Bab 17. Wawan ngamuk

Bel pulang sekolah berbunyi, tapi aku belum menyelesaikan menulis catatan yang di papan tulis.

"Kira, udah belum? Ayo kita pulang!" Sonia sudah mengajakku pulang.

"Lo, duluan aja deh. Gue masih belum beres."

"Lagian lo nulis lelet banget, sih!"

"Dih, protes. Gue nggak bisa cepat-cepat, nanti berantakan malah nggak bisa dibaca."

"Nanti, tinggal di rumah aja beresin."

"Gue, nggak mau dua kali kerja cape."

"Iya, tapi ...."

"Protes lagi, gue sumpel mulut lo. Kaya lo nggak pernah nyalin catatan gue aja, pake alasan nggak kebaca lah tulisannya. Ada, orang nggak bisa baca tulisannya sendiri?"

"Ada, gue!" Dih, nggak bisa baca bangga. Aku meneruskan menulis.

"Ra, aku duluan ya, kamu nggak apa-apa kan aku tinggal? Nyokap udah chat gue lagi nih, nyuruh gue pulang cepat."

"Gue nggak apa-apa, duluan aja. Hati-hati di jalan," ucapku tanpa melihat ke arah Sonia.

"Oke, bye." Sonia akhirnya pergi juga. Aku terus menulis, sedikit lagi selesai.

Beberapa saat kemudian, akhirnya tulisanku selesai juga. Pegal sekali tangan ini rasanya. Mataku melihat ke sekeliling kelas, ternyata kelas ini sudah tidak ada siapa pun, hanya aku seorang. Ih ... seram juga.

Aku segera membereskan buku-buku dan peralatan tulis ke dalam tas. Setelah itu beranjak pergi meninggalkan kelas.

Brak

"Astagfirullah." Aku sangat terkejut, pintu yang semula terbuka lebar tiba-tiba tertutup dengan kencang. Apakah tertiup angin?

Aku segera berlari ke pintu, lalu mencoba membukanya. Susah sekali. Pintu tidak mau terbuka, bagaimana ini?

"Tolong! Ada orang nggak di luar? Tolong bukain pintu!" Aku teriak sambil memukul pintu.

Aku terus teriak minta tolong dan memukul pintu sampai tanganku merah. Tidak ada yang datang menolong. Aku, ingat! Kenapa, nggak telepon aja? Bodoh sekali diriku ini.

Aku mengambil ponsel di dalam tas. Waduh, daya nya sedikit lagi tinggal 5% aja. ini, sih nggak bisa buat nelepon. Aku chat siapa, ya. Ah iya, chat Papah aja.

Aku kemudian mengirim pesan pada papah, untuk menjemputku sekarang, aku terkunci di kelas dan tidak bisa keluar. Semoga papah, segera membaca pesanku.

"Sakira."

"Hah." Aku terkejut sampai menahan nafas dan menjatuhkan ponselku. Seseorang berbisik tepat di telingaku.

"Siapa kamu?" tanyaku pada ruang hampa. Tak ada seorang pun di sini.

"Jangan ganggu aku!"

"Sakira," bisiknya lagi di telingaku. Aku melihat ke belakang dan menjauh dari pintu. Di mana dia?

"Pergi! Jangan ganggu aku!" Aku waspada melihat ke belakang, kiri dan kanan.

Brak

"Aaa!" reflek aku berteriak karena bangku yang berasa di dekatku tiba-tiba terjatuh.

Ya Allah harusnya tadi aku pulang bareng Sonia. Baru kali ini aku menyesal tidak mengikuti apa kata Sonia.

"Sakira."

Oh, Tuhan jangan lagi. Aku tutup kedua telinga dengan tanganku, seraya memejamkan mata.

Sret

Brak

"Aaa ... Allahuakbar!" Aku teriak sekencang mungkin, karena mendengar suara benda jatuh, tidak berani membuka mata dan tetap menutup telinga.

"Bismillahirahmanirrahim ...." Aku lanjut membaca surah Alfatihah.

"Buka matamu," bisikan itu lagi.

"Tidak mau!" Aku menggeleng.

Gubrak

Suara benda terjatuh semakin kencang. Aku tetap lanjut membaca Alfatihah, hingga surah Alfatihah selesai. Suasana tiba-tiba hening. Apakah setannya sudah pergi? Dia mungkin kepanasan karena ayat suci Alquran.

Aku memberanikan diri membuka mata, terlihat ruangan yang sudah berantakan, bangku dan meja yang tidak beraturan letak dan posisinya. Bahkan ada beberapa bangku yang patah.

Aku langsung berlari ke pintu, berusaha untuk membukanya sekuat tenaga.

Brak

"Astagfirullah!"

Aku berbalik badan dan terlihat Wawan di sana, matanya merah, kulitnya sangat pucat. Dia menyeringai. Kenapa Wawan terlihat berbeda?

"Wa ... wan." Aku bergumam pelan.

Aku menahan nafas dan tidak dapat bergerak. Entah bagaimana caranya, Wawan tiba-tiba saja dalam sekejap ada di depanku.

Mata kami bertemu, aku bersandar pada pintu dan menengok ke kanan agar tidak melihatnya.

"Aku tidak suka, kau dengannya!" bisiknya.

Aku tidak mengerti maksud Wawan, dan aku tidak bisa berpikir dalam keadaan ketakutan seperti ini. Aku hanya ingin pulang.

...----------------...

Terdengar suara benda jer

Terpopuler

Comments

Asri

Asri

Makanya cepat balik ke tubuh mu wan,biar kamu bisa jagain sakira dari murid baru itu,aku setuju sakira sama kamu....

2022-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!