8. 'mereka'

Satrio POV.

Saat ini Satrio sedang tidak enak badan karena kemarin malam, jendela kamarnya terbuka. Satrio jadi masuk angin dan tidak berangkat ke kantor dinas pemerintahan. Riko dan Dimas baru saja berangkat untuk bekerja. Keduanya memaksa ingin menemani dirinya dan ikut libur.

Satrio tentu merasa tidak enak hati jika salah satu di antara temannya harus libur bekerja demi dirinya. Mereka juga bilang akan bergantian dalam menemani Satrio. Akhirnya, setelah berbagai cara yang Satrio lakukan untuk menenangkan kedua temannya itu, akhirnya Riko dan Dimas menurut untuk tetap datang ke kantor.

Satrio merasakan pusing pada kepalanya. Perutnya juga merasa mual dan ingin muntah. Tapi setelah meminum jamu masuk angin, kondisi tubuh Satrio lebih baik daripada tadi pagi saat baru bangun tidur.

Tenggorokan Satrio tiba-tiba terasa kering. Dia mencoba melihat di atas nakas apa masih ada gelas berisi air putih, dan ternyata tidak ada. Itu berarti, Satrio harus beranjak dari kasur dan mengambilnya menuju dapur.

Saat dirinya akan meraih gelas di atas nakas itu, tiba-tiba gelas itu bergeser sendiri dan jatuh ke lantai hingga pecah berkeping-keping. Pecahannya terlihat sangat hancur. Satrio mengernyit heran, bukankah jarak gelas hingga lantai tidak terlalu tinggi? Lalu mengapa bisa sehancur itu? Batin Satrio bertanya-tanya.

Satrio memilih untuk tidak memikirkannya terlalu pusing. Dia segera keluar untuk mengambil botol minum dan sapu untuk menyapu pecahan gelas yang berada di kamarnya. Setelah sampai dapur, Satrio segera mengambil botol dan mengisinya dengan air putih hingga penuh.

Setelah itu, Satrio berjalan menuju ruang belakang tempat penyimpanan sapu dan serokannya. Setelah dapat Satrio langsung kembali masuk ke dalam kamarnya. Namun yang menjadikan Satrio bertambah aneh adalah, mengapa gelasnya sudah berada di atas nakas lagi dengan keadaan utuh. Padahal gelas tersebut baru saja pecah.

Jantung Satrio seketika berdetak tidak beraturan. Matanya menatap awas ke segala penjuru. Kemudian terdengar suara isak tangis perempuan di dalam kamarnya. Bulu kuduk Satrio langsung meremang. Matanya masih awas menatap sekeliling.

Namun tiba-tiba, ada yang menarik kakinya hingga tubuh Satrio jatuh ke lantai.

“Aw!” pekik Satrio kesakitan. Tidak berapa lama, Satrio merasa tubuhnya melayang di udara. Satrio langsung merasa ketakutan dengan kejadian yang sedang di alaminya.

“Siapa kamu? Jangan ganggu aku? Apa salahku?” ucap Satrio memohon untuk dilepaskan. Dia sudah sangat ketakutan hingga wajahnya yang pucat karena sakit harus bertambah pucat lagi karena mengalami kejadian di luar nalar.

Hahahaha!!

Hahahaha!!

Suara tawa yang entah milik siapa, terdengar nyaring di telinga Satrio. Satrio menangis sesenggukan. Tubuhnya belum juga diturunkan dari udara. “Tolong jangan lakukan ini, apa salah saya?” ucap Satrio lagi disela tangisnya.

Lalu tiba-tiba makhluk itu menjatuhkan tubuh Satrio ke lantai dengan sangat keras. Satrio sampai tergeletak tidak berdaya di atas lantai karena mengalami dua kali hantaman.

Satrio menutup matanya rapat-rapat karena merasa sangat ketakutan. Dia juga berharap ada seseorang yang akan membantunya. “Siapa saja, tolong aku!” teriak Satrio meminta bantuan barangkali ada orang lewat dan tidak sengaja mendengar teriakannya.

Sreeret!!

Tubuh Satrio lagi-lagi diseret dengan kasar oleh makhluk yang sama sekali tidak bisa Satrio lihat hingga tubuhnya menabrak sebuah meja kerja yang berada di dalam kamarnya. Barang-barang yang berada di atas meja, semua jatuh ke lantai dan hampir mengenai tubuh Satrio jika saja dia tidak menghindar. Satrio bisa mendengar lagi suara tawa jahat menggema di telinganya.

