...😈😈😈...
Aneh
Itulah yang dirasakan Rania ketika melihat sosok Rendra yang memancarkan hawa dingin, wajahnya pucat tanpa ekspresi. Ada apa dengannya? Mengapa setelah kembali dari buang air kecil, pria yang selalu mengoceh itu mendadak diam?
Rania menggigit bibir bagian bawahnya, dia tidak bisa menahan keresahan untuk bertanya padanya. "Ren, Lo gak apa-apa kan?"
Pertanyaan Rania, sontak saja membuat Nita dan Ivan juga menoleh ke arah Rendra yang duduk tepat di seberang Rania. Tatapan mereka berdua menelisik pada Rendra, seolah mencari apa ada sesuatu yang salah dengan Rendra.
"Gue gak apa-apa," jawab Rendra tanpa menatap ke arah Rania dan dia tidak menunjukkan ekspresi sama sekali.
Rania terperangah melihat Rendra seperti itu, pikirnya kenapa Rendra yang banyak bicara mendadak berubah begitu?
"Ren, Lo marah ya sama gue karena gue gak nemenin Lo pipis? Sorry deh sorry, Lo kan tau kaki gue lagi sakit!" Ivan menangkap kesimpulan dari sikap Rendra, bahwa dia marah kepadanya karena tidak diantar pipis.
Kok keras ya kayak batu?. Pikir Ivan saat dia menepuk-nepuk bahu Rendra.
Tatapan Rania mengarah tajam dan curiga pada Rendra. Pria itu terlihat dingin dan diam, sekalinya mata Rendra bertemu dengan mata Rania, dia merasakan ancaman didalam mata Rendra.
Rendra kenapa ya?
Tak lama kemudian, Mila mulai siuman. Dia membuka matanya, melihat ada Nita dan Rania didekatnya. Mila tersenyum lebar menatap kedua temannya itu. "Rania, Nita?" lirih Mila seraya memanggil mereka berdua.
"Mil? Lo udah sadar?" Nita menatap temannya dengan raut wajah bahagia.
"Syukur alhamdulillah ya Allah...gusti." Rania mengucap syukur bahagia karena Mila temannya sudah siuman dan leganya dia masih hidup.
"Mil, Lo udah sadar? Lo baik-baik aja kan?" Ivan langsung menyerobot dengan banyak pertanyaan, dia mencemaskan keadaan Mila.
"Ivan? Kamu ada disini juga?" Mila beranjak duduk, dia melihat Ivan disisi lain.
"Iya gue masih hidup! Lo tenang aja!" Seru Ivan sambil tersenyum lebar.
Mila menatap ke arah Rendra yang diam saja, begitu pula Rania dan Nita. Mereka mulai menangkap ada yang aneh dengan pria itu, sebab ketika Mila sadar dia hanya diam saja dan tidak bertanya apa-apa.
Setelah Mila bangun, dia menceritakan kepada teman-temannya tentang apa yang dia alami. Bahwa dirinya terjebak di sebuah pemakaman besar, dimana ada banyak mahluk halus disana yang mengganggunya.
Siluman, kuntilanak, sebutlah saja begitu. Beruntungnya Mila bertemu seorang nenek yang menunjukkan jalan keluar dan setelah itu dia tidak sadarkan diri. "Lo ketemu nenek itu juga?" Tanya Nita pada Mila.
"Memangnya kenapa Nit?"
"Nenek itu...dia juga ketemu sama Rania di mimpi," jelas Nita yang lalu menoleh ke arah Rania.
"Gue gak mimpi!" Rania bersikeras bahwa bertemu dengan nenek itu bukanlah mimpinya.
"Syukurlah lo ketemu nenek itu sebelum terlambat," Mila tiba-tiba menundukkan kepalanya, dia tersenyum tipis. "Ya, Lo memang harus selamat." gumam Mila dengan suara kecilnya.
Sekilas senyuman itu membuat Rania, Nita dan Ivan bergidik ngeri. "Mil, Lo bilang apa?" Rania memasang kupingnya baik-baik, mencoba mendengarkan jelas apa yang akan dikatakan Mila.
"Gak apa-apa."
Kenapa aku merinding ya melihat senyuman Mila?. Batin Nita sembari menelan salivanya.
Ketika 5 remaja itu sedang beristirahat, tiba-tiba saja suara gamelan dan suara seperti di acara-acara hajatan itu terdengar lagi mendekat ke arah mereka.
Tung...Tung...
Treng...treng...
Rania dan ke empat temannya terkejut mendengar suara menakutkan yang muncul bersamaan bersama para dedemit hutan Kalimati itu.
Buru-buru Rania mengajak semua temannya untuk segera bangkit dan pergi dari sana menuju ke bukit air terjun. "Guys, ayo kita-"
Degg!
