Hutan Angker

Hutan Angker

Episode 1

Malam itu terasa semakin dingin. Mereka naik mobil pick up masih dengan suasana santai. Hiburan tadi benar-benar memukau. Dan sulit untuk di lupakan. Rasanya enggan untuk pergi. Namun apa daya. Jika waktu memaksa mereka untuk terus meninggalkan, dan harus pergi ke rumah supaya yang mengharap kan disana segera tertuntaskan rasa kekhawatiran serta sekian lama menunggu itu.

Kemudian kendaraan tersebut melaju dengan kencang, setelah melewati barisan para penonton yang juga tengah asik menatap lengger pujaannya itu. Mereka seakan tak perduli pada apa yang melintas di belakangnya. Asal bisa selalu melihat pada si cantik sudah cukup. Tak perduli kali ini tengah berdiri dimana. Di jalan, pada tempat kotor, atau di tempat sampah yang dibuat dari bahan cor itu. Yang lewat biarkan saja. Toh tidak saling mengganggu. Hanya saja jika kebetulan meleng akan semakin menghabiskan bahu jalan. Dan kendaraan besar seakan melewati sebuah lorong panjang yang lebih mengerikan karena begitu sempit jalan tersebut.

“Wah mau lewat gerbang batas hutan ini,“ ujar Aqi. Setelahnya, mereka akan melewati daerah hutan yang sangat angker. Padahal kalau hari-hari biasa sih, tak terlampau menghawatirkan. Bahkan suasananya demikian saja. Tapi bagi seberapa orang yang mengalami hal mistis akan merasa dibawa pada suatu dunia yang memang benar-benar pekat dan berbeda dengan keadaan aslinya. Itulah mengapa daerah itu sangat terkenal keangkeran nya bahkan hingga ke pelosok TV sudah mengetahuinya. Demikian terkenalnya. Walau demikian kalau suasana normal akan terasa nyaman saja. Walau tidak ada bangunan dari beton serta keramik, dan sinyal belum tentu ada, karena memang lokasi hutan. Ada penggarapnya. Beberapa bahkan di pakai oleh masyarakat untuk aktivitas tersendiri. Dimana mereka memfungsikannya supaya keseharian dapat tercukupi dari hutan pekat tersebut.

“Loh... kok banyak kabut ya?“ ujarnya lagi. Kabut ini hanya putih pekat saja. Tidak berbau sama sekali. Jadi bukan kabut asap yang baunya sangat khas hasil pembakaran. Kali ini juga tak berbau dupa seperti pada tontonan sebelumnya di lengger itu. Atau hio-hio yang ditancapkan di pemakaman dengan aroma yang berbeda juga. Pemandangan kala itu terbatas. Pada kegelapan hutan, di tambah dengan kabut, maka terasa semakin buram pada mata saja. Kalaupun tak ada kabut, suasana itu sudah pekat. Dimana tak ada penerangan sama sekali. Membuat sekeliling tak nampak. Penerangan kali ini berdasarkan sinar mobil yang tak seberapa terang jika di banding dengan mobil baru yang sudah menggunakan lampu teknologi mutakhir dengan energi kecil, namun bisa menghasilkan sinar demikian cemerlang.

“Aneh.“

Kabut yang sangat pekat. Seakan menutup jalan mereka. Lampu mobil itu seakan tak ada arti. Dan hanya mampu menembus beberapa meter saja. Memang daerah itu sesekali turun kabut. Bahkan lebih pekat dari ini. Terutama kala pagi. Dimana mentari belum mampu membuyarkan kerumunan putih itu. Atau sesaat setelah hujan usai. Maka rintik-rintik embun masih bersisa dan uapnya membentuk kabut pekat.

Aqi terus saja menjalankan kendaraan tersebut dengan kecepatan biasa. Namun pada sebuah kelokan yang tak seberapa tajam dia kesulitan menyetir. Mobil melaju terus seakan tak bisa dia kendalikan. Dan terus menerobos hingga meluncur tajam pada sebuah turunan yang aneh. Dan baru terhenti dengan sendirinya saat Aqi mencoba untuk mengembalikan posisi ke jalan yang tak nampak tersebut.

Sesaat mereka diam. Mencoba menata nafas.

“Gimana Qi?“ tanya Lalan.

“Entahlah… Perasaan mobil bergerak ini?“ ujar Aqi merasakan ada goyangan yang lumayan kuat di badannya.

