mata yang keluar tapi juga ingusnya yang ndelewer hingga bibir bagian atas.

Terdengar suara riuh dari kejauhan.

"Srek srek srek..."

"Dimana Pak?"

"Nggak ada siapa-siapa disini."

"Tadi kata Bapak ada hantu."

"Nglindur jangan-jangan Bapak tadi"

Empat orang laki-laki yang salah satunya adalah Bapak yang tadi nyungsep ke got itu saling adu mulut.

"Demi alloh Ran...aku itu yakin,itu hantu."

"Orang badane aja tembus pohon nangka kok."

"Itu lo,pohon yang agak kecil,dekat mauni itu."

"Itu juga,sepedahku kan tak tinggal tadi."

Si Bapak yang bersarung kotak-kotak tetap ngeyel.

"yaudah kalau begitu,sekarang kita lihat sepedah kamu saja dulu."

Ucap seorang lagi yang berseragam satpam.

"Yuk Kang Men anterin,biar pada percaya kalau aku lihat hantu."

Empat laki-laki itu berjalan menuju got dimana sepeda Pk Mukiyo nyungsep tadi.

Mereka mengangkat,lalu menuntun sepeda ke jalan kemudian dijagang samping.

Bentar deh Kang Yo,ini kan tempat ditemukanya perempuan tanpa identitas yang waktu itu.

Flas back on*

Seorang perempuan berjalan terseok-seok.

Ia menangis hingga kesenggukan.

Sesekali di elapnya air mata yang bercampur ingus itu dengan daster putihnya yang sudah kumel.

Ia terus merintih,menahan sakit.

Sakit jasmani dan rohani pastinya.

"Aku lelah ya Robbi....,aku ingin mati saja,kenapa seperti ini nasibku."

Ia terus saja terisak dan memukuli dadanya.

Sampai akhirnya sampailah ia disebuah pertigaan,ia lantas berjalan masuk ke salah satu jalur yang arahnya ternyata menuju perkebunan.

Merasa lelah berjalan,ia berniat untuk istirahat sejenak.

Dia duduk ditepi jalan,dimana di sisi kirinya terdapat pohon mauni.

Suara jangkrik bersahutan dengan kodok yang minta hujan menghiasi sunyinya malam.

Perempuan itu sangat ketakutan,ia terus menangis,ia ingin minta tolong tapi tak tau pada siapa.

"Gini banget nasibmu Nah...Warsinah."ucapnya sambil ngelus dada.

Warsinah,gadis dari salah satu kampung terpencil di kabupaten Blitar itu menikah dengan laki-laki pilihan Ibu tirinya.

Ayahnya telah lama wafat,begitupun Ibunya yang terlebih dulu meninggal terkena serangan jantung koroner sesaat setelah mengetahui Ayahnya yang berselingkuh.

Harta kekayaan orang tuanya ludes diambil alih oleh sang Ibu tiri.

Saudara pun tiada karna Ayahnya adalah anak tunggal dan Ibunya berasal dari panti asuhan.

Warsinah menerima perjodohan itu dengan terpaksa,agar ia bisa bertahan hidup,dan keluar dari rumah yang ia rasa sudah seperti neraka.

Berharap sang Suami bisa menjadi malaikat penolong,dan selalu mengayomi.

Tapi kenyataan tak selalu seperti maksut hati,Suaminya malah lebih keji dari pada sang Ibu tiri.

Warsinah selalu di minta membantu para pelayan hingga malam hari,dan harus melayani setiap tamu yang butuh sentuhan perempuan dipenginapan milik suaminya itu.

Jika ia tidak mau,maka ia akan dihajar,ditendang dan dicambuk.

Seperti halnya saat ini,ia dipukuli hingga tak sadarkan diri,dan ketika ia bangun ia sudah berada ditempat yang tidak ia kenali.

Puas menangis Warsinah berbaring dipinggir jalan karna jika dirumput ia takut digigit binatang melata.

