Bab 11. Wanita rambut panjang

...🍁🍁🍁...

Beberapa saat kemudian setelah Mila ditemukan, Rania dan ketiga temannya yang lain memutuskan untuk beristirahat di sekitar air terjun sampai menunggu Mila siuman.

"Ran, apa itu kan bukit yang dimaksud dalam mimpi Lo?" Nita menatap ke arah bukit yang berada diatas air terjun.

"Nit, gue gak mimpi. Gue beneran ketemu si nenek itu dan mengalami semua kejadian," ucap Rania bersikeras bahwa hal yang dialaminya itu bukanlah mimpi.

"Oke oke, apa itu bukitnya?"

"Gue gak tau, si nenek itu cuma bilang temukan bukit! Gue gak tau lah itu bukit apaan, tapi karena bukit itu cuma ada satu... berarti yang emang itu bukitnya kan?" Rania juga melihat ke arah bukit yang cukup tinggi itu.

"Gak ada salahnya kita coba, cara keluar dari hutan terkutuk ini!" Kata Rendra yang sudah lelah dengan semua hal mengerikan di hutan itu. "Gue pengen pulang, gue pengen rebahan...terus gue mau minta maaf sama nyokap dan bokap gue karena gue selalu ngabisin uang mereka buat foya-foya."

"Ya, gue juga...sepulang dari sini gue mau minta maaf sama nenek gue karena gue gak nurutin omongannya dia," ucap Rania sambil menghela nafas panjang, dia teringat sang nenek yang selalu menasehatinya dan dia tidak mau menurut.

Keempat remaja itu mengeluarkan semua keluh kesahnya, tentang sikap mereka yang nakal dan suka membangkang. Mereka merasa bahwa semua kejadian ini adalah karena ulah mereka sendiri.

"Guys, gue cabut dulu sama Ivan!" kata Rendra yang lalu menepuk bahu Ivan.

Ivan menunjuk pada wajahnya sendiri. "Kenapa sama gue?"

"Lo mau kemana Ren?" Tanya Nita pada Rendra.

"Kebelet gue! Woy Van, buruan temenin gue." Kata Ivan yang katanya sudah kebelet pipis.

Ivan mengerutkan keningnya, "Lo gak lihat kaki gue susah jalan? Lo sendiri aja sono," jawab Ivan menolak ajakan temannya, ya itu karena kakinya sedang terluka.

Rendra pun terdiam, benar juga bahwa temannya masih terluka dan kesulitan untuk berjalan. Bagaimana bisa dia menemaninya untuk pergi pipis?

"Terus siapa yang mau nemenin gue?" Tanya Rendra dengan wajah polosnya.

"Lo pergi sendiri aja, masa gue yang anter Lo? Gue kan cewek." ucap Rania tegas.

"O-oke deh..." Rendra menggaruk telinganya, dia terlihat ragu.

Aduh kalau sendirian rasanya agak gimana gitu.

"Haha, Ren apa Lo takut?" Goda Nita pada temannya itu.

Rendra menyangkal tuduhan Nita kepadanya. "Siapa yang takut? Gue gak takut!"

"Oh kalau gak takut, ya udah pergi sana! Tapi jangan jauh-jauh ya, siapa tau demitnya ada disana." Nita menggoda lagi Rendra, dia senang menggoda temannya yang terlihat gelisah itu.

"Bacot Lo!"

Rendra yang sudah kebelet pipis, akhirnya dia pergi mencari pohon tinggi di sekitar air terjun itu. Dia pun menemukan sebuah pohon dan ada semak belukar.

Dia membuka resleting celananya dan melakukan aktivitasnya disana. "Huuu.. leganya,"

Saat sedang melakukan aktivitasnya, Rendra merasakan ada yang menggelitik di belakang punggungnya entah apa itu. Dia melambai-lambai di belakang punggungnya dan membuatnya geli.

"Ih apaan sih?" Rendra menepis nepis benda menggelitik itu.

Mungkinkan daun pohon?. Pikir Rendra dalam hati.

Benda itu masih menggelitik di belakang punggungnya, meski sudah disingkirkan beberapa kali dan kini benda itu menutupi wajahnya. "Ish! Apaan sih?!" Gerutu Rendra risih.

Rendra tercengang saat melihat rambut panjang dan kusut yang menutupi wajahnya itu. Rambut itulah yang sudah membuat tubuhnya geli. Menyadari ada yang tidak beres, Rendra buru-buru mengancingkan resleting celananya.

Ini rambut orang?

Saat Rendra akan berjalan pergi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba saja dia terdiam saat ada tetesan air jatuh ke kepalanya dan mengalir ke wajahnya.

Bau busuk apa ini? Apa yang basah?

Khikkkkk... khikkkkk....

