Bab 13. Kita harus selamat?

...🍁🍁🍁...

Ivan dan Rania semakin menjauh dari ketiga teman mereka yang sudah menjadi arwah di hutan itu.

Sungguh! Rania dan Ivan enggan pergi dari sana tanpa ketiga teman mereka, namun apalah daya. Ketiga teman mereka sudah bukan manusia lagi. Rania dan Ivan merasa bersalah karena harus meninggalkan ketiga teman mereka disana.

Bahkan Rania memapah Ivan dan berjalan sambil menangis. "Ran!"

"Kita harus keluar dulu...dari sini dengan selamat," ucap Rania terisak.

Ivan paham betapa sedihnya Rania, betapa bersalahnya dia pada ketiga temannya itu. Ivan juga merasakan hal yang sama, rasa bersalah itu mencekik dirinya. Jika dia tidak berbohong dan jika Rania tidak keras kepala untuk masuk ke dalam hutan. Mungkin semua ini tidak akan terjadi.

Rania dan Ivan berjalan cepat melewati jalan yang menanjak, Ivan kesulitan melalui jalan yang menanjak itu karena kakinya terluka.

Terdengar lagi suara dentuman keras semakin mendekat ke arah mereka. Bersamaan dengan para mahluk haus yang sepertinya sengaja mengincar mereka, mengincar jiwa yang masih hidup.

Kkkikkkk... khikkkkk....

Hutan itu benar-benar tempatnya para dedemit berada, mungkin juga sarangnya. Ivan terengah-engah, tubuhnya masih dipapah oleh Rania.

Rania tiba-tiba saja terdiam ketika melihat sosok nenek yang berada di warung lesehan itu. Mata putihnya menatap Rania dengan tajam.

"Ran...Lo kenapa?" Ivan bertanya pada Rania yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Didepan kita ada nenek yang gue ceritain itu," bisik Rania pada Ivan, gadis itu terlihat tegang.

"Mana? Gak ada?" Ivan tidak melihat siapapun disana, selain Rania.

Rania merasa aneh karena Ivan tidak melihat sosok nenek itu, padahal dia berdiri tepat didepan Ivan. "Masa sih Lo gak lihat?" Tanya Rania sekali lagi pada Ivan.

Aneh, nenek itu ada didepan Ivan tapi kenapa Ivan tidak melihatnya?. Rania melihat sosok si nenek itu menatap dirinya dan Ivan secara bergantian.

Ivan menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tak melihat siapapun disana. "Tidak ada siapa-siapa disini. Ayo kita cepetan cabut dari sini," ajak Ivan terburu-buru.

"Iya," jawab Rania yang memegang erat Ivan dan membantunya berjalan. Rania berusaha mengabaikan si nenek yang melihat ke arahnya itu dengan tajam.

Saat Rania dan Ivan baru berjalan beberapa langkah, nenek itu berbisik-bisik di telinga Rania. "Hati-hati," ucapnya dengan suara serak khas seorang wanita tua.

Rania terheran-heran mengapa si nenek itu memintanya untuk berhati-hati, apakah dia adalah arwah baik sama seperti teman-temannya?

Gadis itu tidak menjawab, dia dan Ivan terus berjalan didalam kegelapan langit tanpa bintang. Jalan itu semakin menanjak dan semakin sulit di lewati, namun setelah mereka menaiki anak tangga menuju bukit, suara-suara itu sudah tak terdengar lagi.

Hanya sepi, hening dan gelap, tidak ada suara hewan malam ataupun suara iring-iringan yang mendatangkan mahluk halus itu. Beberapa saat kemudian, Rania dan Ivan melihat akhir dari bukit air terjun itu hanya tinggal beberapa anak tangga lagi.

"Van, kita bisa selamat Van! Dikit lagi kita sampe," dengan keringat membasahi wajah, Rania masih memapah temannya sekuat tenaga.

"Iya Ran, kita harus keluar dari sini dan menyelamatkan teman-teman kita." Ivan tersenyum tipis di wajah pucatnya, dia melihat secercah harapan untuk bisa keluar dari sana bersama Rania.

Meski sangat disayangkan, ketiga teman mereka tidak bisa kembali dalam keadaan hidup-hidup. Mereka yang berlima kini hanya tinggal sisa Rania dan Ivan saja.

