Malam semakin larut suara - suara rintihan mulai terdengar semakin jelas sangat memilukan dan juga menyayat hati, Riri tak berani bergerak dari tempatnya. Riri meringkuk memegangi kedua lututnya menahan rasa takut dalam kegelapan.
"Tunggu, sebenarnya ini tempat apa? Kenapa di sini gelap sekali seperti kuburan, apa mereka mau menjadikan aku sebagi tumbal. Ini tempat persembahan ya. Di sini tercium bau darah dan juga bau busuk." Riri terus saja bergumam dengan tubuh yang bergetar hebat karena takut.
"Uuuhg."
"Aduuu, sakit."
"Ibu, sakit sekali."
"Issttt."
"Mereka semua kenapa ya, apa mereka dipotong bagian tubuhnya lalu dibiarkan begitu saja? Apa mereka ditancapkan disebuah besi?" Riri terus saja berimajinasi dan menutup kedua telinganya karena merasa kasian juga merinding dengan semua keluhan dari orang - orang itu.
"Aku lapar dan juga haus. Tidak, jangan - jangan ini diberi racun oleh mereka." Riri menahan rasa haus dan juga laparnya dan tak berani bergerak dari tempatnya hingga tak sadarkan diri.
"Ugh, sakit sekali. Loh sejak kapan aku tidur ya." Riri kembali duduk pada posisinya semula dan memegangi perutnya yang terasa sakit.
"Uuuhg."
"Aduuu, sakit."
"Ibu, sakit sekali."
"Iissttt, tolong berikan kematian padaku."
"Ini sakit sekali."
"Hiks, hiks."
Suara - suara keluhan rintihan dan juga tangisan mereka semakin terdengar menyayat hati bagi Riri, dan ada sedikit terenyuh hati Riri untuk bisa meringankan beban mereka. Dengan pelan Riri berjalan membuka tenda dan mengintip keluar melihat keadaan dan suasana diluar, karena waktu datang dikirim kemaren dalam keadaan malam hari dan tak bisa melihat apa pun.
Riri tercengang saat dia melihat suasana di luar tendanya sangat memilukan, dia berdiri mematung menyaksikan begitu banyaknya orang yang terluka dan tergeletak begitu saja. Dengan langkah kecil dan juga pelan Riri melangkah dan berjalan mendekati mereka yang terluka.
"Apa ini semua?" gumam Riri yang terlihat bingung menoleh kekanan dan kekiri melihat orang - orang yang terluka juga beberapa orang yang berjalan dengan tertatih membantu yang lain mengambilkan air.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Riri tanpa sadar meneteskan air mata dia menyesal tak bisa berbuat apa - apa.
"Mereka semua berusaha untuk bertahan dan berjuang ingin hidup dan sembuh." gumam Riri lagi yang berjalan semakin mendekat.
"Putri Youri, anda adalah putri Youri?" seseorang menyapa Riri dan terlihat sangat pucat.
"Si-siapa kamu?" Riri bertanya dan menatap orang itu.
"Hamba adalah Yaris." jawab pria itu yang terlihat sedang membawahkan air untuk orang lain dengan berjalan sambil memegangi perutnya.
"Mereka, boleh aku melihatnya?" tanya Riri dan Yaris mengangguk.
Riri berjalan melihat satu persatu orang yang sedang terluka dan membuka serta melihat luka mereka ada dibagian tubuh yang mana. "Kenapa mereka semua diletakkan di sini?" tanya Riri setelah tau kalau kebanyakan dari luka mereka adalah luka sayatan dan tebasan pedang.
"Karena mereka sudah tak bisa ditolong dan diselamatkan, dan tabib senior pun sudah tak sanggup untuk mengobati mereka. Luka - luka mereka tak bisa menutup walau sudah diberi taburan bubuk obat." jelas Yaris pada Riri.
"Apa? Ditaburi bubuk obat?!" Riri terkejud dan juga kesal. Karena jika luka terbuka diberikan benda asing masuk maka akan terjadi infeksi.
Riri merasakan rasa nyeri dan juga perih dalam hatinya, dia merasa miris pada semua orang - orang ini. Dalam hatinya dia tergugah untuk bisa menolong dan menyelamatkan mereka tapi tak ada peralatan yang memadai di sini seperti di dunianya.
