...😈😈😈...
Rania dan ke empat temannya berjalan mencari-cari air terjun dan bukit yang dimaksud si nenek misterius yang Rania sebutkan.
Malam seakan tak pernah berakhir bagi mereka, ketiganya sudah lelah menapaki jalan yang semakin menanjak saja. Langit juga tak menampakkan akan segera pagi, masih saja gelap gulita seperti tengah malam. Belum lagi cuaca semakin dingin, mereka pun memutuskan untuk beristirahat sejenak dan mencari makanan karena lapar dan lelah.
"Guys, kita cari makanan dulu sebentar....gue laper." Rania memegang perutnya yang sudah bersuara sejak tadi. Padahal malam tadi dia sudah makan bersama teman-temannya, tapi perutnya sudah lapar lagi.
"Oke, gue rasa tempat ini cukup aman buat kita istirahat dan cari makan dulu." Ivan duduk di sebuah batu, memperhatikan keadaan sekitarnya.
Nita, Rendra dan Rania juga duduk diatas batu-batu besar yang ada disana. Mereka rehat sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan. "Guys, disana kayanya ada pohon jambu...gue ambil dulu jambunya buat kita makan." kata Rendra seraya melihat ke sebuah pohon yang tidak begitu tinggi dan ada buah seperti buah jambu disana.
"Dra, gue juga ikut!"
"Oke,"
"Van, Dra, kalian hati-hati ya...siapa tau makanan itu bukan makanan." Kata Rania yang trauma memakan mie cacing dan minuman darah yang penuh dengan belatung dari si nenek misterius di warung lesehannya yang ternyata kuburan.
"Haha, Lo trauma ya? Santai aja ini makanan asli, kita icip dulu." Ivan tertawa mendengar peringatan serius dari Rania.
"Hey jangan ketawa Lo! Gue serius ingetin Lo," ucap Rania kesal mendengar tawa Ivan yang mengejeknya.
"Haha,"
Ivan dan Rendra berjalan sedikit ke arah pohon jambu yang dimaksud oleh Rendra, mereka meninggalkan kedua wanita itu berdua saja disana.
"Ran," panggil Nita pada sahabatnya itu.
"Ya Nit?"
"Mila belum ketemu juga, Ran..." ucap Nita gelisah memikirkan Mila yang belum juga ditemukan. "Gimana kalau dia mati,"
"Hush! Lo gak boleh bilang gitu, Mila pasti ada disuatu tempat dan dia baik-baik saja!" Rania berusaha menenangkan Nita, walau dia sendiri tidak yakin bahwa Mila baik-baik saja.
"Dia pasti kenapa-napa, makanya dia belum ditemukan sampai sekarang. Dia pasti ketakutan sendirian, kita aja yang berempat aja sangat ketakutan ketemu dedemit itu! Apalagi dia yang sendirian," ucap Nita yang meneteskan air mata, mengkhawatirkan Mila.
Rania tidak bisa berkomentar, dia sendiri sangat mengkhawatirkan keadaan temannya, yang saat ini tidak tahu ada di mana. Apakah dia masih hidup atau sudah mati? Namun Rania berdoa agar dia dan teman-temannya yang lain bisa kembali berkumpul dan pulang dari hutan yang dipenuhi para dedemit itu.
Beberapa menit kemudian Rendra dan Ivan terlihat berlari ke arah Rania dan Nita yang sedang duduk diatas batu. Kedua gadis itu melihat Rendra dan Ivan yang terlihat ketakutan sambil memegang buah jambu.
"Lari!" Teriak Rendra ketakutan.
"Van, Ndra?" Rania mendongak melihat Rendra dan Ivan yang terlihat ketakutan lari kalang kabut akan sesuatu.
Napas mereka terengah-engah saat mencapai Rania dan Nita, Ivan juga jalan terpincang-pincang dibelakang Rendra. "Woy, sahabat macam apa Lo ninggalin gue dan malah lari duluan?!" Ivan marah pada Rendra.
"Sorry Van, gue lupa masih ada Lo disana.." Rendra meminta maaf dan segera memapah temannya itu.
"Van, kaki lo kenapa? Ya ampun, darahnya banyak banget!" Nita terkejut melihat darah yang bercucuran dari kaki Ivan.
"Ini gara-gara ular sialan itu," ucap Ivan sambil meringis kesakitan, dia menahan sakit dikakinya.
