Pagi itu setelah menerima dekrit dari raja Altha telah menyiapkan segalanya, semua keperluan yang harus dibawah telah dibawahnya tanpa kurang satu pun dan menugaskan Yorgun untuk memimpin semua pasukan di perbatasan selama dirinya tak ada.
"Siapkan dirimu besok pagi kita akan langsung berangkat ke ibu kota untuk memenuhi panggilan raja." ucap Altha pada Riri saat mereka makan siang bersama.
"Hem baiklah." jawab Riri singkat karena malas berdebat dan dari awal Riri memang ogah kalau harus berurusan sama Altha.
"Anak - anak ku semuanya,,," teriak Riri ditengah barak setelah selesai makan siang, sehingga semua prajurit bisa mendengar suara Riri yang lantang.
"Anak? Siapa yang dimaksud oleh tuan putri Yourina ya?" kasak kusuk semua prajurit yang tak mengerti dengan apa yang diteriakkan oleh Riri, namun tidak dengan para prajurit terasingkan mereka langsung lari berkumpul dan meninggalkan latihan mereka begitu mendengar suara teriakan dari Riri karena Riri sering meneriaki mereka seperti itu setiap kali datang waktu makan atau pemeriksaan selama di barak pengasingan.
"Eh, mereka berkumpul. Jangan - jangan yang dimaksud dengan anak - anak oleh tuan putri Yourina adalah mereka semua." kasak kusuk para prajurit yang lainnya lagi setelah mereka melihat semua prajurit yang terasingkan dulu berkumpul dengan patuh.
"Dengarkan aku, raja memanggil aku dan besok pagi aku akan kembali ke ibu kota. Aku akan mengunjungi setiap rumah kalian satu persatu bersama dengan Yaris, jika ada pesan yang ingin kalian tinggalkan tolong berikan kepadaku." ucap Riri pada semuanya.
"Baik tuan putri kami akan menulisnya sekarang." ucap mereka serempak.
"Baiklah, kalian harus baik - baik dan jangan sampai ada yang terluka harus saling menjaga dan melindungi. Kalau ada yang terluka langsung cari aku jangan dibiarkan saja, semuanya mengerti?" ucap Riri dengan tegas dihadapan semua prajurit terasing.
"Kami mengerti tuan putri Youri." jawab serempak semuanya.
"Baiklah, sekarang siapkan apa yang ingin kalian titipkan." ucap Riri lagi dan membubarkan semuanya.
Sesuai dengan titah raja keesokan harinya Altha membawah Riri kembali lagi ke ibu kota, dan setelah berpamitan pada para prajurit yang dulu tinggal bersama beberapa bulan Riri pun pergi meninggalkan mereka semua hanya membawah Yaris, Jiyang dan Yodon bersamanya karena Yaris dari awal ingin mengikuti Riri, Jiyang mengajukan diri pada Altha untuk jadi pengawal Riri dan Yodon karena cidera di kakinya belum sembuh total jadi Riri berniat untuk membuat Yodon istirahat dan berkumpul dengan keluarganya.
"Kita berhenti di rumah makan untuk istirahat dan makan." ucap Altha pada pasukan yang mengawal kepergian Riri dan dirinya ke ibu kota.
Disaat Riri dan Altha masuk ke rumah makan dan makan Yodon meminta ijin untuk berkeliling pasar, karena Yodon ingin membelikan sesuatu pada Riri yang waktu itu tak bisa dibeli karena waktu mereka berdua keliling di pasar dulu tak memiliki uang sepeser pun.
"Tuan putri, ini untuk anda." Yodon menyodorkan sebuah hiasan giok pada Riri dihadapan Altha.
"Ini? Yodon ini adalah gelang dan gantungan giok yang waktu itu kan ya? Kamu masih ingat ya, aku akan pakai." Riri dengan riang memakai gelang giok ditangan kirinya dan menggantungkan gantungan giok pada ikat pinggangnya. " Apa kah bagus? Cara pakainya benar begini kan ya?" Riri merentangkan tangan untuk menunjukkan gantungan giok di pinggangnya.
"Iya benar, bagus tuan putri." jawab Jiyang dan Yaris bersamaan sementara Yodon hanya mengangguk dengan senyum malu - malu.
