Keringat bercucuran dari wajah Rendra dan Ivan, mereka duduk di tenda dan tak berani untuk pergi keluar. Mungkin jika mereka yang diluar itu adalah manusia, mereka bisa melawan. Namun mereka yang diluar jelaslah makhluk tak kasat mata di yang menampakan diri.
"Van.." bisik Rendra kepada temannya, matanya menunjukkan pertanyaan mereka harus melakukan apa? Diam saja? Atau pergi keluar?
Ivan tak bisa memberikan jawaban pada Rendra, dirinya sendiri ketakutan setengah mati saat ini. Bayangkan saja, mereka berdua berada di tengah hutan dan didepan mereka ada iring-iringan mahluk gaib seperti sedang berpesta.
Jika itu dirimu, apa yang akan kamu lakukan? Larikah? Bersembunyi? Diam atau berdoa?
Saat ini Rendra dan Ivan memilih berdoa untuk menenangkan sedikit hati mereka, walau suara-suara itu begitu menganggu telinga dan hati mereka.
"Ya Allah, gusti.... bismillahirrahmanirrahim, allohulaila.." Ivan dan Rendra berbisik-bisik membaca doa-doa yang mereka bisa. Ayat kursi, surat-surat pendek, intinya mereka meminta pada Allah SWT untuk menolong mereka dari sana.
Kkkikkkk... khikkkkk...
Rendra dan Ivan berhenti berdoa sejenak, ketika mendengar suara cekikikan di belakang mereka. "Van!"
"Jangan lihat kebelakang Ren, jangan...terus berdoa Ren..." ucap Ivan sambil menutup matanya, dia melihat sesuatu dibelakang Rendra.
Sebuah siluet tubuh seorang wanita dengan rambut panjang, bajunya berwarna merah dan matanya menatap ke dalam tenda itu, lebih tepatnya pada mereka berdua yang sedang ketakutan. "Kalian...DISINI rupanya?" suara wanita itu melengking, semakin membuat Rendra dan Ivan ketakutan.
Disisi lain, ada siluet anak kecil tanpa rambut sedang jongkok di belakang Ivan. Rendra tercekik melihatnya, dia tidak bisa bergerak. Mulutnya berkomat kamit membaca doa yang dia bisa.
Suara suara aneh terus saja terdengar, membuat Rendra dan Ivan tak berani membuka mata.
Disisi lain, tenda tempat Rania dan Nita berada. Mereka juga merasakan teror yang sama dari suara-suara yang mengerikan itu. Erangan, dentuman, suara seperti ada pagelaran wayang disana membuat dua gadis itu tidak berkutik.
"Ran..." Nita menatap Rania dengan berkaca-kaca.
"Berdoa Nit, berdoa..." Rania menguatkan hatinya dan berusaha menenangkan Nita, walau dirinya sendiri tak tenang.
"Gue gak fokus berdoa, gimana gue mau fokus berdoa kalau-"
Nita tidak melanjutkan ucapannya, saat dia melihat seorang wanita dengan rambut gimbal duduk disampingnya. Wajahnya berdarah-darah, matanya bolong, lidahnya menjulur keluar, dia tersenyum menyeringai pada Nita.
"Aaahhhhhhhhh!!!"
Nita berteriak kencang, hingga membuat Rania membuka mata. Kedua gadis itu panik, ketika melihat ada 3 makhluk aneh yang masuk ke dalam tenda mereka. Tangan mahluk itu berusaha menggapai Rania dan Nita.
"Mau..kemana kalian?" suara mahluk itu parau, sungguh menakutkan yang tidak dapat didefinisikan oleh kata-kata.
Rania gemetar ketakutan, begitu pula dengan Nita. Kedua gadis itu meringkuk di belakang tenda mereka yang tidak luas. "Ran!"
Ya Tuhan, rasanya aku ingin tertidur saja dan ketika aku terbangun, matahari sudah terbit. Daripada aku mengalami semua kejadian ini, ternyata nenek benar... teman-teman benar, mereka itu ada.
Srek
Srek
Terdengar lagi suara dibelakang mereka seperti ada yang merobek tenda. Rania dan Nita panik, lalu menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang ada disana.
"Ran, Nit! Ayo keluar!" Ajak Ivan pada kedua gadis itu.
Tenda itu disobek oleh Ivan dan Rendra. Nita dan Rania bergegas pergi keluar tenda, Nita berjalan lebih dulu keluar dari tenda, kemudian giliran Rania.
Namun saat Rania akan keluar, sebuah tali menjerat lehernya. "Ackk!!!"