Riri menyeka dan membersihkan luka - luka mereka satu persatu, dia berusaha dengan keras untuk menghilangkan benda - benda asing yang masuk kedalam luka itu dan membalutnya dengan kain dari bajunya yang dia robek - robek berharap kalau itu akan sedikit membantu meringankan rasa sakit mereka.
Seharian Riri berusaha membersihkan luka dari semua orang dan juga memberikan selimut mereka yang terjatuh, dengan lembut Riri merawat orang - orang itu.
"Putri, terima kasih atas bantuan anda." ucap seorang prajurit yang dibantu Riri, dan lukanya sudah terinfeksi parah.
"Aku tak bisa melakukan banyak, andai saja kalian semua ada di duniaku, aku pasti akan menyelamatkan kalian. Tapi di sini kemampuanku tak bisa ku gunakan." Riri menangis dengan menggenggam erat bajunya.
"Tak apa putri, semoga saja apa yang putri harapkan bisa terkabulkan suatu hari nanti." ucap orang itu lagi dengan senyum pucat dari bibirnya.
"Benar, kami akan selalu berdoa untuk putri." jawab mereka semua serempak.
"Hihihi,,, aku tak menyangka kalau putri yang dirumorkan sangat sombong ternyata sangat baik dan hangat bagiku." ucap prajurit itu dan dia menutup matanya untuk selamanya.
"Tidak...! Jangan tidur cepat bangun, aku bilang bangun.!!" Riri mengguncang tubuh orang itu sekuat tenaga namun orang itu sudah tak bangun lagi.
"Tidaaaaaak.!!" Riri terduduk dan menangis sejadi jadinya, semua prajurit yang melihat itu mereka juga ikut menangis.
"Putri." gumam mereka semuanya melihat Riri yang menjerit dan meratap disamping rekan mereka yang telah meninggal.
Hari pun semakin larut dan malam telah tiba, Riri duduk termenung seorang diri ditempat yang sedikit tinggi karena dia naik ke bukit yang ada disekitar tempat itu. Dan tempat itu tak lagi gelap gulita karena kemampuan Riri membuat api unggun yang dipelajari di istana pangeran dia terapkan ditempat itu malam ini.
Riri melihat jauh ke langit menatap bulan yang bersinar dengan sangat terang malam ini, Riri menghayalkan dirinya berada di dunianya dan menolong semua orang yang sedang terluka ini.
"Andai saja aku punya kantong Doraemon, aku akan mengambil semua peralatan jahit dari rumah sakit ku dan akan ku lakukan penjahitan pada luka mereka agar tak ada lagi yang lukanya terinfeksi dan meninggal." gumam Riri sambil menatap jauh ke arah bulan dilangit.
Tring
"Eh apa ini? Apa tadi yang memukul batu dan sejak kapan ada kantong ini?" Riri kaget karena tiba - tiba saja ada sebuah Katong kain kecil dan seperti ada benda keras didalamnya.
"Aaaarhg.!" teriak dari seseorang yang ada ditempat mereka yang sakit.
"Apa yang terjadi?!" Riri bangun dan menatap kebawah tempat orang - orang sakit itu.
Tanpa berfikir panjang Riri langsung lari turun dengan membawah kantong kain itu, terlihat wajah mereka semua suram dan sedih. Riri berjalan mendekati orang yang berdiri didepan tenda dengan tertunduk.
"Apa yang terjadi? Katakan apa yang terjadi?!" Riri berteriak dengan keras pada dua orang itu.
"Yaris,,, dia,,, dia sepertinya sedang,,," ucap prajurit itu terbata.
"Minggir." Riri menyingkirkan mereka, namun mereka menghadang Riri.
"Putri jangan." mereka menahan Riri karena mereka gak mau melihat Riri histeris lagi melihat kematian Yaris seperti yang terjadi tadi siang.
"Menyingkir lah atau ku patahkan kaki kalian!!" ucap Riri dengan tegas dan dua prajurit itu pun membiarkan Riri masuk kedalam tenda Yaris.
"Yaris,, Yaris katakan dimana yang sakit? Kenapa kamu tak bilang kalau kamu juga terluka. Yaris katakan." Riri mengguncang tubuh Yaris saat dia memasuki tenda Yaris dan mendapati Yaris tertidur dengan mengerang kesakitan.
