Episode 2

“Coba aku keluar untuk sekedar meneliti kalau-kalau bisa kita atasi sendiri kesulitan yang tengah kita hadapi...“

“Hati-hati Qi,“ ujar Lalan. Entah mengapa kali ini dia sedikit mengkhawatirkannya. Takutnya malah ada apa-apa dengan orang berumur itu. Sebab namanya hutan selain sepi juga penuh dengan mara bahaya yang bisa saja sebentar kemudian akan menjadi hidup dengan keganasannya yang sangat mengerikan. Pohon-pohon itu bakalan terlihat semakin besar saja. Atau akan menjadi semakin mengerikan jika diperhatikan dengan seksama. Iya kalau hidupnya uma berebut nafas, kalau sampai mengambil semuanya bakalan gawat. Karena sudah menjadi catatan umum bahwa jika malam maka mereka saling membutuhkan oksigen. Apalagi kalau ada binatang berbahaya, maka akan semakin bertambah muram saja. Sebut saja harimau, atau kalaupun tak sejahat itu, babi hutan yang jelas-jelas bukan pemangsa manusia, juga bisa menjadi beringas dan bisa melenyapkan nyawa, jika mana tahu langsung main seruduk atau menghajar dari belakang yang tentu akan membuat kesakitan serta luka parah buat yang kena. Dalam hal ini tentu saja Si Aqi yang berada dalam resiko yang lebih besar tanpa perlindungan juga tanpa adanya pengaman apapun. Beda dengan di dalam masih ada pintu dan kaleng mobil.

“Iya.“ Aqi cukup mengiyakan tanpa perlu mengungkapkan apapun lagi. Sebab tak ada gunanya. Karena kalau kesulitan tersebut tak segera di atasi maka akan bertambah sulit. Karena bisa lama berada dalam kegelapan malam juga di tempat yang biar begitu. Meskipun binatang buas hampir tak pernah terdengar, setidaknya ular-ular berbisa dan binatang kecil lain yang memiliki sengat juga sering di temukan baik siang maupun malam. Dan itu tak menutup kemungkinan jika para binatang mengerikan tersebut tengah mencari makan di malam gelap atau keberadaan makanan memang kala itu. Nokturnal.

“Jangan sampai aku yang khawatir.“

“Nggak papa.“

“Kalau ada apa-apa bilang ya Qi,“ ujarnya lagi. Masih dengan kekhawatirannya.

“Oke. “

Aqi turun dan mulai melihat-lihat kendaraannya yang sudah kosong tanpa muatan, karena gula sudah dia setor ke pembeli. serta memperhatikan bagian bawah kendaraan tersebut. Kalau bisa saat itu juga ketahuan ada penghalang yang merintangi perjalanan kendaraan itu, tentu akan segera di atasi. Apalagi selama ini kendaraan itu dari awal hingga sekarang selalu bisa diatasi kesulitannya. Baik mengenai kerusakan atau cuma kendala teknis lain.

“Iya Qi dorong,“ ujar Lalan berharap segera bisa meninggalkan tempat sunyi, sepi, sangat mencekam dan tak terdengar siapapun selain mereka berdua berikut mesin kendaraan yang sudah berhenti. Bahkan suara binatang malam seakan tak terdengar. Dengan demikian nuansa mengerikan cukup sedikit menipis dibandingkan kalau ramai suara binatang yang menambah tingginya irama kengerian di batin mereka.

“Wah repot ini.“

Mereka kebingungan antara hendak meminta bantuan atau cukup meminta tolong yang jelas tak terdengar ada siapapun disitu. Aneh memang. Meskipun hutan itu terkenal sangat angker, tapi kali ini jaman sudah berubah. Dimana lalu lintas di malam sepi pada jalur tersebut sudah sangat ramai. Setidaknya tiap lima menit pasti ada kendaraan yang melintas. Ini menjadikan malam yang sedikit berbeda dibanding seribu satu malam yang lain tentunya.