Tak disangka tak diduga,sesaat setelah ia memejamkan mata sebuah mobil pengangkut kopi menabraknya hingga ia terpental sampai ke pohon mauni.

Disitulah ia menghembuskan nafas terakhirnya,darah mengalir deras dari telinga,mulut dan hidung.

Membasahi akar pohon mauni,bercampur air mata dan ingus yang tadinya masih memenuhi rongga hidung.

Pagipun tiba,dan ditemukanlah ia oleh warga.

Flas back off*

"Lah iyo ya Kang Man,bukane delapan hari lalu ada tabrak lari ndek sini ya."

"Lhah jangan-jangan Mbak yang gak ada identitas itu jadi kunti kang."

"Weslah ayo pulang,gak usah su'udhzon."

"Seng terpenting sepedah kamu itu udah ketemu,kamune juga gak apa-apa."

"Iya nggak?"

Kang Man yang berseragam Satpam itu memberi penerangan.

"Iya wes Kang,wes kita pulang ae,merinding aku lama-lama di sini."

"Iya,aku juga kok mrinding ya,hawane kayak dingin-dingin serem gitu lo"

Sahut Bapak-bapak yang tadinya diam saja menyimak,tapi akhirnya ikut bicara juga.

Ke empat lelaki itu lantas melangkahkan kakinya dengan cepat.

Mereka ingin segera pergi dari tempat itu.

Meninggalkan Warsinah yang sangat kaget mendengar semua cerita empat manusia tadi.

Ternyata Warsinah sengaja mendekati mereka saat mereka tengah mengangkat sepeda dari got.

Niat hati ingin minta tolong,minimalnya tanya tempat,atau setidaknya tanya jalan pulang,syukur-syukur diantar pikirnya.

Tapi malah kenyataan pahit dan mengejutkanlah yang ia terima.

"Tabrak lari...,jenazah...."

"Perempuan tanpa identitas..."

"Baju putih kumel..."

Ucap Warsinah bertanya pada diri sendiri.

"Itu kan aku..."dia menunjuk jidatnya sendiri dengan telunjuk

"Apa.....?"

"Aku sudah....maa....ti....?"

Teriaknya histeris.

Dia mencoba meyakinkan diri sendiri dengan mencoba meninju pohon pisang,dan benar.

"Tembus?"

"Tidak,aku tidak mau mati"

"Aku meralat ucapan ku."

"Aku mau hidup,tidak mau mati."

Warsinah kembali menangis histeris,ia meronta sekencang-kencangnya.

Saking kencangnya,suaranya sampai tembus di dimensi manusia.

Sementara di ujung jalan menuju pertigaan,Tiga orang tengah berjalan santai sambil menunggu temannya yang bernama Tumiran.

Tumiran pamit ingin buang air kecil,dan meminta ketiga temannya menunggu.

Tapi karna suasana seram masih mereka rasa setelah tragedi pengangkatan sepeda tadi,maka mereka memilih menunggu Tumiran sambil berjalan perlahan.

Tumiran tengah mengangkat sarungnya dan menggulung lalu membelitnya dipinggang.

Ia tengah mengendorkan tali kolor celana pendeknya ketika terdengar suara tangisan.

"Hiks hiks hiks...."

"Hi..hi hii hi hii...hikss..."

"Hih hiks..hih hih hi hiks...."

Suara itu semakin kencang.

Awalny hanya seperti terbawa semilir angin saja.

Lebih tepatnya seperti suara gesekan dahan dan ranting pohon.

Tapi makin lama makin jelas,itu suara tangis perempuan.

Tumiran clingak cliknguk sambil terus mencari dari arah mana pusat suara itu berasal.

Dan ketika Tumiran pertajam pendengarannya ternyata suara itu berasal dari arah dimana sepeda Tukiyo terjatuh.

Tumiran yang tengah kebelet akhirnya ngompol dicelana.

