Aku dan Sonia kemudian masuk kelas.
Tok ... tok ...
"Masuk!" Sonia membuka pintu. setelah mendengar jawaban guru dari dalam.
"Kenapa kalian lama sekali?" Aduh gara-gara pocong tadi aku jadi dimarahi guru.
"Maaf, Bu. Tadi Sakira terkunci di kamar mandi. Terus saya minta tolong satpam buat bukain. Kalau ibu gak percaya boleh tanya Satpam, Bu."
"Ya, sudah kalian boleh duduk dan langsung catat materi di papan tulis."
"Siap Bu, terima kasih." Kami pun duduk di bangku kami.
Saat melewati bangku Santi aku melihat dia yang menunduk seperti orang ketakutan. Ada apa dengan Santi? Aku terus melewatinya dan duduk di tempatku.
Semoga aku bisa tenang belajar dan berkonsentrasi tanpa gangguan apapun. Aku mulai menulis materi di papan tulis. Sesekali aku melirik ke arah Santi.
Kenapa dia tidak menulis? Wajahnya tampak pucat. Dia tidak mau melihat ke depan. Sepertinya dia ketakutan, tapi ketakutan apa?
Aku melihat ke depan tidak ada apa-apa? Nanti saja aku tanyakan dia. Akhirnya selesai juga aku menulis. Tanganku pegal sekali, wajar saja aku menulisnya sampai dua lembar dan terburu-buru karena takut dihapus.
Aku lirik Sonia, dia belum selesai. Sonia memang tidak bisa menulis cepat, takut tulisannya jelek katanya. Alasan apa itu? Kalau aku sih mau jelek atau cakep asal kebaca sama diri sendiri cuek aja, tapi Santi sering pinjam catatanku walau sering menggerutu karena tidak terbaca olehnya.
"Eh ... eh ... sebentar jangan dulu di hapus sedikit lagi!" teriak Sonia pada Kenzo yang akan mengamhapus papan tulis. Hari ini giliran dia yang piket jadi tugasnya menghapus papan tulis.
"Kamu lihat saja sama teman yang sudah. Soalnya masih banyak yang harus di catat." Bu Guru memberi tahu Sonia.
Iya, Bu." Kasihan Sonia dia terlihat lesu.
"Udah, nanti gue pinjemin catatan gue."
"Dengan terpaksa dan berat hati gue pinjem catatan lo!"
"Dih, syukur gue pinjemin. Biar jelek tulisan gue yang penting gue ngaret dan gue ngerti."
"Syukur deh kalo lo ngerti."
Aku menatapnya sinis. Untung dia bestie, kalau bukan udah ku emek-emek wajhnya ngatain tulisanku jelek. Aku kembali melanjutkan nulis.
Tiba-tiba aku merasa ada yang janggal. Punggungku terasa dingin. Aku melihat ke belakang tidak ada apa-apa, hanya ada si Wawan yang tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya padaku.
Dih, GR cakep kali begitu? Sorry aku nggak bakal baper di kedipin. Dasar playboy. Aku kembali melihat ke depan.
Gubrak
Terdengar suara sesuatu yang jatuh memecah kesunyian. Semua melihat ke belakang di mana sumber suara terdengar. Nampak Wawan yang terjatuh bersama bangkunya ke samping.
Semua tertawa, suasana menjadi ramai.
"Bro, kenapa lo? tanya Bayu, teman sebangku Wawan, sambil tertawa.
"Aduh tangan gue sakit, bantuin napa!" Bayu berdiri dan membantu Wawan bangun.
"Wawan, kamu kenapa, ngantuk kamu?" tanya Bu Guru.
"Nggak kok Bu, saya lagi nulis. Saya juga nggak tahu kenapa Bu, kayanya ada yang dorong saya dari samping." Kualat kamu Wan udah kedipin aku, jadi jatuh. Aku pun tersenyum geli.
"Enak aja, lo nuduh gue!" Bayu tidak terima sepertinya dengan ucapan Wawan.
"Siapa yang nuduh lo? Emang benar gue ngerasa ada yang dorong gue dari samping."
"Tapi kan di samping lo itu gue, gak ada lagi, dodol!"
"Iya, ya. Masa setan."
"Wah, sekarang lo ngapain gue setan!"
Suasana malah tambah ramai. Mereka tertawa mendengar celetukan Wawan.
"Bukan gitu maksud gue."
"Sudah ... sudah, kalian berhenti berdebat! Wawan, apa kamu terluka?"
"Tidak Bu, cuma tangan saya sepertinya keseleo."
"Kamu pergi ke UKS, yang lainnya lanjutkan menulis!"
"Baik, Bu. Terima kasih!" Wawan segera ke UKS, aku lalu melihat ke arah Santi, dia menatap punggung Wawan. Matanya melotot dan mulutnya terbuka seperti terkejut akan sesuatu.
