Bab 20. Indigo

...🍀🍀🍀...

Setelah pemandangan mengerikan itu, Rania tiba-tiba berada di kamarnya, diatas ranjang. Ada seorang pria berpakaian seperti dokter disampingnya dan ada Bu Wida juga.

"Rania? Kamu sudah bangun, sayang?" sambut sang nenek sambil memegang tangan Rania.

Tubuh Rania berkeringat, apalagi wajahnya. Rania lihat ke arah jendela dan ada cahaya terang, Rania yakin bahwa saat itu sudah siang. "Nenek..."

"Iya nenek disini Ran," Bu Wida mengusap-usap kening Rania dengan cemas.

"Aku kenapa Oma?"Tanya Rania sambil duduk di atas ranjang dan bersandar ke kayu ranjang.

"Semalam Oma bukan kamu tergeletak di lantai, kamu demam tinggi semalaman dan akhirnya Oma panggil dokter Irwan kemari." jelas Bu Wida pada Rania.

"Oh gitu..."

Kalau aku mengatakan hal yang terjadi padaku semalam, Oma pasti tidak akan percaya padaku. Kalau aku...bisa melihat mereka. Tapi kenapa aku bisa melihat mereka?

"Ran, apa yang kamu rasakan? Apa ada yang sakit lagi?" Tanya dokter Irwan sambil mengecek demam Rania dengan termometer. "Sudah turun, Alhamdulillah..." gumam dokter Irwan lega.

Setelah itu kondisi Rania membaik, dia bahkan dibawa ke psikiater dan dia tidak menolak sama sekali. Keadaannya baik-baik saja, tidak ada gangguan mental atau yang berhubungan dengan jiwa. Dokter mengatakan bahwa Rania hanya mengalami sedikit depresi.

Perlahan-lahan Rania mulai terbiasa dengan makhluk-makhluk yang membuat dunianya terasa semakin sempit. Rania mencoba menjalani kehidupannya dengan pura-pura tidak melihat mereka.

Rania mencoba berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Mencoba menata hidup baru, tapi sayangnya kini hidupnya tidak normal.

Ketika Rania sedang mengobrol bersama teman-temannya, lagi-lagi dia melihat wanita berbaju merah yang selalu mengikutinya. "Ran, gimana? Lo mau ikut kerja kelompok bareng kita kan?"

"I-iya.."

Ya Allah, aku hanya ingin hidup normal. Aku mohon...tolong.

"Ran, Lo kenapa? Kok keringetan gitu sih?" tanya teman sekelas Rania cemas melihat Rania yang berkeringat.

"Aku gak apa-apa," jawab Rania memaksakan senyum diwajahnya. Menelan ludah melihat sosok itu masih menampakkan diri, tidak hanya di kelas, di rumah, kamar mandi, bahkan di taman saat siang bolong begini.

Bisa-bisa aku gila kalau terus seperti ini. Kenapa sih dia ganggu aku terus?

Meski pura-pura tidak lihat, Rania tetap bisa melihatnya. Terkadang saat membaca doa, wanita itu menghilang lalu muncul lagi di hadapannya. Entah apa maunya, yang jelas dia selalu meminta tolong pada Rania.

Minta tolong apa? Rania juga tak tau!

"Dia masih ngikutin Lo dan pasti akan selalu begitu," ucap seorang pria yang berada di belakang Rania. Dia adalah Reza, siswa dari kelas lain yang terkenal pendiam dan aneh.

"A-apa maksud Lo?" tanya Rania pada Reza.

"Cewek baju merah itu...dia minta tolong sama Lo kan? Lo belum tolong dia?" Reza menatap Rania dengan tajam.

Rania tercekat mendengar pertama Reza, seolah pria itu bisa melihat apa yang dia lihat. "Apa Lo juga bisa lihat?"

"Cewek baju merah itu, dia ada di sebelah kiri Lo." Reza melihat ke arah kiri tempat Rania duduk, si wanita itu masih saja berdiri disana.

"Jadi Lo bisa lihat juga?"

Entah kenapa Rania merasa lega karena bukan hanya dia saja yang melihat sosok wanita itu. "Gue sama kayak Lo, cuma bedanya gue gak bisa komunikasi sama mereka...tapi kayaknya Lo bisa."

"Gue, gue gak bisa kok!" Kata Rania menyangkal.