Nafas dua orang itu memburu, rasa hati ingin cepat sampai ke atas sana. Namun saat mencapai tengah perjalanan, Ivan tiba-tiba jatuh terduduk dia sudah tak kuat lagi untuk berjalan. "Van..." Rania memegang tangan Ivan, berusaha menopang tubuh pria itu untuk berdiri.

"Ran, sorry...kayanya gue gak bisa lagi. Lo...pergi aja sendiri," suara Ivan terpatah-patah saat berbicara.

Apa maksud Ivan bicara begini? Apa dia ingin menyerah disaat perjalanan mereka tinggal sebentar lagi. Langit juga akan segera berganti fajar dan mereka harus segera sampai di puncak itu untuk bisa selamat.

"Van, gue gak akan ninggalin Lo sendirian...gue gak bisa!" Rania menggelengkan kepalanya, dia tak mau menyerah.

"Tinggalin aja gue Ran daripada gue cuma beban buat Lo..." Ivan memegang kakinya yang sudah membengkak itu, dia tidak kuat untuk berjalan lagi.

Tapi Rania bukan orang yang akan meninggalkan temannya untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Rania meletakkan tangan Ivan di bahu kecilnya, dia membantu Ivan berdiri. "Gue gak mau selamat sendirian, gue pengen kita pulang barengan Van. Gue gak akan biarkan Lo sendiri, gak akan!"

"Ran...tapi gue-" Ivan tercengang dengan kegigihan Rania, dia kagum pada Rania yang masih memilih dirinya dibandingkan selamat sendirian.

"Lo bisa Van, Lo bisa!" Kata Rania menyemangati temannya itu.

Ivan mengangguk sambil tersenyum, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ke atas bukit. Namun langkah mereka tiba-tiba berhenti saat ada sesuatu yang menarik kaki Ivan.

Roaaaaaarrr....

Sesuatu terdengar mengerang menyeramkan.

"Hah! Ivan!" Teriak Rania melihat temannya ditarik oleh sesuatu.

"Ran..." Ivan panik.

Sepasang tangan berwarna hitam seperti terbakar itu memegang erat kaki Ivan bahkan menarik tubuhnya. Rania memegang tangan Ivan dan berusaha menarik tubuh sahabatnya itu. "Gue gak akan biarin lo ninggalin gue sendiri Van, gak akan! Kita harus kembali bersama,"

Keduanya menangis, berusaha dan berjuang untuk sampai ke penghujung bukit itu yang hanya tinggal beberapa langkah lagi.

"Kkkikkkk... khikkkkk.... kkkikkkk..."

ASTAGA!

Sosok sosok menyeramkan itu kini mendekat ke arah Ivan, mereka seperti ingin membawa Ivan atau mungkin mencegah mereka berdua agar tidak sampai disana.

"Van, pegang tangan gue erat-erat! Please Van...please!!" Teriak Rania.

Ivan tersenyum, dia malah melepaskan genggaman erat tangan Rania. "Maafin gue Ran,"

"Ivan! Ivan, nggak!!" Teriak Rania memanggil temannya.

"Lo harus selamat," ucap Ivan pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya. Matanya menatap Rania dengan berkaca-kaca dan senyuman tupis tersirat di bibirnya.

Ivan...

Rania histeris melihat temannya dibawa oleh para dedemit itu, Ivan diseret ke dalam kegelapan. Kini giliran Rania yang di kejar kejar oleh dedemit itu, sembari mengucapkan maaf dan membaca doa. Dia melanjutkan perjalananan ke atas, beberapa kali dia terjatuh dan terluka.

"Sial! Sial!" Rania kembali berdiri.

Sosok wanita berbadan tinggi mendekat ke arahnya, mulut wanita itu menganga penuh darah segar. Lidahnya menjulur panjang, giginya taring semua dan panjang, rambutnya sama panjang dengan tubuhnya itu. "Mau kemana kamu....hahahahaaha."

Wanita itu cekikikan, tangannya hendak meraih Rania. Gadis itu pun kembali bangkit dan dia berlari ke atas bukit.

"Aaahhhhhhhhh!!!"

...****...

Terpopuler

Comments

Bagas Nugroho

Bagas Nugroho

Akhirnya Rania mungkin hanya bisa selamat sendiri dari hutan itu

2022-07-03

0

Nana

Nana

dag dig dug

2022-06-29

1

Riani

Riani

ya Allah Ivan kasihan😭😭

2022-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!