Ia berlari sambil teriak,

"Hantuu....Kuntii"

"Hantuu...ti...kuun...kunnnn...tiiii..."

Sambil terus berlari menuju tempat ketiga temannya tadi berada.

Tapi sayang mereka sudah tak nampak,dan sepertinya mereka telah sampai di pos ronda.

Tumiran lantas lari pulang kerumahnya,tak lagi ada solidaritas dihatinya yang tengah dilanda rasa takut.

Tak peduli pada jadwal jaga pos kampling juga...

"Whuuusssss....."angin berhembus.

Tanpa Tumiran sadari kini tengah melayang sesosok perempuan berdaster putih diatas nya..

Menembus pohon demi pohon yang ada...

Ih hih hihihihi..hihi...hii....

Teror

Ketika Tukiman sampai di pos ronda ia melihat kedua temannya telah tidur.

"Malah tiduran disini..."

"Bangun Kang,Kang Man.."

"Li...Sadeli....bangun...."

Orang yang bernama Tukiman berusaha membangunkan Pak Satpam vila tua itu dan juga Sadeli tetangganya.

Tapi mereka tak bangun juga.

Ditempat lain,Tukiyo yang baru sampai diteras rumahnya segera berlari dan membuka pintu dengan terburu.

"Buk...Bukne..."ia memanggil Istrinya dengan terbata-bata.

"Loh Pak...Bapak kenapa?"tanya Istrinya.

"Anu Buk....itu,Bapak dikejar demit kunti apa sundel gitu lo."

"Serem Buk...,ngejar-ngejar Bapak katanya minta tolong diantar pulang."

"Yasudah sekarang Bapak minum air dulu,terus tidur ae sana."ucap Istri Tukiyo sembari mengulurkan secangkir air putih hangat.

Tukiyo merasa tenang dan ia segera ke kamar untuk tidur.

"Ya gitu itu orang kalau nggak pernah mau sholat,denger adzan magrib bukane berangkat ke masjid,malah ke kebun takut ada maling."

"Hidup ngejar dunia terus,ya ben kapok ganti dikejar-kejar sama temannya,yaitu yang namanya setan takut demit."gerutu Istri Tukiyo setelah Suaminya sudah pergi ke kamar.

"Tok tok tok...."

Pintu rumah Tukiyo di ketuk.

"Nggak usah ganggu kami,kami kan ndak ada salah sama kamu."

"Sudah sana balik ke alam mu,tempatmu bukan di sini."

"Ibuk ndak bisa ngasih apa apa ngger..."

"Siapapun kamu,ini hadiah dari Ibuk buat kamu,semoga setelahnya kamu bisa ikhlas ngger,"

"Alfatihah....."

Istri Tukiyo lalu membaringkan diri dikursi,ia tak lantas menyusul sang Suami untuk tidur dikamar.

Istri Tukiyo yang sejatinya mempunyai indra ke enam namun mata batinnya telah ditutup itu ternyata masih bisa merasakan energi dari mahluk lain yang ada disekitarnya.

Termasuk energi Warsinah yang terasa sangat penuh dengan kesedihan dan dendam.

Tukiman di pos ronda masih sibuk membangunkan kedua temannya.

Ternyata keduanya tengah pingsan.

Flash back*

"Kita tunggu sambil jalan pelan-pelan sajalah Kang Man."ucap Tukiyo sambil menuntun sepeda ontelnya.

"Iya lagian Tumiran itu ya aneh,lagi serem gini malah kebelet."

"Hihi hihi hi hihi hi...."

Suara seperti perempuan entah menagis atau tertawa terdengar samar-samar...

Tukiyo yang masih menuntun sepeda ontelnya langsung tancap gas,tanpa peduli dengan bau got dari sepeda yang kini sudah ia naiki.

Pratman sang satpam,dan Mukidi berjalan secepat mungkin menuju ke pos ronda.