Santi juga nampak gelisah, dia seperti orang bingung. Kadang dia terlihat seperti akan berdiri lalu duduk lagi. Wajahnya pucat apakah dia sakit dan mau ke UKS tetapi takut untuk ijin.
"Bu, maaf. Santi sepertinya sedang sakit. Biar saya antar ke UKS." Bu Guru pun beranjak bangun dan menghampiri Santi.
"Benar Santi, kamu sakit?" Santi mengangkat wajahnya. Terlihat pucat. Bu Guru sepertinya percaya.
"I ... iya Bu."
"Ya, sudah. Kalau begitu kamu ke UKS. Sakira kamu tolong antar ya."
"Iya, Bu."
"Nia, aku ke UKS sebentar, kalau setengah jam gue belum balik susul gue ya."
"Mana bisa gue ijin seenaknya, tar aja pas istirahat."
"Ok!" Aku pun beranjak bangun dan menghampiri Santi.
"Ayo Santi. Kita ke UKS, lo kuat nggak jalan sendiri?"
"Kuat," jawab Santi padaku.
Kami pun pergi ke UKS. Aku tiba-tiba merasa gelisah. Aku melihat ke arah Santi, dia selalu *******-***** samping roknya. Langkahnya semakin lambat ketika mendekati UKS.
"Ayo San!" aku pegang tangannya dan terasa sangat dingin serta berkeringat. Mungkin dia ketakutan. Kami berhenti di depan pintu UKS.
Prang
Suara itu terdengar kencang, berasal dari dalam ruang UkS. Kami saling menatap dan aku langsung membuka pintu UKS.
Terkunci! Pintunya terkunci lagi. Aku gedor pintunya dan berusaha membukanya lagi. "Wan! Buka pintunya, Wan!" Aku panggil Wawan.
Prang
Suara itu terdengar lagi. Ada apa di dalam sebenarnya?
"Santi aku panggil bantuan dulu. Kamu tunggu di sini." Aku langsung berlari ke tempat Satpam.
"Pak, tolong Pak, ada keributan di UKS tapi pintunya gak bisa di buka!" Dengan nafas yang terengah aku meminta bantuan.
"Ayo," Pak Satpam langsung berjalan mendahuluiku. Langkahnya sangat cepat, Aku harus berlari untuk mengimbangi langkah Pak Satpam dengan sedikit berlari.
Sampailah kami di depan pintu UKS. Santi masih berdiri di depan pintu. Pak Satpam segera membuka pintu yang memang terkunci.
"Aaaa!"
Terdengar teriakan dari dalam. Pak Satpam akhirnya mendobrak pintu. Dalam sekali dobrakan pintu terbuka, kuat juga tenaga Pak Satpam.
Kami segera masuk ke dalam. Terlihat sangat berantakan di dalam, barang-barang dan obat-obatan berhamburan di lantai. Wawan tergeletak di lantai.
"Wan, Wawan." Aku coba bangunkan Wawan.
"Bapak panggil Ibu piket dan Kepala sekolah dulu!" Pak Satpam lari keluar. Aku melihat Santi yang hanya berdiri di luar dan tidak mau masuk.
"Wan, bangun!" Aku menepuk pipi Wawan. Dia masih belum sadar.
Aku angkat kepalanya dan aku tidurkan di pahaku. Aduh ni orang kenapa, sih? Lalu perlahan matanya terbuka.
"Wan ... lo udah sadar?"
"Gue di mana, kok ada bidadari?" Sumpah, ngeselin banget nih orang. Aku sentil dahinya, dia malah cengengesan.
"Lo tuh, malah bercanda. Orang lagi khawatir juga. Lo tuh kenapa?"
"Senang banget ada yang khawatir ama gue."
"Wan! gue nanya serius! ini kenapa berantakan semua dan lo tiduran di lantai."
"Gue kepeleset, sayang."
"Awww." Karena kesal aku langsung pindahkan kakiku, membuat kepala Wawan membentur lantai.
"Sakit, Ra." Dia malah merengek, salah sendiri bikin aku kesal.
Aku bangkit dan mulai membereskan barang-barang yang berserakan.
"Ra, tadi tuh aneh deh!"
"Aneh apa?"
"Masa barang yang di atas meja itu, jatuh sendiri jadi berantakan pas aku mau cek aku kesandung dan jatuh, terus nyenggol barang yang ada di meja. Jadi pada jatuhan semua."
"Terus kenapa pintunya dikunci?"
"Aku gak kunci pintu."
"Ada apa ini?"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
🕊️⃟🍁❥•
Saya tunggu up nya ya kakak, ceritanya seru bestie 🤭
2022-06-14
1
Asri
mungkin pocong nya tak terima Wawan genit sama Sakira🤔
2022-06-14
1
🤗🤗
semangat kk
2022-06-14
1