Rania terkejut dan berdebar melihat ketiga temannya berdiri dengan tegap, mereka tidak berekspresi dan wajah mereka pucat pasi kecuali Ivan yang masih terlihat normal. Apa yang terjadi? Mengapa ketiga temannya itu jadi aneh?
"Kalian kenapa---?" Rania gugup, keningnya berkerut.
Nita, Mila dan Rendra! Merekalah yang aneh, mereka bertiga menatap Rania dan Ivan dengan tajam.
"Ka-kalian kenapa woy?!" Ivan juga yang sebelumnya tidak peka, akhirnya dia menyadari ada yang aneh dari Nita, Mila dan Rendra.
"Cepat kalian pergi dari sini!" Ujar Rendra dengan suara dingin kepada Ivan dan Rania.
"Sebelum fajar datang kalian harus segera sampai di bukit itu, disanalah tempat kalian bisa kembali!" Nita berseru seraya menunjuk ke arah bukit yang ada di dekat air terjun.
"Kalian harus pergi, cepat." kata Mila dengan tatapan tajam pada Ivan dan Rania.
Rania dan Ivan semakin bingung dengan perkataan aneh ketiga temannya itu. Sedangkan suara iring-iringan itu semakin mendekat pada mereka. "Cepat! Pergi!" teriak Mila.
Tung...Tung...
Kkkikkkk khikkkkk...
Rwaarrrr...
Suara tawa melingking, erangan yang menyeramkan mulai terdengar kencang menuju ke arah 5 sahabat itu.
Beberapa detik yang lalu, Nita, Mila dan Rendra baik-baik saja. Kemudian mereka berubah drastis, hanya Ivan dan Rania saja yang normal. "Kalian kenapa sih? Kenapa kalian cuma nyuruh gue sama Ivan yang pergi?"
"Ya bener! Kalaupun kita pergi, kita harus pergi barengan." Kata Ivan pada ketiga temannya itu.
"Kita gak bisa ikut kalian," jawab Mila tanpa ekspresi, wajahnya pucat seperti kehabisan darah.
"A-apa maksud kalian?" Rania menelan salivanya, tatapannya silih berganti menatap Mila, Nita dan Rendra.
"Dunia kita udah beda, kalian masih bisa selamat. Kita udah terjebak disini selamanya,"
Kata-kata dingin Rendra membuat Rania dan Ivan ngeri, bulu kuduk mereka berdiri. Keringat mereka bercucuran, padahal itu hanya kata tapi berhasil membuat mereka takut.
Rania memegang tangan Nita."Apa maksud kalian? Ayo kita pergi sebelum mereka datang dan-"
Ucapan Rania berhenti ketika dia melihat wajah Nita berubah menjadi menyeramkan, wajah Nita berdarah-darah. Banyak luka cakaran di wajahnya itu. "Ni-nita?"
"Astaga dragon!" Seru Ivan yang juga terkejut melihat wajah Mila dan Rendra yang sudah hancur, bahkan Rendra sudah tidak memiliki mata. Ivan yang kesulitan berjalan, tubuhnya gemetar.
Rendra menatap Ivan dengan matanya yang bolong itu. "Kita udah mati dan kalian masih hidup, kalian harus selamat."
"Cepat lari dari sini! Jangan menoleh ke belakang, kita akan menahan mereka." Mila tersenyum pada Rania, senyuman di wajah menyeramkan itu tidak tampak menyeramkan untuk Rania. Malah terlihat tulus dan lembut.
"Nita...Rendra, Mila..." Rania tak kuasa menahan tangisnya, menghadapi kenyataan bahwa ketiga temannya bukan lagi manusia melainkan sudah menjadi sesuatu yang lain.
"Ren, Nit, Mil..." Lirih Ivan kepada tiga temannya itu.
"Pergilah---dan jangan lupa tolong temukan jenazah kami setelah kalian selamat." Kata roh Nita pada kedua temannya itu.
Dalam hati yang sedih dan tidak rela, Rania pun dengan cepat menarik tangan Ivan, dia memapah Ivan yang masih kesulitan berjalan. "Ayo Van, kita pergi!"
"Tapi Ran, mereka..." Ivan tidak tega meninggalkan ketiga temannya disana.
"Kita bisa selamatkan mereka nanti, hiks..." Rania menahan tangisnya sekuat tenaga. Dia tidak percaya bahwa ketiga temannya sudah tiada di hutan terkutuk itu dan menjadi salah satu dari mereka!
Rania dan Ivan pun pergi dari sana, menuju ke atas bukit walau hati mereka berat dan sedih.
Apakah mereka berhasil mencapai puncak bukit air terjun sampai pada waktunya?
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
󠇉
loh kok udh pada mati 😭😭😭
2022-07-09
0
Bagas Nugroho
Ternyata tiga orang yang jadi hantu ternyata mereka udah mati
2022-06-26
1
Nana
Lanjut Thor
2022-06-26
1