Sesampainya disana,mereka segera meneguk air dari botol air mineral yang sudah di isi ulang.

"Pak...tolong Pak....hiks hiks hiks...."

Suara sendu dengan isakan tangis dan sedikit merintih itu terdengar lebih jelas.

"Tolong...aku mau pulang"

Suara yang sama kembali terdengar.

Kedua orang itu menoleh,dan tampaklah perempuan berdaster putih lusuh yang panjangnya hanya sebatas bawah lutut saja.

Perempuan itu membelakangi Parman dan Sadeli.

"Mbak....,apa yang bisa dibantu?"tanya Pratman.

Perempuan itu membalikkan badanya,tapi tetap menunduk.

"Saya mau pulang Pak..."

"Hiks hiks hiks...."

Tampak perempuan itu mengelap air mata nya.

Beberapa menit kemudian,terlihat seseuatu menetes,berwarna kuning kehijauan.

Dan lagi....

Berwarna merah....

Pratman dan Sadeli merasa ada keanehan.

Mereka berniat untuk pergi.

"Jangan pergi Pak,tolong saya..."

Lagi-lagi perempuan itu meminta tolong.

Tapi kali ini ia mendongakkan kepalanya.

Rambutnya sebagian menutupi pipi.

Hanya menampakkan bagian mata hidung dan mulut.

Mata yang sudah membiru,dan dipenuhi oleh darah yang terus mengalir.

Hidung yang penuh dengan cairan berwarna hijau,dan terus menetes.

Seketika bau amis dan busuk menyengat hidung keduanya.

Hingga keduanya pun tumbang tak sadarkan diri.

Flash back off.

"Jangan...tolong jangan ganggu,ampuunnnn."

Rancau Sadeli ketika membuka matanya karna merasa terguyur air.

"Bangun Sadeliiiii....,"teriak Tukiman.

"Ini aku,kamu itu kenapa sih?"

"Kang,Kang Man....,"kini Tukiman beralih ke Pak Satpam Pratman.

"Kang bangun,ini aku Tukiman."

Pratman pun mulai terbangun,dan clingak clinguk.

Kemuadian dengan terburu-buru berjalan ke sisi pos,dia memperhatikan tanah dibawah kakinya berpijak.

"Loh kok gak ada apa-apa?"ucapnya lirih.

"Iya ya Kang, lha yang tadi netes-netes itu kemana ya?"Jawab Sadeli yang sudah berada disamping Pratman.

"Tapi tadi kamu lihat kan Li,kita ndak mimpi kan?"

"Yo nggaklah kang,inget banget aku,"jawab Sadeli.

Tukiman yang tidak tahu apa-apa pun akhirnya bertanya.

"Sebenernya ada apa sih Kang Man?"

"Itu lo,tadi ada hantu perempuan nangis minta di antar pulang."

"Ngeri banget pokoknya Man."

Jawab Pratman kepada Tukiman.

"La Kang Tukiyo kemana ini kang?"tanya Tukiman lagi.

"Dia udah ngacir tadi naik sepedah."

"Gak tau sekarang sudah sampai di rumah atau malah sudah di neraka dimakan hantu."

Sahut Sadeli yang merasa jengkel pada Tukiyo yang tidak tahu balas budi itu.

"Weslah biarin saja,aku mau ngecek vila lagi."jawab Pratman dengan berjalan menuju Vila yang posisinya berjarak tiga ratus meteran dari pos ronda.

"Yaudah lah kalau gitu aku juga mau pulang."putus Sadeli yang sudah cukup emosi.

Tukiman yang kini sendirian merasa merinding.

Ia akhirnya memilih pulang juga.

Pos ronda malam ini dibiarkan kosong,tanpa ada yang jaga.

Warga yang biasa mangkal sekedar ngobrol dan main karambol entah kenapa malam ini tidak ada yang datang.

Sepeninggal semua orang,tampaklah Warsinah duduk di pos ronda itu.