“Kenapa Qi?“ tanya Lalan melihat Aqi berhenti dalam kebingungannya kala meneliti mobilnya yang kelihatannya tak ada apa-apa yang menghalang. Baik tumpukan batu, batu besar atau sekedar kayu yang melintang. Sebab ini hutan. Dimana banyak kayu. Dan bisa saja salah satunya roboh untuk melintang jalan. Sehingga tanpa sadar roda itu terhalang. Itu andai ada kayu. Bisa juga batu-batu penyangga aspal yang sebelumnya dipakai buat penguat, namun terlepas dari posisinya yang menjadikan jalanan tak rata untuk lebih menghambat roda bulat mereka yang tak seberapa tinggi itu. Sebab, bagaimanapun, roda mereka tak akan mampu melintasi penghalang yang lebih separuhnya.

“Entahlah? Terperosok kali?“ kata Aqi yang semakin tak mengerti akan misteri yang kali ini tengah mereka hadapi. Begitu kelam suasananya. Sekelam perasaan yang tengah beku membiru dan diselimuti kabut kengerian ini.

“Memang menyimpang jalan tadi Qi?“ tanya Lalan yang sedari awal duduk di kursi dekat supir, jadi tak selalu memperhatikan kalau setir Aqi hendak dituju kemana.

“Aku juga tak tahu,“ kata Aqi yang bertambah bingung. “Perasaan sih menyusuri jalanan halus terus, tapi kenapa jadi terpuruk begini ya?“ ucapnya lagi yang semakin bingung di buatnya untuk menjawab pertanyaan Lalan yang mestinya tak perlu di jawab. Tapi kondisi mereka kali ini yang memaksa mesti menjelaskan kalau sebenarnya tadi dia seakan melangkah biasa saja. Tanpa menyimpang dan terus mengikuti jalur jalan yang halus. Hanya karena kabut aneh itu saja yang membuat dia serasa bingung dan mengira jurang dalam itu seperti jalanan rata yang sulit sekali menyetir kendaraannya untuk melanjutkan laju seiring dengan jalanan yang menikung. Kenyataan inilah yang tengah dia pikirkan, sampai-sampai kendaraan itu kali ini berada di luar jalur yang benar, dan tengah ada di hutan yang sulit sekali menemukan jalanan tadi. Atau bisa jadi mesti kembali lagi, hanya saja posisi mundur untuk terus menanjak akan lebih sulit rasanya. Belum lagi kekuatan yang tak jelas akan sampai di punak jalanan itu atau tidak. Dengan melaju juga belum tentu siap karena memerlukan energi yang besar juga dengan bodi kendaraan yang tak ringan itu. Selebihnya tentu hambatan pada roda yang bisa menjadi persoalan. Karena kala malam, embun juga mulai turun meskipun tak hujan sudah bisa membuat licin roda. Itu kala terang. Apalagi jika hujan, maka akan bertambah parah saja kondisi nya. Seakan roda yang baru sekalipun akan tak kuasa mencengkeram tanah untuk terus meninggalkan satu posisi menuju ke lokasi lainnya.

“Aku ikut turun Qi,“ kata Lalan yang lalu membuka pintu dan mengikuti dimana Si Aqi meneliti mobil pada bagian roda yang nampak biasa saja. Berharap ada bantuan yang bisa dia berikan demi suksesnya perjalanan selanjutnya kendaraan itu. Kalau memang mesti di dorong, dia akan ikut mendorong berdua Aqi.

“Wah bertambah pekat saja ya malam-malam berkabut dan jarak pandang dari tempat ini benar-benar tak nyaman ih...“ Aqi kemudian melihat-lihat sekitar lokasi mereka berada dimana jarak pandang tak lebih dari dua meter. Sehingga dia perlu mendekat jika untuk memastikan suasana. Si Lalan mengikutinya. Sebagai orang situ dan seringkali melintasi tempat tersebut, pasti akan bisa menghafal beberapa titik yang sering mereka lihat sebelumnya.

“Lo mobil kita mana?“ Aqi terkejut saat menoleh ke belakang kendaraannya sudah tak ada disitu atau tadi dia lumayan jauh bergerak sehingga kabut di malam pekat ini menambah pandangannya tertutup oleh sesuatu misteri yang aneh ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!