...🍀🍀🍀...
Rania berteriak kencang begitu melihat ada sosok menyeramkan di belakang bangku teman-temannya yang kosong itu. Rania melihat sosok Ivan, Mila, Rendra dan Nita dengan wajah menyeramkan dibalik seragam putih abu berlumuran darah.
Entah Mila atau Nita, yang bibirnya robek dan wajahnya rusak tidak dikenali karena berlumuran darah. Mereka berempat duduk di kursi yang kata orang adalah bangku kosong. Selain itu banyak mahluk aneh di sekitarnya, selain roh teman-temannya.
Lebih kagetnya lagi Rania, ketika dia melihat salah satu mahluk yang dilihatnya di hutan Kalimati berada disana dan menampakkan dirinya. Rania baru saja pulih dan baru keluar rumah setelah menenangkan diri, tapi dia malah diganggu.
Guru dan semua siswa di kelas itu langsung terperanjat begitu mendengar Rania berteriak kencang dan melihat bangku kosong.
"AAAHHHHHHHHH!!!"
"Rania? Ada apa?" Tanya guru perempuan itu pada Rania, dia berjalan menghampiri Rania yang kini sudah berdiri ketakutan, dengan keringat bercucuran.
"Ran, Lo kenapa?" tanya seseorang yang duduk samping Rania.
BRUGH!
Rania ambruk ke lantai, dia tidak sadarkan diri. Semua orang di kelas itu panik melihatnya, termasuk Bu guru yang sedang mengajar.
"Astagfirullahaladzim, Rania! Bangun nak, apa yang terjadi sama kamu?!" Bu guru menggoyangkan tubuh Rania, gadis itu tidak sadarkan diri dengan sekujur tubuh yang memiliki suhu dingin.
Salah satu teman di kelas Rania menggendong Rania dan membawanya ke UKS.
😈😈😈
Begitu membuka matanya, Rania sudah berada di UKS bersama seorang dokter disana. Dokter sekolah itu memeriksa kondisi Rania, yang di diagnosis demam dingin.
"Eh, kamu sudah sadar?" tanya dokter wanita itu pada Rania.
Ya, disekolah itu memang ada dokter dan fasilitas mewah lainnya sebab sekolah itu adalah sekolah khusus anak-anak yang berasal dari keluarga kaya dan tidak sembarangan orang bisa masuk kesana.
"Bu Fani?" lirih Rania memanggil Bu Fani, dokter di sekolah itu. Rania memegang kepalanya yang terasa penat itu. Dia pun beranjak duduk.
Benar juga? Apa yang terjadi? Apa makhluk-makhluk itu adalah ilusiku saja? Ataukah hanya mimpi? Lalu kenapa aku bisa berada disini?
"Kamu lebih baik pulang Ran, kamu demam dingin. Ada baiknya kamu beristirahat dulu di rumah ya," ucap Bu Fani sambil menepuk bahu Rania dengan lembut.
Sepertinya kejadian buruk kehilangan teman-temannya telah membuat Rania trauma.
"Sa-saya, kenapa saya bisa berada disini Bu?" Tanya Rania penasaran.
"Di kelas saat jam pelajaran matematika, kamu melihat ke bangku kosong dan tiba-tiba berteriak lalu kamu jatuh pingsan." jelas Bu Fani pada Rania sambil menyerahkan obat didalam plastik kecil untuknya. "Diminum ya, setelah makan...saya akan buat surat sakit supaya kamu bisa beristirahat di rumah." Bu Fani pergi ke meja, mengambil bolpoin lalu menulis sesuatu pada secarik kertas kecil.
Aku jatuh pingsan? Aku berteriak? Apa itu bukan mimpi?
"Ma-makasih Bu," jawab Rania sambil menyimpan obatnya ke dalam saku seragam.
"Ibu tau, pasti berat untuk kamu...apalagi teman-temanmu tidak bisa ditemukan jenazahnya sampai sekarang," ucap Bu Fani yang turut prihatin pada Rania dan teman-temannya yang tidak tau hidup atau mati.
Saat gadis itu hendak beranjak dari tempat tidur, astaga! Dia terkejut saat melihat ada seseorang berbadan tinggi, dengan rambut terurai ke depan berdiri di sudut ruangan.
Rania menelan ludah, jantungnya kembali berdegup kencang. "Bu...Bu Fa-ni..." ucap Rania memanggil Bu Fani dengan suara gemetar.
Bu Fani menoleh ke arahnya, "Ya, ada apa Ran?"