"Apa - apa'an mereka sebenarnya." gumam Altha dalam hati dengan kesal.
Setelah istirahat sekitar 30 menit mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka untuk ke ibu kota. Dan selama perjalanan Riri terus melihat keluar jendela kereta mengawasi seluruh jalan dan terlihat sangat menikmati pemandangan.
Setelah 3 hari menempuh perjalanan dengan kereta kuda akhirnya rombongan Riri memasuki gerbang ibu kota, hiruk pikuk orang - orang membuat Riri merasa terpukau dengan beragam pakaian adat jaman dulu yang mereka kenakan karena selama ini Riri mengenakan baju biasa saja dan selama tinggal di pengasingan dia malah mengenakan pakaian cowok.
"Tuan putri Yourina sudah tiba didepan gerbang ibu kota." teriak seorang warga yang sengaja menunggu kedatangan Riri setelah mendengar kalau Riri yang disebut sebagai tabib tangan ajaib dipanggil yang mulia raja memasuki ibu kota.
Setelah memasuki ibu kota banyak orang yang sudah menyambut kedatangan Riri atau putri Yourina sang tabib tangan ajaib, mereka semua berbondong - bondong membentuk barisan serta menaburkan bunga pada jalan yang dilewati oleh kereta yang ditumpangi oleh Riri.
"Hidup tuan putri Yourina,,,"
"Hidup tabib tangan ajaib,,,"
"Hidup putri Yourina sang tabib tangan ajaib,,,"
Semua warga berteriak memanggil nama putri Yourina yang dianggap sebagai pahlawan karena telah menyelamatkan semua prajurit yang telah diasingkan serta menaburkan kelopak bunga disepanjang jalan sampai depan gerbang istana.
"Kenapa mereka melakukan semua ini dan kenapa mereka sampai seperti ini?" Riri bertanya dengan bingung pada dirinya sendiri.
"Selamat datang pangeran pertama Altha, selamat datang tuan putri Yourina." sambut Baronso begitu kereta kuda yang ditumpangi oleh Riri sampai depan aula istana.
"Tuan Baron, saya boleh kan manggil nama anda hanya dengan tuan Baron?" tanya Riri sopan saat dibantu turun dari kereta kuda oleh Yaris.
"Tentu tuan putri, silakan ke arah sini." tuan Baronso menunjukkan jalan masuk ke aula yang di sana sudah ada yang mulia raja sedang menunggu dan beberapa pejabat serta pangeran kedua.
"Hormat kepada yang mulia raja semoga sehat dan panjang umur selalu." ucap Riri memberikan penghormatan pada sang raja.
"Hormat kepada Ayah handa." salam Altha pada raja yang merupakan ayahnya.
"Baik, baik. Bangun dan duduklah." ucap yang mulia raja dan Riri bangun duduk dikursi tengah yang sedikit jauh dari kursi Altha.
"Putri Yourina aku sudah dengar tentang kehebatan mu yang mampu mengobati semua prajurit yang telah terluka dan memiliki masa depan jadi seorang prajurit yang baru terlahir kembali, untuk itu aku akan memberikan mu hadiah." ucap yang mulia raja dengan bangga.
"Boleh minta apa saja yang mulia?" tanya Riri dengan riang.
"Iya mintalah apa saja." jawab yang mulia raja.
Riri berdiri dan berjalan kedepan aula lagi menghadap yang mulia raja, "Boleh minta 3 permintaan yang mulia?" tanya Riri dengan ragu - ragu.
Yang mulia raja tertawa terbahak. "Tentu katakan apa saja 3 permintaan itu." jawab raja setelah tertawa.
"Baik, yang pertama saya minta untuk bisa diijinkan keluar masuk istana dengan leluasa karena saya ingin bisa memaksimalkan membantu orang lain." ucap Riri tanpa ragu lagi.
"Dikabulkan." jawab raja langsung.
"Terima kasih yang mulia, yang kedua saya minta agar saya bisa memiliki tempat tinggal sendiri atau tempat privasi." ucap Riri lagi.
"Dikabulkan." jawab raja lagi.
"Yang ketiga ini sedikit pribadi yang mulia, saya minta agar pertunangan saya dan yang mulia pangeran Altha dibatalkan." ucap Riri lagi.
