Episode 18

“Nah kita mending jalan pelan-pelan saja.“

“Iya takut ketemu sama si mbah itu.“

Mereka jalan pelan-pelan menyusuri sela-sela pepohonan yang sanggup di lewati. Tak perduli lagi pada jalan setapak yang biasanya justru akan mengantar mereka pada satu misteri menakutkan lainnya yang membuat mereka mesti berlarian. Kini langkah mereka acak saja. Asal bisa dilewati, itu sudah. Berikutnya hanya bisa berharap agar tak berjumpa dengan mahluk mengerikan, terutama yang baru saja melintas. Bagaimana tak ngeri. Melihat saja sudah bisa jatuh pingsan. Apalagi kalau sampai di terkam, dimakan, lalu dilepehin, semakin ngeri saja. Lebih baik enggak deh. Yang nikmat jika bertemu dengan yang asik-asik saja. Akan bisa menikmatinya dengan santai.

“Hai lihat!“

“Apa itu?“

“Ada rumah.“

Nampak terlihat di depan mereka satu bentuk menyeramkan dari bangunan yang kelihatan kuno kusam dan lusuh.

“Berarti kita sampai di perkampungan penduduk dong. Kita sudah bisa keluar dari hutan aneh ini.“

“Jangan senang dulu. Itu rumah kuno siapa tahu itu suatu perkampungan yang ditinggalkan.“

“Mana ada kampung yang ditinggalkan. Ada juga perumahan para karyawan suatu perkebunan yang dibiarkan kosong akibat mereka pada pindah rumah untuk menuju masa pensiun atau tengah kembali ke keluarganya dan tinggal bersama dalam suatu perkampungan ramai.”

Bangunan itu tampaknya peninggalan era kolonial kalau di lihat dari arsitektur dan kokohnya yang terlihat kini. Nampak di beberapa interiornya sebentuk dengan gaya gothik, klasik, bahkan ada Barok nya juga. Dengan lengkung-lengkung anggunnya. Serta bentukan mewah lain yang menghiasi sisi luar maupun dalam yang terlihat dari arah mereka berdiri. Belum lagi dengan jendela yang besar-besar. Dan pintunya demikian kokoh. Yang nampaknya tak akan hancur untuk beberapa tahun ke depan andai hanya menghadapi serangan cuaca saja.

“Wah gawat, kita akan semakin dalam masuk pada lingkaran misterius ini.“

“Bagaimana lagi.“

“Lebih baik kita menyimpang saja. Jangan masuk ke dalamnya demi menghindari satu kejadian buruk yang nantinya bakalan kita alami secara mengerikan.“

Mereka hendak berbalik arah. Dan sudah tak berniat melanjutkan langkah untuk memasuki rumah mewah dan kuno tersebut. Semakin aneh rasanya, ada rumah di hutan begitu. Serta senyap. Serta tak ada penerangan apapun yang kali ini terlihat. Atau memang hanya kabut yang menghalangi tatapan mereka. Yang jelas suasana muram dan kengerian jelas memenuhi rumah tersebut.

“Bisa-bisa kita bertemu dengan Ogopogo nantinya.“

“Itu kan kalau di air.“

“Ada air di dekatnya.“

Nampak satu bentukan aneh dari sebuah cekungan melebar dimana di dalamnya ada air yang menggenang. Itu sudah cukup untuk bersembunyi buat mahluk besar didalamnya. Hanya bagi satu bentukan aneh itu, jelas belum syarat utama menghuni di dalamnya. Jika makan dan ketersediaan bahan lain pendukung satu kehidupan bagi si mahluk, maka semua akan bisa terjadi. Dan keanehan tersebut tentu akan dihubungkan dengan suatu bentuk halus yang jelas tak memerlukan makanan duniawi. Sehingga dianggap bisa bertahan disana meskipun jejak-jejak ketersediaan bahan penunjang hidup tersebut tak ada.

“Kalau airnya ada di luar sana. Ini masih di area sini. Ular berkepala manusia juga tak ada. Ada paling kuda di dekat pohon angker, lampor yang melayang di atas banjir, atau teluh yang meluncur cemerlang di atas rumah korban. Yang lain tak ada lah.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!