Episode 9

“Ayuk!“ Lalan mencoba mengajak pergi meskipun celananya kotor yang semula putih bisa saja menjadi hitam kena debu dan lainnya.

“Kemana lagi kita?“ ujar Aqi yang ogah-ogahan dan tetap duduk bersandar pada batu yang nampak enak sekali untuk istirahat.

“Jalan lagi,“ kata lalan yang sedari awal rupanya kuat antara lain karena takut yang lumayan hebat dan ingin segera meninggalkan daerah ini.

“Menunggu siang saja di tempat ini. Lagi pula mereka sudah tak mengejar-ngejar kita,“ ujar Aqi dan kalau siang tiba rasanya kabut menghilang serta pemandangan akan semakin luas hingga yang dituju sudah pasti, pula tidak berputar-putar terus di daerah tersebut. Perasaan mereka sedari awal ketakutan tersebut telah meninggalkan jauh akibat panik dan lari yang sangat cepat. Kenyataannya, jangankan tepian hutan, jalanan serta tempat yang biasa dilalui juga tak mereka kenali. Padahal semenjak dahulu, itu jalan umum yang biasa di lewati kalau ada urusan. Dan selalu berhasil dengan selamat. Lagipula hutan itu tak seberapa lebar. Paling hanya lima kilo meter saja sudah sampai di batasnya. Namun kini yang dirasakan demikian jauh. Dan hutan itu seakan tak bertepi. Dimana-mana tumbuh tanaman yang tak mereka kenali. Serta dari padanya tak terlihat ada tanaman petani hutan. Bagaimana kini mereka akan mengisi perut, kalau tumbuhan nya juga tak bisa dimakan. Serta yang lainnya sama sekali tak membantu. Kalau bertemu dengan ladang petani, setidaknya ada yang bisa diminta, untuk bisa mengganjal perut mereka. Lagipula, hutan ini bukannya sudah sering dibuka dan sebagian ladangnya ditanami oleh penduduk penggarap. Dengan hitungan tiap patok nya mereka pergunakan untuk bisa ditanami dan hasilnya bisa dipergunakan semaksimal yang sanggup membantu perekonomian mereka. Kini, sejauh ini, ladang penduduk tak mereka jumpai. Barangkali saja memang malam yang mereka jalani sebelumnya. Serta kabut itu yang membuat mereka tertutup akan daerah sekitarnya. Pun akibat rasa takut yang mengerikan di rasa mereka. Hingga yang semestinya daerah yang dimaksud namun hanya bayang-bayang semu saja yang menghinggapi pikiran mereka. Dengan kata lain, bahwa mereka harusnya sudah tiba di tujuan, hanya karena tak memperhatikan tempat tersebut, mereka melewatinya saja dengan percuma. Dan itu berlangsung sepanjang perjalanan mereka memasuki daerah misterius ini. Dan kini, untuk memulainya lagi rasanya sangat kesulitan. Untuk menari titik tumpuan untuk memulai penjelajahan lagi, sehingga daerah itu ada yang bisa dikenali.

“Kayaknya sudah siang deh“ ujar lalan yang memperkirakan akan hal tersebut serta memandang ada sebuah cahaya bulat diatas mereka .

“Mana masih gelap gini,“ ujar Aqi. Dengan kondisi yang tak merasakan perubahan apapun semenjak awal mereka datang ke daerah tersebut, saat mobil hilang, hingga selalu dikejar-kejar oleh ketakutannya sendiri.

“Itu, bukannya matahari?“ tanya Lalan. Dan tangannya menunjuk ke atas. Dimana ada bola memerah disela-sela putihnya kabut pekat.

“Bulan kali.“

“Karena banyak kabut jadi matahari remang-remang,“ ujar si Lalan yang memandang di seputaran tempat mereka duduk hanya ada putih kabut saja.

“Wah sudah tinggi pula,“ ujar Aqi keheranan. Mereka tak menyangka, begitu cepat perjalanan waktu. Hingga matahari demikian tinggi mereka masih di tempat tersebut. Mungkin di antara sela istirahat tadi keduanya sempat lelap. Hingga demikian lama sampai waktu terus melaju mereka tak menyadarinya. “Kalau gitu ayo cari jalan pulang. Jangan sampai kita malahan terjebak lagi hingga malam datang. “

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!