Bab 9. Tangan Hijau

Aku tidur dengan Adikku Tiara, aku tidak berani lagi menginjakkan kaki di kamarku. Semalam pun aku tidak bisa tidur, siapa yang bisa tidur setelah mengalami kejadian menakutkan itu. Bayangan kejadian itu membuat aku menjadi paranoid.

Setiap memejamkan mata aku merasa melihat makhluk menyeramkam itu. Sorot matanya yang merah menyala. darah di sekitar mulutnya dan bau anyir masih ku ingat sangat jelas.

Aku bingung, kenapa pocong itu menerorku. Aku yakin ada sesuatu yang menyebabkan ini semua. Dari bayi aku tinggal di sini, sampai aku SMA tidak pernah mengalami hal seperti ini tiba-tiba ada pocong meneror.

Kalau memang rumah ini angker kenapa tidak dari dulu, dan baru sekarang dia muncul. Aku harus bertemu dengan Santi.

Lama aku berkutat dengan pikiranku, tidak terasa aku jadi mengantuk. Aku membaca doa dan mataku mulai terpejam. Antara sadar dan tidak, aku mendengar suara Wawan. "Maafkan aku Rara, tidak bisa menolongmu." Hanya Wawan yang kadang memanggilnya Rara.

***

"Sakira! Bangun," Sayup aku dengar suara Mamah, tetapi mataku terasa lengket. "Aku masih ngantuk Mah," gumamku pelan.

"Tapi kamu harus sekolah! Tadi, kamu sholat subuh nggak?"

"Sholat Mah." Aku menjawab dengan mata terpejam.

"Sakira, atau kamu mau Mamah ijinkan ke sekolah agar kamu bisa beristirahat."

"Tidak Mamah, aku akan sekolah."

"Kalau begitu cepat, sudah jam setengah tujuh."

"Iya," Aku lalu bangun dan membuka mata. Aku berjalan ke kamar mandi dan mandi dengan cepat. Tidak sampai sepuluh menit, aku sudah selesai.

Aku lupa, seragamku masih di kamar, akhirnya untuk sementara aku memakai baju Tiara. Lantas lari ke kamarku, mengambil pakaian dengan cepat dan juga semua keperluan sekolah. Aku segera kembali ke kamar Tiara dan memakai seragam.

***

"Tiara sudah berangkat, kamu diantar sama supir aja." Mamah menemaniku sarapan di meja makan.

"Iya, Mah." Lebih baik aku diantar supir, karena waktu sudah mepet. Selesai makan, aku segera berangkat.

Kepalaku terasa pusing karena kurang tidur, lumayanlah aku bisa tidur di mobil walau cuma sebentar. Mobil sudah sampai di depan gerbang, aku lalu keluar dan gerbang tertutup rapat artinya aku terlambat jam pelajaran sudah dimulai.

Aku memohon pada satpam untuk di bukakan gerbangnya. Pak satpam malah memanggil guru piket. Jadilah aku boleh masuk tapi harus melaksanakan hukuman.

Tidak masalah yang penting aku bisa bertemu dengan Santi. Itulah tujuan utamaku ke sekolah, untuk bertemu Santi membahas masalah orang pintar yang bisa membantuku lepas dari teror pocong.

Hukumanku adalah membersihkan toilet, untunglah tidak semua toilet. Hanya toilet di lantai satu. Sialnya toilet itu jarang di gunakan jadi jarang di bersihkan. Tempat itu juga angker, di samping toilet ada pohon besar aku tidak tahu pohon apa namanya. Karena terlihat angker mereka lebih memilih toilet di lantai lain.

Sekarang aku di hukum membersihkan toilet itu, sendirian pula, indah sekali pagiku.

Aku pergk ke toilet. Bismillah, aku berdoa semoga kali ini aku tidak bertemu hal-hal aneh. Aku buka pintu dan masuk le dalam toilet.

Sepi, kesan pertama begitu masuk. Ya iyalah sepi emamgnya pasar ramai. Aduh aku jadi ngelantur. Di dalam sini terdapat empat kamar mandi, lalu ada beberapa wastafel dan cermin besar.

Aku mengambil peralatan tempur yang di simpan di salah satu sudut kamar mandi. Agar tidak terlalu sepi yang bikin suasana seram, aku menyalakan musik dari ponsel lalu pasang headset.

Walaupun sebenarnya di larang menyetel musik di kamar mandi, namun kali ini situasi darurat. Setelah headset terpasang, suara musik mengalun terdengar. Aku mulai bekerja. ponsel ku simpan dalam kantong jaket yang ada seletingnya.

Ku buka pintu kamar mandi paling ujung, iuh ... kotor sekali. Aku sikat kamar mandinya, sambil kadang menggumamkan lagu yang ku dengar.

Set

Aku langsung melihat ke luar, karena aku merasa sesuatu berkelibat lewat di depan pintu. Namun tidak apa-apa, mungkin hanya perasaanku saja. Ya Allah jangan lagi ada hal yang menakutkan.

Aku melanjutkan membersihkan toilet agar cepat selesai. Aku menyalakan keran air, mengisi ember untuk menyiram.

Setalah meyikat lantai aku tinggal menyiram. Aku ambil gayung dalam ember, tapi tunggu, airnya mana? Aku tadi 'kan sudah menyalakan air tapi kok kosong.

Aku nyalakan air kembali, tuh airnya keluar. Terus kenapa embernya kosong. Apa aku lupa menyalakan keran.

Tak ingin ambil pusing, aku menunggu air penuh lalu menyiram kamar mandi. Satu kamar mandi sudah bersih masih ada tiga lagi.

Tiba-tiba ku rasakan dingin di belakangku. Aku menengok kebelakang tidak apa-apa.

Aku kembali melangkah, namun langkahku terhenti karena aku merasakan sesuatu di bahuku, aku tidak berani melihatnya. Aku pegang apa yang ada di bahuku. Kenapa bentuknya seperti tangan? Karena penasaran perlahan aku melirik ke bahu kananku.

"Aaaa!" Aku berlari ke luar. Itu adalah tangan, sungguh itu tangan aku tidak bohong. Warna tangannya bukan putih atau hitam tetapi hijau gelap, kukunya panjang dan ujungnya lancip, kulitnya pun kasar.

Ya Allah apalagi ini, lututku langsung lemas. Jantungku serasa mau copot. Mana tasku di dalam lagi. Aku takut masuk ke dalam.

"Sakira! lo ngapain di sini?"

"Santi! Syukurlah ada lo, anterin gue ke dalam, ya. Ambil tas gue."

"Ayo." Alhamdulillah ada Santi yang menemaniku mengambil tas.

Aku lupa sekarang adalah jam pelajaran Kimia, jadi mereka pergi ke lab.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Asri

Asri

dag dig dug aku 😳

2022-06-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!