Satrio menangis sejadi-jadinya merasakan ketakutan dan kesakitan di sekujur tubuhnya. Dia ingin berteriak untuk meminta tolong lagi, namun tenaganya seakan sudah terkuras habis karena di banting ke sana ke mari.

Sreeret!!

Lagi-lagi tubuh Satrio di seret hingga berada di tengah-tengah ruangan, tepatnya di bawah lampu yang menyala menerangi ruangannya. Nafas Satrio tersengal-sengal, tubuhnya gemetaran menahan sakit dan takut bersamaan. Mata Satrio masih setia terpejam karena saking takutnya.

Satrio mencoba membuka matanya untuk menatap sekeliling kamarnya yang sudah kacau balau. Kondisi Satrio terlihat sangat menyedihkan dengan luka lebam di mana-mana.

Dia menangis ... Menangisi nasibnya yang tidak beruntung itu. Dia sangat menyesal menolak kedua temannya untuk menemani dirinya. Namun semua sudah terjadi dan akan Satrio jadikan pelajaran.

“Ayah ... Ibu ... Dimas ... Riko ... Tolong aku ....” lirih Satrio menyedihkan.

Satrio mencoba untuk menenangkan dirinya dengan menatap langit-langit kamarnya. Dia begitu menyesal karena tidak mendengarkan nasihat kedua orang tuanya yang sama sekali tidak mengizinkan dirinya untuk pindah tugas di kota itu.

Dirinya terlalu tergiur dengan bilangan rupiah yang cukup besar namun lupa akan nasib diri sendiri.

“Maafkan Satrio, Yah, Bu. Harusnya Satrio dengerin ibu sama ayah,” ucap Satrio bercucuran air mata. Dia begitu menyesal menerima tawaran gaji bulanan yang begitu besar. Jika tahu akan mengalami kejadian seperti ini, Satrio lebih memilih hidup dengan gaji sedikit namun nyawanya aman.

Saat sedang larut dengan kesedihan dan penyesalannya, tiba-tiba lampu yang tepat berada di atas kepalanya akan terjatuh dan,

PRANNNNNNK!!!!

*

"Kok aku tiba-tiba kepikiran Satrio ya, Rik?" ucap Dimas yang hatinya merasa tidak tenang.

"Aku juga seperti mendengar suara Satrio memanggil nama kita," sahut Riko menimpali.

Riko dan Dimas langsung saling pandang dengan wajah yang terlihat panik.

Tanpa menunggu lama, Riko dan Dimas segera berlari keluar dari kantor dinas untuk menuju rumah yang ditinggalinya.

Sebelum itu, Riko dan Dimas sudah meminta izin kepada atasannya untuk menjenguk Satrio yang sedang sakit di rumah. Beruntung, sang atasan mengizinkannya begitu saja. jadi keduanya tidak perlu membuang waktu terlalu banyak.

"Semoga Satrio baik-baik saja," ucap Dimas berdoa. Riko mengamini apa yang dikatakan Dimas karena dia juga berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada Satrio.

"Aku takut makhluk itu ganggu Satrio, Dim. Sejak kita menceritakan 'mereka' di teras depan, mereka juga mengamati kita yang sedang bercerita. Namun, ada satu yang lebih menonjol di antara mereka. Dan dia memiliki kekuatan yang sangat besar dibanding yang lainnya," ucap Riko menjelaskan panjang lebar sambil fokus ke depan karena sedang menyetir.

"Sosok yang kamu lihat di kamar mandi itu sudah tidak ada lagi dan berganti dengan sosok yang waktu malam itu ganggu kamu sama Satrio. pemiliknya sudah mengambilnya lagi dan mungkin saja menggantinya dengan yang itu,"

Ya, Dimas sudah menceritakan semua kejadian mistis yang menimpa dirinya kepada Riko dan Satrio. Dimas juga tidak menyangka, apabila kita menceritakan 'mereka', mereka juga akan datang seperti magnet yang saling tarik menarik dan akan mengawasi kita.

Ya ... walaupun Dimas tidak bisa melihatnya, tapi Dimas lumayan bisa merasakan kehadiran mereka. Rikolah yang memberitahu bahwa mereka yang sedang kami ceritakan juga hadir mengamati kita.

Terpopuler

Comments

Milady Adara

Milady Adara

buat pelajaran..kalau kita ga percaya sama sesuatu yg diceritakan orang,cukup diam jangan komentar

2023-12-01

1

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

semoga Satrio selamat ya 🤲🤲🤲

2023-09-19

0

Putri Minwa

Putri Minwa

siip thor mantap ceritanya

2022-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!