Pov Rania
****
Tubuhku terasa berat, aku ingin membuka mataku tapi sulit sekali rasanya. Terdengar suara nenekku, kak Galang dan kak Amira sedang mengobrol.
"Bu, mungkinkah Rania melihat adik adik kami?" tanya kka Amira yang ditujukan pada nenekku.
"Tidak mungkin! Rania tidak bisa lihat yang seperti itu," jawab nenekku tegas.
Ya seperti apa kata nenekku,aku memang tidak bisa melihat yang seperti itu alias mahluk gaib. Namun, tadi aku melihat Rendra dan Mila menghilang didepan mataku. Apakah mereka mahluk gaib?
Aku pun membuka mata dengan berat, kulihat wajah nenek dengan kening berkerut, artinya dia sangat mencemaskan ku. Aku melirik lagi ke sebelah kiri ku, ada kak Amira dan kak Galang.
"Kamu udah siuman Ran?" Tanya nenekku, kulihat kelegaan ada di wajahnya.
"Nek," lirihku lemas.
"Minum dulu, sayang." Ucap nenekku lembut.
Nenek aku untuk bangkit dari tempat tidur, Lalu aku pun terduduk. Nenek memberikanku segelas air minum dan aku pun segera meneguknya. Nafasku terengah-engah, Aku berusaha mengatur nafasku yang masih menderu. "Gimana, udah tenang?" tanya nenekku kepadaku, untuk memastikan bagaimana keadaanku.
"Alhamdulillah, aku nggak apa-apa nek." jawabku yang memang sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.
"Ran... apa kami boleh bertanya sekarang?" tanya kak Amira Yang sepertinya sudah tidak sabar ingin menanyakan sesuatu kepadaku.
Aku menganggukan kepala, menyetujui permintaannya untuk bertanya. "Ran, tadi kamu lihat Mila...sama Rendra?" tanya kak Amira tampak ragu.
Aku menjawab jujur, bahwa aku memang melihat mereka. Mila dan Rendra yang duduk tepat disamping kak Galang dan kak Amira. Kak Amira tidak lanjutkan pertanyaannya setelah aku menjelaskan bahwa Mila dan Rendra ada disamping mereka.
"Tapi mereka ilang," ucapku selanjutnya yang membuat kak Amira dan kak Galang tercengang.
"Ran, sekarang kak Galang mau tanya sama kamu. Apa yang terjadi di hutan itu?" Kak Galang menatap wajahku, dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi di hutan terkutuk yang sudah membuatku kehilangan teman-temanku.
Pertanyaan kak Galang membuatku tertunduk, hatiku bertanya-tanya haruskah aku menceritakan semua kejadian mistis yang pernah terjadi di hutan itu? Sebenarnya, kalau aku menceritakannya, maka aku akan teringat kembali ketika aku berada di sana.
Namun, kasihan kak Galang dan kak Amira yang mencari adik mereka. Aku harus membantu, walau hatiku ini berat untuk menceritakannya.
"Ya kak, aku akan ceritakan semuanya." kataku memberanikan diri.
"Makasih Rania," kulihat kak Amira mengigit bibir bagian bawahnya, dia siap mendengarkan ceritaku tentang hutan itu. Kak Galang juga sama penasarannya dengan kak Amira.
Aku menceritakan dari awal mula kami pergi ke hutan itu.
"Sebelum memasuki hutan, aku melihat seorang gadis kecil berpakaian putih yang berdiri tepat di bawah pohon beringin. Gadis kecil itu melambaikan tangannya kepadaku dan menatapku dengan tajam, lalu dia menghilang. Tiba-tiba saja Rendra memberhentikan mobilnya dan didepan kami ada seorang kakek kakek, mata putihnya mendominasi dan warna rambutnya putih. Kakek itu bilang pada kami kalau kami gak boleh masuk ke hutan, kalau enggak kami akan dimakan. Gak taulah dimakan apa, tapi karena aku keras kepala...aku minta teman-teman masuk kesana."
Kulihat kak Galang dan Kak Amira terlihat semakin penasaran dengan ceritaku. Aku pun menceritakan setiap hal yang terjadi di hutan itu tanpa ada yang ditambahkan atau ada yang dikurangi. Kejadian dimana kami diganggu ditenda, ketika Mila hilang untuk pertama kalinya, ketika kami mendengar suara dentuman seperti sedang ada hajatan. Suara itu muncul bersamaan bersama para makhluk halus yang wajahnya sangat menyeramkan.