"Apa Lo yakin? Ada sebabnya kenapa dia ngedeketin lo, ada beberapa indigo yang kemampuannya bukan hanya bisa melihat tapi bisa mendengar, komunikasi dan bahkan bisa melihat bagian masa lalu mereka."

Deg!

Rania tersentak kaget mendengarnya, dia tidak percaya bahwa Reza bisa menebak dengan benar apa yang Rania rasakan. "Apa mungkin gue gak mimpi?"

"Lo mimpi apa?" Reza menatap Rania dengan penasaran.

"Saat gue di pegang sama tuh cewek, gue kayak masuk ke dunia lain. Masa lalu, atau apalah gue juga gak tau. Tapi, disana gue ngelihat pasangan berantem dan si cweknya di bunuh, gue yakin cewek itu adalah dia." Rania tidak berani melihat wanita itu dan memalingkan wajahnya. Dia menceritakan perihal mimpinya tentang wanita berbaju merah itu.

"Itu artinya dia minta bantuan Lo, setelah keinginannya tercapai dia gak akan ganggu Lo lagi." Kata Reza yakin.

"Apa Lo serius? Dia gak bakal ganggu gue lagi?"

"Ya, opa gue punya kemampuan khusus sama kayak Lo dan dia suka nolong arwah penasaran yang datengin dia!"

"Za, apa gue boleh ketemu sama Opa Lo?" tanya Rania.

"Oke," jawab Reza.

Sepulang sekolah, Reza dan Rania akan pergi ke rumah opa Reza yang katanya bisa melihat juga sama seperti Reza dan Rania. Bahkan opanya ini selalu membantu arwah penasaran itu. Namun di dalam perjalanan, Rania mendapatkan gangguan lagi dari wanita berbaju merah itu.

"Ih!!" Rania terkejut melihat wanita itu duduk disampingnya didalam mobil taksi.

Reza juga melihatnya, si Kunti itu duduk duduk di tengah-tengah mereka. "Ran, coba Lo tanya dia ada apa?"

"Serius gua yang tanya? Kenapa gak Lo aja?"

"Kemampuan gue sama Lo itu beda, Ran." Kata Reza tegas.

"Hey mbak Kunti, ada apa?" Rania memberanikan dirinya bertanya. Dia terpana melihat sosok wanita berbaju merah itu seperti mennagis. Dia memegang perutnya yang bolong dan berdarah-darah.

Kenapa wanita itu melihat ke arah luar? Ada apa disana?

"Saya...pinjam...tubuh kamu..." gumam wanita itu sambil menatap Rania dengan tajam.

"Eh- a-apa??!"

Wush!!

Raut wajah Rania langsung berubah menjadi tajam, setan wanita alias Kunti itu masuk ke dalam tubuh Rania. Reza melihat sosok lain dari Rania. "Keluar kamu dari tubuh teman saya," bisik Reza pada Rania.

Gawat! Rania di rasuki!. Reza panik melihat Rania.

"Pak, berhenti!" Ujar Rania yang dirasukin Kunti itu meminta supir taksi memberhentikan mobilnya.

Rania langsung keluar dari taksi itu tanpa membayarnya. Reza mengikuti Rania, "Dek..bayar dulu dong!" Ujar si supir taksi.

"Ah iya pak," Reza terpaksa kembali pada si supir taksi dan membayar dulu ongkos taksi.

Kemudian dia menyusul Rania yang mengikuti seorang bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang bergandengan tangan. "Wildan!" teriak Rania pada sosok pria itu.

Si bapak dan si ibu itu melihat ke arah Rania dengan terheran-heran. "Maaf dek, apa adek kenal saya? Kenapa adek gak sopan ya panggil nama saya begitu?" Kata Wildan meninggikan suaranya.

Rania alias si Kunti mendekati Wildan dan istrinya itu. "Brengsek kamu mas Wildan!"

Rania menatap tajam ke arah Wildan, lalu dia memukul wajahnya dengan keras.

...*****...

Terpopuler

Comments

💋MILA💋

💋MILA💋

mbak kunti sekalian aja cekek yg bunuh kamu waktu itu biar gk gangguin Rania terus😒😒

2022-07-10

0

Shi Chu Xia

Shi Chu Xia

lanjut kak

2022-07-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!