Saat ini aku sudah sampai di sekolah. Kami berpisah di lorong dia di lantai dua, aku di lantai empat. Setiap lantai pun ada kantin tetapi kantin yang lengkap dan besar ada di bawah.
Ruang ekskul dan lab semua di bawah, Ruang Guru dan staf semua juga di lantai satu.
Aku langsung masuk ke kelas dan duduk di bangkuku. Sonia sepertinya belum datang karena bangkunya masih kosong.
Teman-teman yang lain sedang di luar. Kelas ini akan kosong jika bel masuk belum berbunyi hanya aku sendiri. Rasanya malas keluar, lebih baik aku bermain ponsel.
Tiba-tiba aku merasakan sensasi dingin di sekitar tengkuk. Aku melihat ke belakang tidak ada apa-apa. Aku kembali bermain ponsel.
Set ...
Aku merasa melihat sesuatu lewat.
Blak ...
Pintu tiba-tiba tertutup dengan kencang. Menimbulkan suara yang keras. Aku tercekat tak dapat bicara apa pun.
“Siapa sih yang iseng menutup pintu. Ayolah ini masih pagi, bercandanya nggak lucu tahu!” teriakku.
Namun, tak ada respon apa pun. Apakah memang tak ada orang? Lalu siapa tadi yang menutup pintu?
Aku bangun dan melangkah ke pintu. Sumpah kalau emang itu temanku, aku akan jenggut rambutnya.
Brak ...
Belum sampai ke pintu tiba-tiba terdengar suara sesuatu terjatuh. Aku melihat ke belakang, dan bangku yang kududuki tadi terjatuh, jaraknya dua meja dari tempatku.
Bagaimana bisa? Itu berarti di lempar bukan terjatuh.
Ya Allah pagi-pagi udah ketemu yang ginian. Mamah aku mau pulang.
Aku segera berlari ke pintu, dan berusaha membukanya. Aduh susah banget, apakah pintu ini terkunci?
“Tolong, buka pintunya dong. Hey guys siapa di luar tolong bukain pintu dong!”
Aku berteriak minta tolong dan menggendor pintu agar dibukakan. Ya Allah masih pagi udah bikin jantung berdetak cepat, nafasku seperti orang habis lari. Aku melihat ke belakang.
Sreet ...
Meja depan bergeser, aku berteriak kencang. Kemudian aku merapat ke pojok dinding.
Tiba-tiba semua meja dan bangku bergerak tidak beraturan. Aku berteriak histeris dan kembali berlari ke pintu. Ya Allah tolong aku.
Aku berusaha tenang agar dapat mengingat ayat surat yang ingin ku baca. Aku menutup mata dan membacanya. Sambil terus menggedor pintu. Aku rasakan seseorang menepuk-nepuk punggungku.
Aku membuka mata, dan terlihat Sonia sedang menatapku.
“Lo kenapa tidur sampai keringatan gitu? Mimpi dikejar setan lo! , bel masuk udah bunyi, bangun!"
Aku lalu melihat sekeliling ku. Semua meja dan bangku masih tersusun rapi. Teman-temanku Juga sudah duduk di tempatnya masing-masing.
Aku juga sedang duduk di tempatku bukan berdiri di depan pintu. Apa ini artinya aku bermimpi? Lagi? Aku merasakan lelah dan jantungku masih berdetak cepat.
“Nia, aku mimpi setan. Serem banget. Coba pegang.” Aku letakkan tangan Sonia di atas jantungku yang berdetak capat.
“Jantung lo kaya orang habis lari.”
“Iya, berdebar kencang. Takutnya juga nyata seperti bukan mimpi.”
“Lo ketiduran kali, habis main game, makanya kalau mau tidur baca doa dulu!”
“Namanya juga ketiduran, berarti gak sengaja tidurnya. Mana inget baca doa! Dodol.”
“Bersiap!” Suara ketua kelas terdengar kencang, guru telah masuk.
***
Aku tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik, konsentrasiku buyar. Bayangan mimpi itu masih menghantuiku. Duh, mana rasanya mau pipis. Gimana nih? aku takut ke kamar mandi.
“Sonia, anterin yuk ke kamar mandi. Aku kebelet nih,” bisikku pada Sonia.
“Biasanya juga sendiri.”
“Ah Sonia anterin yuk, gue takut. Tadi gue mimpi horor, jadi takut pipis sendiri.” Semoga Sonia mau, aku sudah tidak kuat.
“Ayo deh, tapi tar traktir ya!”
“Nggak ikhlas banget lo anterin gue. Biasanya juga gue traktir.”
“Gue ikhlas banget kok Ra, ya udah cepet, lo yang ijin sama guru.” Nyengir aja lo Nia, temen gue emang rada-rada matre.
Gue berdiri dan berjalan ke meja guru. “Aduh!” aku tersandung. Hampir saja aku terjerembab ke lantai.
Aku melihat teman di sampingku. Wajahnya malah kelihatan bingung.
“Ada apa Sakira?” Bu Guru bertanya padaku.
“Tidak apa-apa Bu, Bu maaf saya mau ijin ke toilet sana Sonia, udah kebelet Bu.”