"Sembarangan.! Berani sekali kau?!" teriak Altha seketika berdiri dan berjalan ke sisi Riri.
Semua orang yang hadir saling berkasak kusuk membicarakan permintaan terakhir yang diajukan oleh Riri, dan yang mulia raja juga kaget dengan permintaan Riri. Sementara itu ada orang yang tersenyum mengejek Altha dari tempat duduknya.
"Begitu tidak kompetennya sampai tunangan sendiri mengajukan permohonan untuk pembatalan pertunangan." ledek pangeran kedua.
"Yang mulia raja tolong dipertimbangkan lagi permintaannya yang ketiga karena hamba tak ingin membatalkan pertunangan." ucap Altha memohon pada ayahnya dengan bahasa formal.
"Lapor yang mulia raja, ada tabib senior datang ingin bertemu dengan putri Yourina." ucap prajurit yang berjaga di depan pintu aula.
"Baik, suruh masuk. Putri Yourina masalah kamu dan Altha kita bahas nanti, sekarang kembalilah ketempat duduk kalian." ucap raja dan Altha langsung menarik tangan Riri untuk duduk satu meja dengan dirinya.
"Hormat saya kepada yang mulia raja, hormat saya kepada pangeran pertama, hormat saya kepada pangeran kedua." ucap tabib senior memberi hormat kepada raja dan para pangeran.
"Iya katakan ada apa. Ku dengar bahwa kamu mencari putri Yourina." tanya raja pada tabib senior.
"Benar yang mulia raja, saya dengar kalau putri Yourina adalah seorang tabib yang memiliki tangan ajaib dan bisa menyembuhkan segala penyakit. Ditempat saya ada 1 pasien yang sudah 3 hari ini saya obati namun lukanya tak kunjung sembuh dan setiap hari semakin demam, saya meminta pada putri Yourina untuk melihat dan memeriksa pasien saya ini." ucap tabib senior.
"Bagaimana menurut mu putri?" tanya raja pada Riri yang duduk disamping Altha.
"Kalau boleh saya tau pasiennya sedang menderita apa?" tanya Riri pada tabib senior.
"Dia mengalami luka sayatan dibagian perut dan juga lengannya akibat salah dalam latihan." jawab tabib senior.
"Baik aku akan melihatnya dulu kondisi pasiennya bagaimana, yang mulia raja kalau diijinkan saya ingin meminta ijin untuk bisa memeriksa pasien secara langsung sekarang juga." ucap Riri kepada tabib senior dan juga raja Gusang.
"Baik, diijinkan dan lakukan sesuai dengan dirimu." jawab raja Gusang dengan sangat tegas.
"Terima kasih yang mulia." ucap Riri dan dia beranjak bangkit dari tempat duduknya.
"Antar aku ke tempat pasien anda tabib senior." ucap Riri didedapan tabib senior.
...🍁🍁🍁...
Mereka berangkat ke tempat tabib senior, Riri memasuki ruangan dimana pasiennya sedang terbaring lemah dengan demam tinggi dan muka pucat. "Dia memiliki luka sama persis dengan luka Yaris waktu itu, hanya saja ini lebih ringan dan sepertinya demamnya karena gejala infeksi." Riri bergumam dalam hati setelah melihat dan memeriksa kondisi pasiennya.
"Baik, aku akan memulai menangani pasien ini tapi aku minta semuanya untuk keluar sekarang." ucap Riri dengan tegas pada semua orang.
"Maaf saya harus ada di sini karena dia adalah pasien saya dan saya gak mau kalau nanti yang mulia putri salah melakukan pengobatan." ucap tabib senior.
Riri berdiri menghadap tabib senior dan menatapnya dengan tajam, "jika anda menyerahkan dia kepadaku maka sekarang tanggung jawabnya ada pada saya dan penanganannya tergantung pada apa yang saya lakukan. Tapi jika anda masih meragukan cara saya maka saya akan pergi sekarang juga karena saya gak suka jika orang yang datang meminta tolong tapi tak mempercayai saya." jawab Riri dan melangkah mau keluar dari ruangan itu.
"Anda adalah seorang tabib dan juga orang terpandang tak bisakah anda berbuat baik kepada putra hamba tuan putri." ucap ibu dari pasien itu.