"RANIA!!" Teriak teman-teman Rania panik melihat Rania dijerat oleh sebuah benda hitam seperti tali, namun itu bukan tali melainkan lidah panjang.
"To...tolong...." Rania merentangkan tangannya, berusaha menggapai teman-temannya yang sudah berada diluar tenda.
Menjijikkan, ini basah dan lengket. Ya Tuhan, apa aku akan mati disini.
"Roaaaaaarrr..." mahluk yang menyerang Rania itu mengerang, mulutnya menganga dan bersiap menerkam Rania.
"Kalian adalah anak-anak yang tidak sopan, rasakan sendiri akibat perbuatan kalian!" Seru seorang wanita berbadan tinggi, setinggi salah satu pohon di hutan itu. "Kalian...tidak akan pernah bisa keluar dari sini hidup-hidup!" ancam wanita menyeramkan itu pada Rania dan teman-temannya.
ASTAGA!
Rendra, Ivan dan Nita panik ketakutan melihat sosok yang tingginya luar biasa itu. Sosok wanita itu menatap mereka dengan tajam dengan mata merahnya yang seperti api.
Dengan cepat Rendra, Ivan dan Nita berusaha bekerjasama melepaskan Rania dari jeratan salah satu mahluk itu.
Rania berhasil lepas berkat bantuan teman-temannya. Kemudian empat remaja itu berlari sekuat tenaga, menghindari para mahluk yang mengejar mereka.
Nafas mereka terengah-engah, berlari terus tanpa henti yang tidak tahu mau kemana. Mereka melihat langit yang masih gelap, belum menunjukkan tanda-tanda adanya cahaya.
"Guys... please...kita istirahat dulu ya? Gue..gue...capek." Nita memegang kedua kakinya yang lemas, dia tidak sanggup untuk berdiri apalagi berlari.
"Kita udah berlari cukup jauh, suara mereka juga udah gak kedengaran lagi. Van, Dra, kita istirahat dulu aja bentar dan cari tempat aman!"
"Tempat mana? Disini mana ada tempat aman, Ran? Kita berada di tengah-tengah sarang setan, tempat aman apa yang Lo maksud hah?!" Rendra melotot ke arah Rania dengan marah.
Rania menatap tajam ke arah Rendra. "Lo kenapa sih? Lo marah sama gue? Ada masalah Lo sama gue sampai Lo nyolot kayak gini?!" Rania tersulut emosi.
"Iya emang gue marah sama lo, karena Lo kita jadi ngalamin kejadian kayak gini! Karena Lo yang keras kepala gak percaya adanya setan! Kalau bukan karena Lo yang keras kepala pengen masuk ke dalam hutan ini, Mila gak bakal ilang! Semuanya gara-gara Lo!" Rendra menunjuk ke arah Rania dengan marah, dia frustasi dan melampiaskan kemarahan pada Rania yang dianggap sebagai penyebab semua kengerian ini.
Rania menahan tangis, dia menghela nafas. "Oke....emang gue yang salah! Gue yang keras kepala dan membuat petaka buat kalian semua! Gue juga gak bisa tanggungjawab atas semua yang terjadi sama kita, tapi gue janji gue bakal nemuin Mila. Kita pergi bareng, harus pulang bareng-bareng juga...dan gue minta maaf sama kalian guys...maafin gue." Rania menangis, dia menyesali keras kepalanya untuk masuk ke dalam hutan itu meski teman-temannya melarang.
"Sadar juga kan Lo! Kalau Lo salah??!" Rendra masih tetap marah meski gadis itu sudah meminta maaf. Rendra duduk di sebuah baru, dia memegang kepalanya dengan resah.
"REN udah dong, jangan salahin Rania terus...dia udah minta maaf, dia udah nyesel. Mending kita sekarang pikirin gimana cara kita temuin Mila dan keluar dari sini." Kata Ivan mengusulkan.
Rendra menatap ke arah Ivan. "Van, Lo kan pernah kesini sebelumnya sama Opa Lo. Lo pasti tau dimana Mila berada kan? Lo pasti tau dong jalan keluar dari sini?!"
Ivan terdiam mendengar pertanyaan Rendra.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
🦆 Wega kwek kwek 🦆
aku rasa Rania tidak tahu rukun iman, padahal disetiap agama di dunia sudah tercetak adanya makhluk ghaib,hadeh ,,,,entah kenapa aku benci lihat orang kayak gini
2024-12-04
0
Neyna 🎭🖌️
Semangat irma 💪💕💕
2022-06-27
1
Bagas Nugroho
Si ivan boong tuh
2022-06-22
1