"Berdua?” tanya bu Guru.
“Iya, Bu. Saya juga kebelet. Kita ‘kan bestie Bu, satu kebelet yang lainnya juga sama kebelet.” Ada-ada saja celetukan Sonia.
“ya udah. Silahkan tapi jangan lama-lama!”
“Baik, Bu. Terima kasih.”
Aku dan Sonia bergegas pergi ke kamar mandi. Suara sepatuku yang berlari menggema di lorong. Aku sudah benar-benar tidak tahan. Sonia justru berjalan dengan santai.
Sudahlah biarkan saja dia, yang penting jangan sampai aku ngompol di sini.
Aku langsung masuk toilet, kemudian aku masuk ke dalam salah satu kamar mandi. Ah ... lega rasanya. Setelah selesai, saat aku sedang membetulkan kembali pakaian dalamku.
Aku mendengar suara air dari kamar mandi sebelahku. Mungkin itu Sonia. Setelah rapi aku bergegas keluar.
Aku kemudian mencuci tangan di wastafel. Suara air masih terdengar bahkan airnya sampai luber, meluap keluarckamar mandi. Sonia sedang apa? Sampai tidak mematikan air.
Aku ketuk pintu. “Nia! Airnya kalau sudah penuh matikan!”
Tidak ada jawaban. Suara air mengalir masih terdengar. “Nia!” Aku panggil dia.
“Apa? Udah belum pipisnya? Lama banget!” Sonia tiba-tiba datang dari luar.
“Loh, lo bukannya di dalam?” tanyaku sambil menunjuk pintu kamar mandi tadi yang masih terdengar suara air.
“Aku dari tadi nunggu di luar.” Jawab Sonia membuatku terkejut. Lalu siapa tadi yang di dalam dan menyalakan air.
“Terus siapa yang di dalam? Airnya juga nyala.”
“Mungkin anak-anak lupa matiin.”
“Tapi sebelum gue masuk gak ada suara air. Pas gue di dalam baru ada suara air. Apa ada yang masuk setelah gue?” tanyaku.
“Nggak ada.” Jawab Sonia yakin. Sepertinya dia memang jujur.
“Sebentar aku matiin air dulu.” ucapku pada Sonia. Kita harus hemat air. Aku ketuk pintu sekali lagi untuk memastikan ada orang atau tidak?
Tidak ada jawaban berarti mungkin kosong. Aku coba membukanya dan ternyata tidak terkunci. Tapi tadi terkunci sungguh.
Aku matikan keran, lalu pintu tertutup sendiri. Aku berusaha membukanya tapi tidak bisa. Tiba-tiba aku merasakan aura dingin di sekitarku.
“Sonia! Tolong, buka pintu! Sonia!” Aku minta tolong pada Sonia sambil menggedor pintu.
Wangi kemenyan menyeruak, bercampur melati. Oh, tidak! Jangan lagi, ku mohon! Aku sudah lelah mengalami hal buruk sejak semalam. Apa ini, mimpi lagi?
Sekarang aku tidak bisa membedakan mana mimpi dan mana yang nyata.
“Ra! Kayanya pintu nya rusak, kekunci sendiri. Sebentar ya gue panggilan satpam dulu!” teriak Sonia padaku, lalu terdengar suara sepatu berlari. Sonia mungkin sedang pergi mencari satpam.
Ya Allah, aku sendirian di sini. Meskipun siang hari, toilet adalah tempat yang menakutkan kalau sendirian.
Wangi menyan semakin tajam, Aku membaca doa dalam hati. Suara air mengalir terdengar kembali. Aku membalikkan badan untuk melihat keran itu. Benar saja kerannya kembali terbuka.
Namun, siapa yang membukanya. Bulu romaku merinding.
Ceklek
Pintu terbuka. “Kira! Lo nggak apa-apa? Kok bisa kekunci sih?” Sonia langsung menarik ku keluar.
“Makasih Pak. Tolong di benerin ya Pak, biar gak ada yang ke kunci lagi,” ucap Sonia pada Pak satpam, aku sendiri tidak bisa berkata apa-apa.
Dia kemudian, menarik tanganku keluar. Saat aku melewati cermin aku melihat sebentar ke arah cermin dan sesuatu yang mengejutkan terlihat. Sosok itu berdiri di depan pintu kamar mandi yang sedang di betul kan pak satpam.
Sosok yang menyeramkan dan tak pernah ingin aku lihat itu, menatap ke arahku. Namun, ketika aku lihat langsung ke arah pintu kamar mandi sosok itu tidak ada. Ku pikir saat ini adalah nyata bukan mimpi.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Lisa Z
tuh si poci ngikut kemana - mana, serem
2022-07-23
1
🕊️⃟🍁❥•
malah pergi sonia nya, et dah gak tau apa jantung udah kek habis lari jarak jauh
2022-06-14
1
🕊️⃟🍁❥•
dah lah tu terjebak, sudah dibilang pergi eh malah masuk. kenapa gak Sonia nya yang suruh matikan sih
2022-06-14
1