Bab 19. Penglihatan

Bu Wida menghampiri Rania berteriak dan ada di dapur. Dia melihat Rania yang duduk jongkok meringkuk ketakutan sambil memegang kepalanya.

"Nggak!! Pergi! PERGI!!" Teriak Rania histeris, dengan keringat dingin dan air mata yang menetes.

"Rania, kamu kenapa nak? Ada apa?!" Bu Wida memegang kedua tangan Rania dengan hati-hati. Dia cemas melihat cucunya seperti itu.

"Nek, suruh dia pergi...suruh dia pergi...usir dia nek... usir dia..." Rania menundukkan kepalanya, dia tidak berani berdiri atau mendongakkan kepalanya.

Sekujur tubuh Rania lemas, keluar keringat dingin dan gemetar hebat. "Rania, siapa yang harus nenek usir? Disini gak ada siapapun selain kita?" Wanita tua itu melihat-lihat ke sekitarnya dan tidak ada siapapun disana. Sedangkan Rania meminta dia mengusir, usir siapa?

"Dia...dia masih berada disini, dia dibelakang nenek!" Seru Rania yang melihat gaun merah dan rambut hitam setan wanita itu menjuntai kebawahnya, tepat dibelakang sang nenek.

"Dibelakang?" Bu Wida melihat ke belakangnya, tidak ada siapapun disana.

"Ada nek! Ada....hiks..."

Bu Wida cemas melihat keadaan Rania, dia berusaha menenangkan cucunya itu untuk masuk ke dalam kamar dan beristirahat. Setelah itu Bu Wida bicara dengan salah satu dokter kenalannya tentang kondisi Rania, dokter itu mengatakan bahwa kemungkinan Rania mengalami depresi.

"Baiklah dok, kalau begitu nanti dokter Irwan bisa datang kemari dan memeriksa cucu saya?"

["Baik bu, saya akan datang besok ya. Hari ini saya masih ada pasien di rumah sakit yang harus saya tangani,"]

"Terimakasih dokter Irwan."

Telpon itu pun tertutup, Bu Wida masih terlihat gelisah.

Malam pun tiba, Rania berada di kamarnya. Semilir angin dingin menusuk ke dalam kamar Rania dan juga ke tubuhnya. Rania tadinya masih tertidur lelap, hingga sampai...

BRAK!!

Jendela yang terkunci itu terbuka lebar, tirai jendela melambai-lambai dan membuat Rania terbangun, hingga dia beranjak duduk. Mata Rania terbelalak melihat sosok perempuan berbaju merah itu yang dilihatnya di sekolah.

Ingin rasa berteriak, namun apalah daya suaranya tertahan seperti tercekik.

Dia...wanita itu.

Wanita dengan baju merah dan badan tingginya itu, berdiri di depan jendela kamar Rania. Dia mematung disana, menatap Rania dengan kedua matanya yang bolong dan wajahnya yang berdarah-darah, mulutnya robek dan lidahnya menjulur keluar.

Menyeramkan!

Astaga! Mengapa sosok itu terus mengikuti aku? Apa salahku dan apa yang dia inginkan dariku?. Pikir Rania didalam hatinya.

Niat hati ingin pergi dari kamarnya, namun entah kenapa dia tidak bisa bergerak, tiba-tiba dia membatu.

"To...long....Too...long...." suara wanita itu terdengar parau, jelas dia meminta tolong pada Rania.

Tolong? Kenapa dia meminta tolong?

Suaranya terdengar menyedihkan, namun juga menyeramkan. Rania masih ketakutan, padahal di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan. Mengapa dia yang tidak bisa melihat sosok itu sebelumnya?Kini dia bisa melihat mereka.

Pertanyaan itu dia kesampingkan lebih dulu karena dia takut, pikirannya hanya ingin lari dari di wanita itu. Setelah dia berhasil mengumpulkan sedikit nyali, tubuhnya yang membantu tadi dia paksakan untuk berdiri.

Berhasil berdiri, dia mencoba untuk berlari walau kakinya lemas. "Ya Allah, bantulah aku...kumohon..."

Baru saja beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba saja tepat didepan matanya. Mahluk itu sudah berdiri disana.

Kali ini badannya tidak tinggi seperti yang pertama dilihat oleh Rania, tinggi badannya kini hampir sama dengan Rania. Bibir Rania membeku, tubuhnya bergetar, peluh keringat dingin membasahi wajahnya.

Bulu kuduknya berdiri begitu kencang! Bersamaan dengan deru nafas dan jantung yang berdebar. Mahluk itu enggan pergi juga, walau Rania sudah komat-kamit membaca doa.

"Mau kamu apa sih?!!" Teriak Rania pada akhirnya.