Ia meratapi nasibnya,sesekali ia bersenandung.

"Hem hem hem hem....."

"Hiks hiks...hiks hiks..."

"Hihi hihi hihhihi...."

Suaranya samar terbawa angin.

Kemudian Warsinah berjalan mengambang,ia menyusuri daerah itu.

Mengelilingi perkampungan.

Warsinah mencoba keluar dari sebuah gapura.

Gapura yang sepertinya menjadi pembatas desa itu terlihat kokoh meski agak kusam.

Tapi sayangnya,ketika ia keluar dari gapura itu,ia kembali pada pohon mauni diperkebunan kopi.

Berkali-kali dicobanya,namun hal yang sama pulalah yang lagi-lagi terjadi.

Ia akhirnya memilih terus berjalan,menyusuri gang demi gang di perkampungan itu.

Dengan terus menangis, meneteskan air mata darah,juga ingus yang terus berjatuhan dijalan.

Ratapan dan rintihan Warsinah tak jarang didengar oleh beberapa penduduk yang masih terjaga di jam satu dini hari itu.

Hantu Warsinah yang penasaran itu kini kembali melayang ke rumah Tukiyo.

Ia tahu Istri Tukiyo bisa berinteraksi dengan nya.

"Buk....tolong..."

Warsinah berjalan mengambang ke teras Tukiyo dengan terus menagis kesenggukan.

Ia mondar mandir ke depan ke belakang.

Dari teras hingga kamar.

Sesekali,Warsinah mencoba menerobos rumah Tukiyo.

Tapi ia selalu terpental,karna ternyata dibalik pintu rumah Tukiyo bagian dalam,terdapat kaligrafi ayat kursi yang digantung.

Istri Tukiyo sudah tertidur pulas,berbeda halnya dengan Tukiyo yang berada di kamar.

Ia terjaga saat mendengar suara isakan tangis.

Warsinah yang bisa merasakan kehadiran manusia itu kini mendekati kamar Tukiyo.

Dan lagi-lagi ia berteriak.

"Pak..tolong pak..."

"Tolong....hiks hiks hiks..."

Angin kencang yang datang bersamaan dengan melayangnya Warsinah menuju jendela kamar Tukiyo membuat jendela kamar Tukiyo terbuka.

Jendela yang hanya terbuat dari triplek itupun kini terbuka dengan kerasnya.

"Braaakkkkk..."

Tukiyo terbangun,dia terlonjak kaget.

Dan ketika ia menoleh,tampaklah samar-samar wajah Warsinah yang sangat menyeramkan dan membawa aura sedih.

Tukiyo teriak.

"Hantuuuuuu.........,"

Awas ya readers nanti malam jangan lupa kunci jendela.

"Hih ih ih ih ihih....."

Warsinah pun tertawa menghadap para readers.

Teror 2

"Braaakk...."

Jendela kamar terbuka dengan keras.

Tukiyo yang melihat penampakan hantu Warsinah yang menyeramkan itu pun berteriak,kemudian pingsan.

Ke esokan harinya,kampung dibanjiri oleh kasak kusuk warga atas teror perempuan menangis di tengah malam.

Di pasar,di sawah,warung bahkan di sungai pun,para warga yang tengah mandi atau sekedarnya buang hajat hanya berbicara dengan topik yang sama.

Ada yang bercerita bahwa dia mendengar sendiri,ada pula yang bercerita dengan modal katanya,namun dibubuhi berbagai bumbu tambahan racikan sendiri.

Istri Tukiyo yang namanya Karimah itu kini bekerja menanam padi di sawah seorang juragan tanah.

Dan pada waktu jam makan siang,Ia mendengar salah seorang buruh tengah bercerita tentang adanya teror perempuan menangis.

"Masak sih Yu Yem...beneran itu Suamimu denger sendiri?"tanya buruh lain yang tengah penasaran.