Rania tidak bicara, dia langsung menyobek salah satu kain dari kemeja yang dia pakai. Kemudian dia melilitkan kain itu di kaki Ivan yang berdarah. "Kita harus tekan pendarahannya! Kalau enggak, Ivan bisa kehilangan banyak darah!"
"Gak sia-sia Lo masuk anggota PMR ya Ran, emang Lo badas." Nita memuji keterampilan temannya yang melakukan pertolongan pertama pada Ivan.
"Lo digigit apa Van? Kayaknya lukanya dalam banget," tanya Rania melihat ada dua bolong besar di kaki Ivan.
"Ughhh... gue...ugghh..." Ivan menahan sakit di kakinya hingga suaranya tertahan di tenggorokan.
"Percaya atau enggak, barusan ada ular besar di pohon itu dan dia gigit kaki si Ivan!" Rendra membantu Ivan menjelaskan apa yang terjadi padanya.
Rania dan Nita terbelalak mendengarnya, gigitan ular membuat lubang sebesar itu di kaki Ivan, seberapa besar ularnya?
"Masa iya digigit ular separah ini," Nita menggeleng tak percaya.
"Kalian gak tau sih ularnya sebesar apa." ucap Rendra sambil memegang tubuh Ivan.
"Udah udah, jangan ribut...kita lanjutkan perjalanan. Luka Ivan harus di bersihkan pakai air, kita harus segera temukan air terjun itu." Rania terburu-buru, dia kasihan melihat Ivan kesakitan.
Rendra dan Rania memapah Ivan, sementara Nita bertugas menyuapi ketiga temannya itu dengan buah jambu agar mereka memiliki sedikit tenaga. Disepanjang perjalanan lambat itu, Rendra bercerita tentang ular yang menggigit Ivan di dekat pohon jambu.
Dia mendeskripsikan ular itu seperti ular raksasa yang ada di film-film Anaconda. Bahkan tubuhnya melilit semua bagian dari pohon jambu, tubuhnya hitam dan matanya merah. Lidahnya menjulur ke luar, dia sangat menyeramkan.
"Mendengar ceritanya aja udah horor banget, apalagi ketemu langsung." Kata Nita dengan tangan yang memeluk tubuhnya sendiri.
"Sebenarnya lebih horor cerita si Rania yang ketemu nenek terus makan cacing." Kata Ivan sambil tersenyum ke arah Rania.
"Van, Lo lagi sakit...bisa gak jangan banyak bacot dan diam aja?" Rania tidak senang dengan ucapan Ivan yang mengingatkannya dengan cacing-cacing itu.
"Oke deh, kalau gue ngomong tentang cacing...Lo pasti keingetan sama tuh cacing yang udah Lo makan, gimana? Didalam sana menggeliat gak?" Ivan malah semakin sengaja menggoda Rania, tatapannya mengarah pada perut Rania.
Rania mendengus kesal, lalu dia melepaskan dirinya dari Ivan hingga Ivan dan Rendra terjatuh ke tanah. "Aduh duh.. Ran, tega banget sih Lo."
"Ndra, Lo aja yang bawa si cunguk ini...gue malas." ucap Rania malas dan kesal.
Akhirnya Rendra yang membawa Ivan dan memapahnya sendirian. Sementara Rania dan Nita berjalan duluan didepan.
Saat mereka berjalan, tiba-tiba saja Rania tercekat melihat sesuatu yang ada didepannya. "Guys..."
"Kenapa Ran? Lo lihat setan?" tanya Rendra saat melihat raut wajah Rania yang pucat.
"I-itu...itu Mila kan?"
Rania berlari menghampiri seseorang yang terbaring di atas batu dekat air terjun. Akhirnya mereka menemukan air terjun itu dan juga menemukan Mila yang sudah hilang sejak mereka masuk ke dalam hutan.
"Mila! Mila!" Nita menangis bahagia melihat Mila sudah ditemukan.
Rendra dan Ivan juga bersyukur karena Mila telah ditemukan meski dalam keadaan tidak sadarkan diri dan mereka juga menemukan air terjun.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
󠇉
iya bener aku baik baik aja 🤣🤣🤣🤣🤣
2022-07-07
1
Riani
Alhamdulillah Mila ketemu 😳
2022-06-25
1
Bella
lanjut
2022-06-24
2