"Sudah ku bilang aku akan menanganinya tapi aku butuh privasi dan tolong keluar semuanya, permintaanku sangat mudah bukan." jawab Riri dengan nada keras pada semua orang yang ada di ruangan itu.
"Baik, ayo keluar semuanya." ucap Altha dan semuanya keluar.
"Tolong yang mulia pangeran juga keluar." ucap Riri tanpa melihat Altha.
"Yaris kau di sini bantu aku, Jiyang dan Yodon kalian berjaga didepan pintu dan jangan biarkan siapa pun melangkah masuk kedalam ruangan ini.
"Baik tuan putri." jawab ketiganya serempak.
Altha menatap Yourina dengan terkejud, karena pasalnya saat berhadapan dengan pasien Yourina seolah telah berubah jadi seperti orang asing. Begitu tegas dan juga sangat keras terlihat seolah dia adalah prajurit yang berada ditengah medan perang.
"Tuan putri kain anda." Yaris menyerahkan kantong kain pada Riri setelah semua orang keluar.
Riri mengambil kantong kain itu dan mengucapkan kalau dia membutuhkan semua alat dan juga obat - obatan untuk penanganan operasi ringan dan febris, dan dengan kedipan mata semua alat yang dibutuhkan oleh Riri tersedia dengan sangat lengkap mulai dari alat jahit dan semua obat - obatan.
Setelah Riri menangani masalah demam dan membersihkan luka yang mau dijahit Yaris menatap kagum pada Riri yang terlihat sangat cantik bagi Yaris saat Riri sedang fokus bekerja.
Infus telah dipasang, luka telah dibersihkan obat antibiotik juga telah diberikan kini Riri memasuki tahap penjahitan luka yang dimulai Riri dari luka dibagian perut yang terlihat lebih butuh penanganan cepat.
"Yaris cek suhunya apakah masih tinggi." ucap Riri pada Yaris tanpa melihat Yaris karena dia fokus menjahit.
"Berada diangka 36,5 tuan putri." jawab Yaris setelah melihat suhu tubuh pasien itu dengan sebuah alat yang disebut Termogram dan telah diajarkan oleh Riri cara pakainya.
"Bagus, pantau terus suhunya dan jangan lupa lihat cairan yang menggantung itu masih ada atau sudah habis." ucap Riri lagi.
"Baik tuan putri" jawab Yaris dan melayani Riri dengan mengambilkan apa saja yang dibutuhkan oleh Riri.
Sementara di luar kamar orang tua dari pasien itu merasa cemas begitu juga dengan tabib senior. Sementara Altha tenggelam dalam pikirannya mengenai Yourina yang terlihat asing bagi dirinya dari pada Yourina yang dulu, karena dia lihat selama didalam istananya Yourina yang dulu dengan sekarang terlihat berbeda walau orangnya sama. Yourina yang sekarang terlihat seperti orang lain.
Setelah selesai menjahit luka bagian perut Riri beralih pada luka di lengan pasien itu, dan Riri kembali lagi fokus setelah dia melihat infus dan juga keadaan pasien.
"Hem, panasnya sudah turun semoga dia akan baik - baik saja." ucap Riri lirih.
Riri telah membalut semua luka jahitannya dan mengecek lagi kondisi pasien, lalu melakukan pengecekan tanda - tanda vital dari orang itu semuanya, dan juga melihat kadar Hb karena orang itu terlihat pucat.
"Semua tak ada masalah, semoga semua baik - baik saja." gumam Riri lagi.
Setelah selesai semua Riri kembali menutup alat bekas pakainya dengan kantong kain lagi dan berkata untuk mengembalikan semua alat itu. Entah bagaimana cara kerjanya seolah itu adalah kantong Doraemon yang menuruti perintah dari Riri saja.
"Sudah selesai tuan putri?" tanya Yaris yang melihat Riri kelelahan.
"Iya, kita tunggu sampai dia sadar dulu baru kita panggil yang lainnya" jawab Riri duduk dan menutup matanya dengan bersandar dikursi.
"Ugh." suara pasien itu tersadar dan mulai bangun dari pengaruh obat - obatan yang Riri berikan.
"Anda sudah sadar tuan? Apa yang anda rasakan sekarang?" tanya Riri dengan ramah mendekati pasien itu.