ASTAGA!

Apa itu? Siapa yang tertawa cekikikan kencang di sekitarnya? Suara tawanya melengking, membuat bulu kuduk Rendra berdiri.

Demit apa lagi yang dia temui kali ini?

Rendra tidak berani menoleh ke atas, dia tau sumber suaranya dari atas tubuhnya. Mungkin diatas pohon atau...

CLAK

CLAK

Tetesan air itu semakin banyak mengenai kepala dan wajah Rendra. Tangan Rendra menyentuh tetesan yang dia anggap sebagai air itu, dia melihat tangannya merah seperti noda darah.

Ya, apa yang menetes itu bukan air tapi darah?

Kedua mata terbelalak melihat darah itu, dia pun refleks melihat ke atas karena rasa penasaran. Walau dia sebenarnya sangat takut.

ASTAGA!

Terlihat sosok seorang wanita berbadan tinggi, berambut panjang dan memakai pakaian mewah tengah duduk disalah satu ranting pohon itu. Gaun merahnya melambai-lambai, begitu pula dengan rambutnya yang menampar wajah Rendra selama beberapa kali.

"Aa...."

Kenapa aku tak bisa berteriak? Ya Allah gusti, bagaimana ini?. Rendra panik ketika suaranya tertahan, kakinya tidak bisa bergerak.

Darah bercucuran pada wajah Rendra, dari mulut si wanita itu yang robek bersamaan dengan belatung dan air liurnya. Wanita berbaju merah itu menatap Rendra sambil tersenyum, matanya menatap tajam. Tangannya memegang sesuatu yang seperti daging yang entah apa dan dia sedang memakannya.

Ya Allah, selamatkan aku!

Bibir Rendra gemetar tapi dia tidak bisa bicara ataupun bergerak, keringat dingin bercucuran dari tubuhnya. Matanya membulat melihat si wanita itu. Dia menelan ludah berkali-kali.

Rambutnya yang panjang membelit leher Rendra, kukunya yang hitam dan panjang meraih wajah Rendra.

Kkkeukhhhh!!

Rendra semakin tertekan dai tercekik, dia benar-benar tidak bisa bicara ataupun bergerak. Kemudian dia melihat mulut si wanita itu ternganga melebar sangat besar, giginya yang bertaring dan penuh darah.

"MAKANAN...MAKANAN..." ucap si wanita itu dengan suara seraknya.

"Aaahhhhhhhhh!!" teriak Rendra ketakutan.

"Khikkkkk.. khikkkkk... khikkkkk..."

*****

Di tempat Rania dan teman-temannya berada, Mila masih belum siuman dan masih terbaring diatas batu. Nita menjaganya sambil memijat mijat tubuh Mila yang terasa dingin.

"Guys, apa ada dari kalian yang bawa korek api? Tubuh Mila dingin banget," ucap Nita cemas melihat bibir Nita yang putih.

"Gak ada, semuanya ada ditenda." jawab Ivan yang lalu membuka jaket miliknya dan dia berikan jaket itu pada Mila.

"Thanks Van," Nita berterima kasih.

"Udah seharusnya gue lakuin ini," ucap Ivan sambil tersenyum, wajahnya juga pucat karena kehilangan banyak darah.

Semoga aku masih tetap bisa sadar dan kuat sampe pulang.

"Van, Nit, kenapa ya Rendra lama banget?" Rania merasa ada yang janggal dengan kepergian Rendra sudah cukup lama.

"Iya ya, kemana ya dia? Sudah hampir setengah jam Lo kayaknya. Apa dia pup?" Ivan menebak.

"Gue cari dia dulu," kata Rania ragu-ragu.

Feelingku tidak enak.

Saat Rania akan beranjak dari tempat duduk batunya, Rendra sudah ada didepannya. Nita dan Ivan juga melihat Rendra.

"REN! Dari mana aja Lo? Lama banget." Tanya Rania cemas.

"Lo pup ya? Si Rania katanya mau ikut, hehe." Ivan masih bisa bercanda.

"Iya," jawab Rendra datar.

"Haha, tuh kan Ran? Si Rendra pup, makanya lama!" Ivan tertawa melihat Rendra.

Namun Rania malah terdiam dan memperhatikan wajah Rendra terlihat pucat dan raut wajahnya yang datar.

...***...

Terpopuler

Comments

󠇉

󠇉

Mila bangun dong 😎

2022-07-09

0

Bagas Nugroho

Bagas Nugroho

Rendra menjadi sosok yang lain, kayanya dia udah dibawa dedemit, estoge

2022-06-26

0

pembaca novel

pembaca novel

Rendra kerasukan si hantu perempuan itu, kapan keluar dari hutannya thor? Serem 😭

2022-06-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!