Bab 3. Kakak main yuk

...😈😈😈...

Nita menangis merengek ingin pulang, Ivan, Rendra yang membeku dengan wajah pucat dan Rania terdiam dengan bingung. Berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi didepan matanya, salah satu temannya menghilang.

Ini gak masuk akal? Gimana bisa Mila ilang gitu aja? Ini pasti halusinasi.

"Gue mau balik, gue mau pulang...hiks..." Nita yang paling cengeng diantara teman-temannya itu, berjalan pergi menuju ke tempat mobil mereka terparkir.

Rania memegang tangan Nita dan menghentikannya. "Nit, kita gak bisa balik sekarang!"

"Lepasin gue Ran! Gue mau balik!" Nita bersikeras ingin segera pulang dari tempat itu.

"Kita gak bisa pulang dulu sebelum kita nemuin Mila, kita harus cari Mila." ucap Rania tegas.

Nita terdiam mendengar ucapan Rania tentang Mila, dia merasa bahwa Rania berkata benar. Dia tidak bisa pergi sebelum menemukan Mila, teman mereka yang tiba-tiba saja menghilang.

"Maaf...barusan gue panik, tapi udah gini gimana?" Tanya Nita sambil menyeka air matanya, dia menatap ketiga temannya itu.

"Kita harus cari Mila, dia pasti ada di dalam hutan ini...gak mungkin Mila hilang tiba-tiba kan?" Rania masih bisa berpikir logis, meski jelas-jelas dia melihat Mila hilang seperti ditelan bumi.

Rendra mengangguk,"Gue setuju sama Rania, kita harus cari Mila."

"Tapi kalian jelas-jelas liat sendiri, Mila ilang gitu aja saat masuk ke dalam hutan!" Ivan gemetar, dia seperti enggan masuk ke dalam hutan. Hilangnya Mila telah membuatnya syok.

"Ivan, stop! Gue gak mau denger ocehan Lo...sekarang kita harus temuin Mila. Lo kan pernah datang kesini, Lo pasti tau jalan yang aman di hutan ini. Lo harus tuntun kita buat cari Mila," ucap Rania mencoba berpikir positif dalam setiap keadaan.

"O-oke, kita jalan." Ivan menjawab dengan suara tergagap.

Bisa mampus aku, kalau mereka tau yang sebenarnya.

Ivan, Rendra, Nita dan Rania memasuki kawasan hutan Kalimati itu lebih jauh lagi untuk mencari teman mereka yang hilang. Tak terasa hari sudah semakin gelap, namun Mila belum terlihat juga batang hidungnya.

"Mila! Mil... dimana Lo?" teriak Nita sambil mencari-cari ke sekitarnya, siapa tau ada jejak Mila disana.

"Mila!! Mil!" Rendra, Ivan dan Rania juga memanggil manggil Mila dengan berteriak.

Rania celingukan kesana-kemari mencari Mila, namun saat dia melihat ke salah satu pohon disana.

A-apaan itu?

Deg!

Jantung Rania berdebar semakin kencang, melihat sosok anak kecil yang dilihatnya tadi saat akan menuju ke dalam hutan. Kepala anak kecil itu menunduk, rambutnya terlihat panjang menjuntai ke depan.

Dengan berani Rania mendekati sosok anak perempuan itu. Ketiga temannya melihat Rania berjalan pergi ke arah yang berlawanan dengan arah yang mereka tuju.

"Ran! Lo mau kemana woy?" tanya Ivan pada Rania.

"Ran, jalannya kesini!" teriak Nita pada Rania yang terus saja berjalan maju entah kemana.

Rania seperti tidak mendengar panggilan teman-temannya, dia terus berjalan ke arah anak perempuan itu. Ketika tinggal beberapa langkah lagi mendekat ke arah anak perempuan ditengah hutan itu, tiba-tiba saja...

Khiiiikkkkk..khikkkkk...khikkkkk...

"Astaga!" Rania memekik terkejut, mendengar suara melengking dari sosok anak perempuan itu.

Anak perempuan berambut panjang itu menengadah, dia menatap Rania dengan tatapan tajam. Kedua matanya berwarna merah menyala, mulutnya robek, lidahnya menjulur keluar, dia tersenyum tipis. Keluar belatung dan darah dari mulutnya itu.

Sontak saja Rania berjalan mundur kebelakang, matanya terbelalak. "Ka-kamu..."

"Kakak...main yuk?" suara parau terdengar dari anak perempuan yang aneh itu.