"Iya Yu Rod,lawong Suamiku kan pas lagi nglinting rokok,terus denger suara orang nagis,tapi lirih banget,surannya kayak di jalan."

"Lha pas suamiku ngintip dari jendela kok ndak ada siapa-siapa."

"Ya karna merinding akhirnya dia baca-baca aja sebisanya."

"Habis gitu udah gak ada suara apa-apa lagi."

"Kog gitu ya Yu Yem?"tanya buruh yang namanya Rodiyah.

"Ya iyalah ndak denger lawong orange saking takute terus nyusul aku kekamar,terus tidur kok..."

"Hehe.."buruh yang bernama Katiyem itu pun nyengir.

Istri Tukiyo yang tengah menikmati santap siangnya tidak menyahut sedikitpun.

Ia merasa iba pada mahluk Alloh yang kini tengah tersesat di alam yang salah itu.

Sore hari pun tiba,Ibu-ibu buruh sawah dan ladang sudah saatnya pulang ke rumah masing-masing.

Mereka berjalan bergerombol sesuai dengan grup kerja mereka masing-masing.

Saling bertegur sapa dan tertawa jika saling bertemu karna arah rumah yang berbeda.

Itulah bahagianya hidup di pedesaan.

Alam yang damai jauh dari hiruk pikuk bisingnya kemacetan kota.

Tapi justru dari kedamaian alam yang tenang itulah ada begitu banyak rahasia yang harus dijaga.

Kita dituntut untuk tidak boleh sembrono,dan senonoh.

Menghargai,menghormati dan menjaga adat istiadat dengan sikap dan tindak tanduk yang santun.

Selalu andap asor lembah manah.

Menjaga ucapan dan tindakan.

Dari segala yang harus kita lakukan untuk alam,begitu juga alam memberikam keasriannya kepada kita.

Itulah sebabnya kenapa sering kali anak kota yang datanag ke desa selalu melanggar aturan.

Karna mereka tidak kenal pamali dan hanya tahu tahayul.

Ya,begitulah anak kota,meskipun tidak semuanya.

Istri Tukiyo berjalan di perkebunan sayur,masih di area persawahan bersama ketiga temannya.

Ke empat perempuan itu kini tengan menggendong tomblok untuk membawa alat pertanian dan bekal makan siang mereka.

Di kampung memang lebih sering memilih buruh borongan.

Alasannya adalan untuk mempermudah sang pemilik kebun atau sawah karna tidak lagi perlu menyiapkan makanan untuk buruhnya.

Kini mereka hampir sampai di pertigaan.

Mereka akan berbelok ke arah kampung,namun ketika mereka melihat ke arah kebun kopi yang jika kesana maka hanya tinggal berjalan lurus saja.

Tampak seperti ada seseorang yang menyebrang jalan.

Orang berlari dari sisi kanan jalan menuju kiri jalan yang mana disitu terdapat pohon mauni yang cukup besar.

Istri Tukiyo yang mampu merasakan aura mistis yang cukup kental itu meminta semua rekan kerjanya untuk buru-buru pulang karna hari sudah petang.

Yah,sudah hampir pukul lima sore.

Adzan magrib berkumandang.

~

Pratman kini mengambil wudhu di pos jaganya,didepan vila tua yang bahkan ia sendiri tak tahu pemilik aslinya siapa.

Warsinah yang masih saja tidak bisa menerima kenyataan kalau ia sudah mati itu kini masih saja berusaha menyentuh apapun yang ada disekitarnya.

Ia berlari kesana kemari,menembus pohon dan juga tembok pembatas jalan.

Anehnya ia hanya akan bisa menyentuh bahkan duduk di atas dahan pohon mauni.

Pohon yang menjadi saksi atas akhir kehidupanya.

Bahkan akar pohon itu juga yang menjadi penompang saat tetes demi tetes darah,air mata yang bercampur ingus,mengalir di akhir hayatnya.