"B-bu,...i-itu disitu..." Gadis itu tak berani menunjuk ke sudut ruangan tempat wanita berbadan tinggi sekitar dua meter sedang berdiri disana, rambutnya panjang seukuran dengan panjang tubuhnya dengan baju berwarna merah.
Astagfirullah, cewek itu siapa? Kenapa dia---dia pasti orang kan?
"Ada apa Ran? Apa ada yang sakit?" Kening Bu Fani berkerut, dia menghampiri Rania yang masih duduk disana. "Ran, kamu kenapa? Tubuh kamu kok gemetaran gitu?"
"Itu...disana ada yang berdiri Bu, disana--"
"Siapa?" Bu Fani menoleh ke sekitarnya dan tidak ada siapapun disana selain dirinya dan Rania. "Gak ada siapa-siapa kok."
Deg!
Jantung Rania berpacu dengan sangat cepat, seakan mau copot, ketika sosok berbadan tinggi melayang menghampirinya dan Bu Fani. "B-bu Fani, benaran ibu gak lihat?" bisik Rania takut.
"Gak ada apa-apa kok, memangnya kenapa?" Tanya balik Bu Fani yang memang dia tidak melihat apa-apa disana.
Tubuh Rania semakin gemetar.
Oh Astaga!
Jantung Rania seakan berhenti, dia menggigit bibir bagian bawahnya dengan gemas.
Wanita yang tadi berdiri di sudut ruangan itu sudah berdiri di belakang Bu Fani yang artinya berada di depan Rania. "I-ibu...Bu Fan-ni..." Rania bicara terbata-bata.
Rambut panjang wanita berbaju merah itu, tiba-tiba tersingkap oleh angin yang entah dari mana datangnya. Membuat wajahnya terlihat jelas.
Mulut Rania menganga melihat sosok menyeramkan itu. Wanita berbaju merah mulai menunjukkan eksistensinya, kedua matanya bolong, dia tidak memiliki hidung, mulutnya melebar sampai ke bawah, giginya bertaring dan lidahnya menjulur keluar. Dengan kondisi berdarah-darah.
"Aaahhhhhhhhh!!" Rania berteriak melihat sosok itu hanya tinggal beberapa cm darinya.
"Rania, kamu kenapa?" Bu Fani memegang kedua bahu anak gadis itu, bertanya Kenapa dia begitu.
TOLONG...TOLONG.... Kkkikkkk...
Ha!
Rania jatuh tidak sadarkan diri ke atas ranjang itu, dia sudah tidak ingat apa-apa. Sungguh hatinya tidak sanggup melihat mahluk menyeramkan itu.
Setelah Rania kembali sadar, Rania langsung dijemput oleh neneknya karena pihak sekolah khawatir pada Rania. "Bu Wida, saran saya... sebaiknya Rania dibawa ke psikiater." bisik Bu Fani pada Bu Wida.
Tercengang Bu Wida mendengarnya, alisnya menaut ke atas. "Apa maksud ibu, Rania cucu saya sakit jiwa?" suara Bu Wida meninggi.
"Ibu maaf, tapi bukan seperti itu maksud saya. Tidak semua orang yang dibawa ke psikiater itu adalah orang yang sakit jiwa...namun saya melihat bahwa Rania mengalami stres yang berat pasca camping di hutan itu. Jadi, saya sarankan Rania dibawa ke psikiater." Saran Bu Fani.
Bu Wida pun membawa cucunya masuk ke dalam mobil untuk segera pulang, sepanjang perjalanan pulang, Rania terlihat gemetar dan ketakutan. Bu Wida sampai tak bisa bertanya ada apa dengan Rania, dia takut bahwa pertanyaan yang akan membuat Rania kembali terluka dan menutup dirinya.
Mobil pun berhenti tepat di halaman depan rumah Rania. Gadis itu buru-buru keluar dari mobilnya mendahului sang nenek dan pak Joko.
"Ran! Rania?" Bu Wida menyusul Rania yang masuk ke dalam rumah lebih dulu.
Rania melihat lampu ruang tengah mati, Ya, lampu ruang tengah rumah itu memang selalu dimatikan ketika waktu siang. Dia yang masih menggandeng tas di punggungnya, berjalan menuju ke arah dapur untuk mengambil air minum dengan ngos-ngosan.
Alangkah kagetnya dia saat akan mengambil minum, dia melihat sosok wanita menyeramkan itu lagi berada di rumahnya. "KYAAKKK!!"
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Nana
serem 😥
2022-07-16
0
💋MILA💋
gk kebayang gimana bentuk makhluk yg menyeramkan itu 🤭🤭
2022-07-10
1
Bagas Nugroho
lanjut Thor
2022-07-03
1