Deg!

Bulu kuduk Rania semakin berdiri, tubuhnya dingin dan gemetar. Ketika anak perempuan itu melambaikan tangan kearahnya dan mengajaknya bermain.

Rania tidak bisa berkata-kata, baru pertama kali dia melihat hal yang tidak masuk akal seperti ini. Seumur-umur dia tidak pernah melihat hal-hal mistis dalam hidupnya.

"Ka-kamu..." Rania membeku, bibirnya mendadak kelu seolah dikendalikan oleh sesuatu.

Kenapa aku gak bisa jalan? Ya Allah, gimana ini? Dimana yang lainnya?. Rania kebingungan karena dia tidak melihat satu pun temannya ada disana, padahal tadi jelas-jelas mereka berada di belakangnya.

Anak perempuan itu mendekati Rania, bukan dengan berjalan tapi melayang! Kemudian dia tertawa cekikikan.

HIHIHIHIHIHHI

"Kita main ya kakak?"

"G-gak, aku gak mau main sa-sama kamu!" Rania tidak bisa bergerak, meski hati dan pikirannya ingin berlari dari sana.

Bibirku bisa bicara, tapi tubuhku. Ya Allah, kenapa bisa seperti ini? Dia bukan anak biasa!

Anak kecil itu tiba-tiba menghilang dari pandangannya begitu saja. Mata Rania masih melebar, dia mengambil tasnya yang jatuh.

Tiba-tiba saja ada tangan yang menepuk bahunya dari belakang dan menarik tangannya ke belakang. Rania semakin gemetar karenanya. "TIDAK! Aku tidak mau main sama kamu!" teriak Rania.

"Ran! Lo kenapa? Ini gue Nita,"

"Nita? Lo beneran Nita?" tanya Rania sambil memandang ke arah temannya itu, nafasnya masih terengah-engah.

"Iya ini gue Ran, Lo kenapa sih berdiri didepan tebing gitu?" Nita mengernyitkan keningnya, seraya bertanya pada Rania.

"Kalau Lo mau mati bilang-bilang dong!" Celetuk Rendra sambil menggaruk kepalanya. "Untung aja gue narik Lo, kalau enggak Lo udah dead tuh!" timpal Rendra lagi.

Rania melihat ke depannya, ada tebing curam dan jurang yang tidak terlihat dasarnya karena banyak pepohonan disana. Rania menelan ludah, dia masih syok dengan kejadian yang belum lama dialaminya.

Gak mungkin ada tebing, jelas-jelas tadi disini cuma jalan biasa. Ini gak masuk akal.

"Ran, kenapa Lo ngelamun?" tanya Ivan bingung ketika melihat temannya melamun.

"Gue gak apa-apa," jawab Rania yang sedang mencoba mengembalikan akal sehatnya.

Rania tenanglah, yang barusan itu pasti halusinasi doang.

"Guys, langit udah gelap...gimana kalau kita dirikan tenda dulu disini sambil istirahat." Usul Rendra kepada teman-temannya, dia menatap Rania, Ivan dan Nita seraya meminta persetujuan mereka.

Mereka bertiga mengangguk setuju atas usul Rendra. Akhirnya, Rendra dan Ivan memasang tenda, sementara Rania dan Nita memasak makanan yang ada untuk mengisi perut yang kosong.

Malam pun tiba, angin dingin semilir menusuk tubuh Rania, Nita, Ivan dan Rendra. Padahal mereka sudah memakai jaket tapi tetap saja dingin itu masih menusuk ke tubuh mereka.

"Guys, gue punya feeling gak enak soal Mila." Ivan tiba-tiba bicara tentang Mila yang belum ditemukan sampai saat ini.

Nita pun mulai bicara. "Jangan bicara sembarangan, Mila baik-baik aja! Dia cuma tersesat dan sebentar lagi pasti kita bisa ketemu sama Mila."

"Guys... sebenarnya gue-"

HIHIHIHIHIHHI

Rania dan ketiga temannya terdiam, saat mendengar suara tawa yang menggema dihutan itu. "Guys, kalian dengar suara itu?" Tanya Rendra pada ketiga temannya.

...*****...

Terpopuler

Comments

󠇉

󠇉

rasain lo rania kapok gk 🤨🤨

2022-07-03

1

sryharty

sryharty

sebenarnya rada2 takut bacanya,,

2022-06-25

1

Riani

Riani

Cuma bisa komen lanjut aja

2022-06-18

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!