“Itu getaran mesin Qi. Tapi mobil tetap diam kayaknya ini,“ kata Lalan yakin. “Bagaimana mau cepat sampai. Kalau diam begini.“

Aqi melihat kondisi mobil dengan melongok kepala. “Terpuruk kita disini.“

“Waduh bagaimana ini. Mana suasananya bertambah muram,“ ujar Lalan yang semakin panik saja melihat situasi demikian.

“Belum mandi kali lu Qi,“ tuduh si Lalan yang orang-orang bilang kalau ada suasana buruk bakalan dihubungkan dengan kondisi badan.

“Enak saja,“ kata Aqi memprotes. Meskipun semenjak pagi belum tersentuh air. Tapi tadi pagi perasaan sudah mandi. Dan parfum nya juga banyak.

“Ini gara-gara kamu pegang-pegang apem cewek itu kan?“ ujar Aqi mencoba mengungkit kejadian sebelum itu, pada tempat di luar sana. Yang tadi mereka singgahi.

“Aku kan berkehendak esok lusa akan ikut lagi,“ ujar Lalan tak ingin terlampau dipersalahkan melulu dan masih ada keinginan untuk terus ikut jika nanti si Aqi pergi ber bisnis.

“Wah gawat nih. Mana si Lilin mau ikut kumpulan lagi.“

“Ibu-ibu?“

“Iya. Kumpulan para istri.“

“Kalau yang belum jadi anggota juga ditanya-tanya suruh nomornya di masukkan grup, biar bisa ngerumpi bareng.“ Itulah hebatnya teknologi. Meskipun tak bisa kumpul bersama, namun masih bisa berkomunikasi antar rekan satu team itu. Sehingga masih bisa merencanakan sesuatu, melanjutkan penyelesaian dari apa yang sudah dibicarakan. Dan memperoleh hasil maksimal setelahnya. Beda dengan era kuno yang mesti bertemu baru bisa berbicara antar mereka. Kali ini, tidak harus. Bahkan segala sesuatu juga bisa diselesaikan dari jarak jauh. Dan itu sangat mungkin.

“Terus Pacitan sudah pesan banyak itu, ada klepon gula dibuntel plastik, cenil dan banyak lagi. Yang semuanya mesti dibereskan urusannya.“

“Telat dong nanti kita Qi, dalam membereskan urusan, kalau kita tak segera sampai di rumah nantinya,“ kata Lalan yang ikut khawatir tentang urusan rumah tangga orang lain jika mereka ngaret begini, meskipun bukan atas kehendak diri sendiri, namun oleh situasi yang kali itu benar-benar menyeramkan.

Memang tak biasanya banyak kabut begini. Ada paling-paling kalau pagi menjelang. Atau kala orang-orang hutan tengah membakar segala sesuatu, hingga api membesar dan kabut asap terus menggulung daerah tersebut. Kali ini peristiwanya berbeda. Bukan mau menyalahkan siapa atau apa. Tapi apa yang ada didepan mata mereka kini yang jadi persoalan.

“Ayo Qi cepat. Kita mesti segera melewati hutan ini biar segera sampai rumah dan urusan perkumpulan itu segera teratasi,“ katanya lagi agar si Aqi bisa menjalankan kendaraannya untuk segera melewati hutan angker dan misterius itu. Meskipun kalau siang biasa saja kondisinya. Bahkan orang kencing di situ juga tak pernah ada masalah. Biasanya orang yang kencing akan mendapat masalah. Karena dianggap kurang sopan, atau kurang ajar karena mengencingi si penunggu. Tapi beberapa orang meyakini, justru dengan kencing di daerah tertutup itu, akan membesarkan satu dari banyak persoalan. Khususnya masalah kesehatan. Sehingga apa yang tertahan kemudian membeku akan hilang saat itu juga. Dan organ bagian dala juga tak terbebani dengan kinerja yang tersendat. Makanya orang lebih memilih berhenti sejenak untuk membuang di tempat sepi tersebut agar rasanya nyaman, juga penyakit tak terendap, untuk kemudian melanjutkan acara selanjutnya.

Namun bagi sebagian orang yang mengalami jadi sesuatu pengalaman yang sangat berarti. Dan itu lebih dari satu orang. Makanya sebagian dari mereka bilang hutan itu sangat angker.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!