Dan pohon itu pulalah satu-satunya yang kini bisa ditempati oleh Hantu Warsinah sekedarnya untuk melampiaskan marah dan lelah karna ia tidak bisa keluar dari daerah itu.

Di tempat lain.

"Lapor komandan."

"laporkan."

"Siap laporkan"

"Ini laporan perempuan tanpa identitas yang meninggal di duga tabrak lari sepuluh hari yang lalu."

"Diagnosa dokter juga menyatakan kalau ini tabrak lari,"

Seorang lelaki bertubuh tegap yang dipanggil Komandan itu berbicara sendiri.

Seolah ia tengah berfikir atau memprediksi sesuatu.

"Kita kerumah sakit."Perintahnya sambil berdiri dari kursi kerjanya.

Dirumah sakit sang Pria tengah berbicara dengan Dokter.

Selang lima belas menit,ia lngsung memerintahkan beberapa anak buahnya untuk membantu dan mengawasi tim medis untuk melakukan pemakaman di lahan yang sudah disediakan rumah sakit.

Karna tidak diketahui identitasnya,akhirnya di nisan hanya tertulis Hamba Alloh,dan juga tanggal penemuan jenazah serta tanggal pemakaman.

Warsinah sendiri merasa sebagian energinya menghilang.

Entah karna apa.

Ia yang biasanya bisa terbang mengambang dengan cepat mengelilingi kampung kini dirasanya menjadi lebih lama.

Dirasanya hal yang berbeda,ia seakan semakin memudar,dan benar-benar melebur bersama angin.

Energi nya yang dulu masih bisa menggerakkan rumput ketika ia mengambang kini telah tiada.

"Apa lagi ini..."

Ucapnya sambil mencoba meraih bunga sepatu merah yang tumbuh liar dibahu jalan.

Tapi lagi-lagi tembus.

Warsinah kembali menangis.

Tangisan yang sangat menyayat hati,dan penuh kepiluan.

Di pemakaman sendiri semua proses telah selesai.

Para orang baik yang dengan tulus mau memakamkan dan mendoakan sesamanya meski tak saling kenal itu kini telah selesai melakukan semua proses pemakaman.

Mereka semua kembali pada posisi mereka masing-masing.

Menjadi pekerja yang harus menjalankan tugasnya.

Istri Tukiyo yang baru saja selesai sholat magrib berjamaah di mushola kini berjalan pulang kerumahnya.

Terlintas dalam benaknya ingin kembali membuka mata batinnya dengan cara sowan ke tempat Mbah Kyai tempatnya mondok dulu.

Hatinya tersentuh untuk membantu sosok perempuan yang kini tengah meneror kampung halaman suaminya itu.

Ia tahu betul,dan ia yakin ada sesuatu yang menyebabkan hantu perempuan itu berkeliaran.

Warsinah yang merasa terpanggil pun datang kerumah Tukiyo.

Bersamaan dengan Tukiyo yang keluar rumah untuk pergi berjaga ke pos ronda.

Berjaga,itulah alasan mereka.

Tapi yang sebenarnya bukanlah berjaga,melainkan ngobrol,ngopi,sambil main karambol.

Tukiyo berjalan keteras rumahnya,ia melihat sekelebat bayangan putih dari jalan menuju samping rumah.

Ia buru-buru mengayuh sepeda ontelnya menuju pos ronda,dengan berbekalkan senter yang sudah ia cas sampai penuh,dan sarung yang ia kalungkan di pundaknya.

Saking ngebutnya Tukiyo sampai hampir saja menabrak istrinya yang berada di bahu jalan samping rumah.

"Masya Alloh Bapak...."

"Magrib-magrib kog kaya gitu."

Ucap Istri Tukiyo sambil mengelus dadanya.

Saat Istri Tukiyo sampai di rumah,ia merasa ada sesuatu yang tak beres.

Dan.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!