Aku menceritakan semua yang dialami olehku dan teman-temanku disana, ketika sampai menceritakan tentang Rendra, Mila dan Nita yang sudah menjadi sosok lain, tanpa sadar air mataku perlahan jatuh membasahi wajah yang tadinya kering menjadi basah. Sungguh! Sulit untukku melanjutkan cerita selanjutnya, aku tidak tega menggambarkan bagaimana teman-temanku telah menjadi sosok yang lain, sosok yang bukan manusia.
Apalagi, melihat airmu Kak Galang dan Kak Amira yang kulihat sudah berkaca-kaca itu. Sudah pasti mereka sedih mendengarkan cerita tentang Mila dan Rendra, asik mereka.
"Hiks...hiks..."
"Udah gak apa-apa jangan diterusin lagi Ran, udah...its okay kalau kamu gak kuat!" Kak Galang menepuk pundakku seraya meminta aku untuk berhenti bercerita.
"Hiks...barusan aku lihat Mila dan dia bilang sama aku, minta aku sampaikan ke Kak Galang... agar kakak tidak mencarinya lagi." Tangisku pecah, sudah tidak terbendung lagi. Sosok Mila yang aku lihat tadi, mungkin adalah rohnya.
Kak Galang tersentak kaget mendengarnya, dia tidak bicara sepatah kata pun dan hanya menundukkan kepala. Mungkin dia sedang mencerna apa yang aku katakan, mungkin juga dia tidak percaya bahwa aku melihat Mila dan temanku itu berbicara padaku.
Lalu aku pun menyampaikan pesan dari Rendra sahabatku kepada kakaknya. "Rendra...dia bilang sama aku, kalau dia sayang banget sama Kak Amira. Maaf katanya dia gak bisa nemenin ke Amira lagi..hiks.."
Kak Amira dan kak Galang terdiam, mereka menundukkan kepalanya seperti sedang menyembunyikan raut wajah. Entahlah, aku tak tahu bagaimana perasaan mereka, yang jelas aku sudah mengatakan semua kepada mereka tentang bahayanya hutan itu dan tentang pesan Mila dan Rendra.
Itulah terakhir kalinya aku bertemu dengan kak Galang dan kak Amira. Usai aku menceritakan yang terjadi, mereka berterimakasih padaku karena sudah mau cerita dan itu terakhir kalinya aku melihat sosok Rendra dan Mila.
****
Singkat cerita, aku sudah kembali ke sekolah walau aku masih galau. Aku tak banyak bicara dan berinteraksi selama di kelas. Sedih hatiku sebenarnya karena melihat empat bangku kosong didekatku, itulah bangku yang harusnya ditempati oleh teman-temanku.Tapi, teman-temanku kini sudah tidak ada lagi di dunia. Sungguh, aku merasa kehilangan!
Ketika guruku sedang menerangkan pelajaran, aku merasakan yang meniup niup telinganya. Loh? Kok dingin-dingin gini sih?
"Kerjakan tugas kalian sebelum bel berbunyi ya!"
Kudengar suara guru mapel matematika memberikan perintah agar tugasnya cepat di kerjakan sebelum bel istirahat berbunyi.
Aku menulis sambil berpikir mengerjakan soal matematika yang ditulis guruku di white board. Tiba-tiba saja,
Hus!
Tadi ada yang meniup telingaku, sekarang ada yang bersuara hus di belakangku. Ya, aku yakin ada dibelakangku, tapi kenapa disana? Bangku belakang itu kan milik Nita dan bangkunya sekarang kosong.
Ah, mungkin aku hanya berhalusinasi saja!
Hus...hus...
Merasa tak nyaman dengan gangguan suara itu, aku pun membalikkan tubuhku melihat ke arah belakang.
Oh! ASTAGA!
Aku memekik terkejut, suaraku keluar dan berteriak. "Aaahhhhhhhhh!!"
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
💋MILA💋
temen2 nya jangan gangguin rania lg dong kan kasian rania nya gk bisa tenang 😅
2022-07-10
1
Neyna 🎭🖌️
semangat irma 💪💕💕
2022-07-06
1
Fikri Abdillah
aku kira udah banyak babnya jadi kutabung dulu, ayo semangat upnya
2022-07-03
2