"Anda siapa?" tanya pasien itu menatap Riri.
"Saya adalah Yourina yang baru saja mengobati luka anda." jawab Riri dengan tersenyum.
"Anda tabib tangan ajaib? Syukurlah saya bisa bertemu dengan anda yang mulia tuan putri Yourina, saya sangat ingin bertemu dan juga diobati oleh anda." jawab pasien itu menangis bahagia karena keinginannya untuk diobati oleh Riri terkabulkan.
"Baik, sekarang apa yang anda rasakan?" tanah Riri lagi.
"Tak ada tuan putri, hamba hanya merasa sedikit sakit dibagian perut dan juga lengan hamba saja." jawab pasien itu tersenyum.
Riri mengecek dan membuka lagi perban yang tadi dia pasang dan semua tak ada masalah, "Yaris berikan dia minum" perintah Riri dan Yaris langsung mengambilkan air untuk orang itu.
"Buka pintunya sekarang Yaris." ucap Riri dan Yaris langsung membuka pintu ruangan itu perlahan.
Semua orang terkejud melihat pasien tabib senior itu sudah duduk dengan wajah sumringah dan tak pucat lagi. Setengah hari, Riri hanya membutuhkan waktu setengah hari saja untuk melakukan pengobatan dan menangani orang itu.
"Putraku, kamu sudah sembuh" ibu dari pasien itu menerobos masuk dan memeluk putranya begitu juga dengan ayahnya.
"Jangan terlalu kuat memeluknya karena lukanya masih belum pulih seutuhnya dan dia masih butuh penanganan setidaknya 1 minggu untuk memastikan lukanya menutup sempurna." jawab Riri dan semua orang terdiam.
"Lihatlah, luka yang sudah ku obati ini tak boleh terkena air sama sekali dan dia juga harus diberikan makanan yang bergizi untuk pemulihan lebih cepat." ucap Riri menunjukkan luka yang telah dia jahit dengan rapi.
Tabib senior pun tak bisa mengelak selain dia mengakui kehebatan Riri setelah dia melihat sendiri kalau luka itu menutup dengan rapi dan juga pasiennya terlihat sangat baik serta sehat. Kulit wajah yang tadinya terlihat pucat sudah tak ada lagi dan orang itu sudah bisa berbicara dengan lancar.
"Dia benar - benar hebat, hanya dengan waktu setengah hari saja dia telah menutup luka - luka yang tadinya membuka lebar." gumam tabib senior dalam hati.
"Terima kasih tuan putri atas bantuannya dalam menolong putra kami, mulai sekarang kami sekeluarga akan mengabdikan diri kami kepada anda tuan putri." ucap ayah pasien itu dan memberikan hormat pada Riri dengan bersujud pada Riri semua keluarga pasien itu termasuk pasiennya sendiri.
"Tidak, tidak bangunlah. Nanti lukanya terbuka lagi, jangan banyak bergerak dulu nanti 4 hari lagi aku akan datang untuk melihat dan memeriksa lukanya lagi." ucap Riri memapah pasien itu berdiri.
"Tabib senior saya serahkan perawatannya pada anda. Sekarang saya mau pamit dulu." ucap Riri meninggalkan rumah tabib senior.
"Baik, tuan putri Yourina dan terima kasih atas bantuannya dalam merawat pasien saya. Anda sungguh hebat sesuai dengan rumornya. Saya sebagai tabib senior mengakui bahwa anda adalah master dalam dunia pengobatan." ucap tabib senior memberikan penghormatan pada Riri.
"Tidak, tidak jangan begini. Saya senang bisa membantu dan saya juga senang jika orang yang saya tangani bisa sehat kembali, saya juga masih harus belajar dari anda karena saya masih belum tau pengobatan tradisional dengan baik dan benar." ucap Riri dan menerima penghormatan dari tabib senior.
"Kalau begitu saya pamit dulu." ucap Riri dan pergi meninggalkan rumah tabib senior.
Didalam perjalanan Riri tiba - tiba pingsan karena kelelahan dan Altha memapahnya hingga sampai kedalam istananya dan mengistirahatkan Riri di kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
selalu seru
2022-12-15
1
Sulati Cus
😂😂😂😂😂
2022-10-04
1
Hasan
lanjutt
2022-10-03
1