Riri meraba semua bagian tubuh Yaris dan saat dibagian perut tiba - tiba Yaris menjerit keras. Dengan cepat Riri merobek baju Yaris dan menampakkan luka yang menganga lebar dibagian kiri perut Yaris.
"Apa?!" Riri terjatuh melihat luka yang begitu besar, Riri menelan salifanya merasakan betapa sakit luka itu.
"Sial. Siaaaall.!" teriak Riri memukul - mukulkan tangannya di tanah.
"Yaris,,," Riri mendekati Yaris dengan menangis dan menyentuh tubuh Yaris yang panas tinggi.
"Andaikan, andaikan saja aku punya semua peralatan untuk melakukan operasi kecil dan juga cairan infus sama obat - obatan medis, aku akan bisa menolong mu, Yaris maafkan aku" Riri tertunduk disamping Yaris yang kesakitan sambil menangis.
Tring
"Ini,,," kantong yang tadi Riri bawah dan belum sempat dilihat isinya terjatuh dan menimbulkan bunyi nyaring lagi.
Riri mengambil kantong itu dan melihat isi didalamnya, mata Riri terbelalak lebar saat dia tau kalau semua yang dia katakan tadi ada didalam kantong itu semuanya. Seolah sebuah keajaiban semua yang Riri butuhkan ada didalam kantong itu. Tanpa berpikir panjang Riri mengeluarkan semua isinya dan memulai proses perawatan serta penanganan pada Yaris, Riri berharap dia setidaknya bisa berusaha untuk menolong satu nyawa lagi agar menghilang didepan matanya lagi seperti tadi siang.
"Aaaaargh.!" jeritan Yaris saat Riri membersihkan lukanya sebelum dia melakukan penjahitan.
Semua orang yang ada diluar terdiam membisu, tak ada yang berani beranjak dari tempat meraka semua. Mereka hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti, karena mereka sudah tidak lagi dibutuhkan dan dipergunakan di medan perang.
"Tahanlah Yaris, aku akan berusaha untuk membantumu. Semoga ini berhasil." ucap Riri setelah memasang infus ditangan Yaris dan memberikan anastesi lalu melakukan penjahitan. Riri melakukan sebisanya dengan pengetahuan dan kemampuannya.
"Bagaimana dengan Yaris dan putri?" tanya seorang prajurit.
"Entahlah, apa mungkin Yaris sudah tiada dan putri jatuh pingsan." jawab rekannya yang duduk diam menatap tenda Yaris.
"Ugh. Putri." ucap Yaris saat dia membuka matanya dan demamnya juga sudah turun.
"Yaris,,, Yaris, bagaimana. Apa ada yang sakit? Katakan apakah masih ada yang kau rasa sakit?" tanya Riri dengan panik menatap Yaris dan meraba tubuh Yaris.
"Hahaha, tidak ada yang sakit. Malahan sepertinya tidak terjadi apa - apa padaku, tidak sesakit biasanya hanya ada sedikit nyeri saja." jawab Yaris tertawa karena dia tau bagaimana semalam Yourina merawat dirinya.
"Benarkah? Syukurlah, syukurlah Yaris.!" Riri teriak girang dan memeluk Yaris.
"Eh, pu-putri." wajah Yaris memerah karena mendapatkan pelukan erat dari Riri atau Yourina.
"Apa yang terjadi? Putri berteriak apa Yaris sudah meninggal?" prajurit itu bangun dan melangkah masuk kedalam tenda Yaris.
"Ji." panggil Yaris dengan tersenyum.
"Yaris,,," Ji berdiri terpaku melihat Yaris selamat dan juga tersenyum cerah.
"Hehehe,,," Riri juga tersenyum dengan sangat senang.
Prajurit itu menangis melihat apa yang dia saksikan didalam tenda Yaris. Dia menyeka air matanya dan berlari keluar tenda dengan berteriak, "Putri menyelamatkan Yaris. Yaris selamat.!" teriak Ji keluar tenda Yaris sambil berteriak girang. Mendengar itu semua orang terkejud dan merasa legah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
wuihhh keren author kuh
2022-12-15
1
Hasan
lanjut baca yah meski sepertinya msh ada yg kurang gitu🤔
2022-10-03
3