Episode 4

“Jalan lagi lah kita,“ ujar Aqi berusaha terus mencari mobilnya. Kalaupun tak ketemu nanti akan dia cari jalan menuju pulang. Jika sudah ketemu jalan setapaknya, atau keluar dari kabut itu, dia akan meminta tolong orang-orang untuk menuju rumah mereka. Dan lain waktu akan dicari kendaraan kesayangan mereka yang selama ini menemani nya mencari keping-keping rejeki.

“Kemana Qi?“ kata Lalan juga bingung. Namun langkahnya dia ikut saja kemana si Aqi berjalan. Sebab dia juga tak mengerti mesti berbuat apa. Kalau terpencar, maka akan semakin takut. Makanya mending bersama selalu dengan kakaknya itu.

“Terus saja kita melangkah,“ kata Aqi dengan kabut-kabut itu seakan tak ingin sirna. Yang melingkupi bagian depan dan sekelilingnya. Terutama di depannya, dimana kaki-kaki mereka hendak mereka langkahkan. Dan itu menjadi kesulitan tersendiri jika disadarinya. Sehingga mesti hati-hati. Jangan sampai mereka menabrak pohon-ohon besar dan bahkan lebih menyeramkan lagi kalau sampai membentur batu hingga terjatuh ke jurang, baik dalam maupun sangat dalam. Sebab daerah tersebut tak rata. Ada gundukan bukit, maupun dalamnya jurang-jurang yang terkadang demikian saja melintang di depan mereka.

Mungkin kabut tersebut baru akan pudar saat mentari meninggi esok bersama panas dan terang yang dia berikan, dan itu menunggu beberapa waktu berikutnya. Seperti biasanya, kabut akan lenyap dengan sendirinya saat suhu menghangat. Tapi juga seringkali terjadi kabut yang pekat sampai seharian tak hilang akibat mentari tertutup awan diatasnya, sehingga panasnya suasana tak bisa menghangatkan lingkungan tersebut. Belum lagi jika titik-titik air masih berupa uap yang enggan turun. Maka seringkali hujan deras ditunggu. Bukan karena menghilangkan kabut namun bagian atas dari awan pembentuknya yang membuat semakin berkurang sehingga panas itu menyebar dan seiring hal tersebut, kabut ikut sirna.

“Nah barangkali itu,“ ujar Lalan menunjuk ada sesuatu yang nampak di muka mereka dalam bayang-bayang di keremangan tersebut. Tak jelas. Tapi ada secerah harapan yang bakalan diperoleh kalau mereka dapat memastikan jika benda tersebut milik mereka. Dan itu semakin mendekati diri mereka menuju rumah yang di impikan. Serta berikutnya bisa istirahat di kamar terindahnya.

“Iya apa ya....“

“Barangkali saja Qi. Sebab bentukannya demikian dan sepertinya kalau kita dekati itu kendaraan kita yang hilang.“

“Ayo kita samperin,“ ujar Aqi. Kaki mereka segera saja mulai mendekati bentukan aneh itu dan samar-samar mulai nampak.

“Kok beda ya Qi,“ ujar Lalan yang mulai curiga karena bayang-bayang itu memang lain. Karena pepohonan yang mulai nampak begitu menjulang.

“Kan jarak kita jauh jadi bentukan yang tak jelas itu.“

“Kelihatannya sama, hanya besar dan kecilnya saja yang membedakan.“

Mereka terus mendekat. Jarak pun semakin dekat. Dan bentukan tersebut semakin jelas pula. Ada harapan senang, jika benda itu benar apa yang mereka cari. Dimana semua juga ada di dalamnya. Tak seperti sekarang. Hanya apa yang melekat di tubuh mereka saja yang kini dipunyai.

“Wa seram Qi, wa,“ ujar Lalan sangat takut saat menyaksikan bentukan itu di colek. Ternyata sangat menyeramkan, apalagi muka dia saat membalik tepat di mukanya membuat dia bertambah panik.

“Ayo lari.... Ayo!“

Spontan saja dia berkata demikian, dan kakinya langsung mengajak menjauh.

Merekapun lari tunggang langgang menjauhi sosok gelap, besar, menyeramkan dan nampak nyata di depan mereka tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!