"To....long....to...long... saya..."

Suara parau wanita itu kekeh meminta tolong, namun kali ini suaranya terdengar menyedihkan seperti sedang menangis. Entahlah, Rania juga tidak tahu dia sedang menangis atau tidak karena wajahnya tertutupi oleh rambut panjangnya.

Jarak Rania dan wanita itu hanya tinggal beberapa inci saja, wajah mereka berdekatan. Hingga Rania bisa mencium bau busuk dari tubuhnya, mungkin baunya sama seperti bangkai! Dan ketika di lihat dari dekat, Rania melihat punggungnya yang bolong.

Bau menyengat apa ini? Baunya sama seperti bau bangkai!

"To...long...saya..."

Tangan dengan kuku panjang berwarna hitam itu menepuk pundak Rania. "Hah!"

Cahaya merah menyinari wanita itu dan mengarah padanya. Tiba-tiba saja Rania berada di tempat lain, bukan di kamarnya lagi, namun suasananya masih malam.

"Haaahh...aku dimana? Dimana wanita itu?" Rania berdiri dari lantai yang dia duduki, melihat langit-langit rumah dan keadaan rumah yang asing itu. "Ini bukan rumahku, lalu ini rumah siapa?" Gumam gadis itu bertanya-tanya.

Ketika Rania berdiri, dia melihat ada seorang pria dan seorang wanita. Nampaknya seperti pasangan suami-istri. Pria itu berusia sekitar 30 Han dan si wanita jauh lebih muda darinya, perutnya buncit.

Sungguh diluar nalar, Rania melihat adegan pertengkaran antara suami-istri itu.

"Mas, apa kamu akan terus seperti ini? Sampai kapan kamu akan mengalihkan tanggungjawab, aku sedang hamil anak kamu Mas!" Wanita berambut panjang itu sambil menunjuk ke arah perutnya yang buncit.

Rania masih memperhatikan keduanya, aneh sekali karena pasangan suami istri itu sama sekali tidak melihatnya. Padahal dia ada disana.

"Heh! Siapa juga yang menyuruhmu mempertahankan anak itu? Sejak awal aku tidak mau kamu hamil," ucap si pria sambil duduk di kursi kayu dengan acuh.

"Mas, kamu tidak bisa lari dari tanggungjawab begitu saja. Jangan mau enaknya aja kamu mas, dulu kamu janji akan menikahi aku!" Teriak si wanita itu membentak marah.

"Lalu, apa itu adalah salahku? Kamu sendiri yang mau jadi selingkuhan,"

Wanita itu menunjukkan cincin emas di jari manisnya, memperlihatkan cincin itu pada si pria. "Mas, kamu lihat ini! Kamu yang kasih aku cincin ini lalu kamu berjanji kalau kamu akan menikahi aku,"

"Hahaha...lalu kamu percaya? Kenapa aku harus menikahimu Anita? Dari awal aku hanya ingin menikmati tubuhmu saja!"

Plakkk!

Tamparan keras melayang di wajah pria itu, "Brengsek kamu mas! Aku akan beritahu pada istri kamu bahwa aku punya anak dari kamu,"

"Kamu berani??!" suara pria itu meninggi.

"Heh! Apa kamu pikir aku gak berani?!" Ancam si wanita itu yang lalu pergi membawa tasnya. Dia marah pada orang yang disebutnya sebagai Mas itu.

Si pria menyusul wanita itu, hingga mereka bertengkar di tangga. Rania juga mengikuti mereka berdua, namun Rania melihat adegan yang mengejutkan disana. Pria itu mendorong si wanita dari tangga yang tinggi.

"Tidak! Jangan!" Rania berteriak ketakutan, dia ngeri melihat wanita itu tergeletak dibawah tangga dengan kondisi mengerikan. Perut buncitnya mengeluarkan darah dan ada janin seperti bayi didalam sana. Kepalanya bocor, wajahnya hancur, mata si wanita bolong. "Uwekkk...uwekkk..." Rania mual-mual melihatnya.

Tiba-tiba saja sosok kuntilanak merah itu berdiri di depan Rania. Dia mengatakan lagi pada Rania. "Tolong...saya...to..long..."

"AAAHHHHHHHHH!!"

...*****...

Terpopuler

Comments

Nana

Nana

kasihan si ibu hamilnya

2022-07-16

0

💋MILA💋

💋MILA💋

pasti itu crita si kuntilanak merah itu & mayat nya itu di sembunyikan atau di kuburkan secara gk layak,, trus dia minta di temukan jenazah nya sama rania secara hanya rania yg bisa lihat makhluk gaib

2022-07-10

1

Shi Chu Xia

Shi Chu Xia

lanjut

2022-07-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!