Bab 8. Warung lesehan

...🍀🍀🍀...

Rania berteriak kencang saat ada tangan menyentuh pundaknya, saat hawa dingin menusuk tubuhnya sampai ke tulang. Hawa yang berasal dari belakang tubuhnya.

Suara tawa cekikikan itu sontak saja membuat Rania terkejut setengah mati. Namun dia berhasil mengumpulkan nyali dan kemudian dia berlari kencang.

Hosh...hosh...hosh

Nafas Rania terengah-engah, sambil membawa senter dengan tangan gemetar, dia terus berlari meski dia tak tahu kemana langkah kaki akan membawanya.

Dimana kalian teman-teman? Dimana!

Rania resah, dia sendirian disana dalam suasana mencekam. Tidak ada satupun jejak dari temannya berada disana. Rania bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah dia yang tersesat ataukah teman-temannya pergi meninggalkannya?

"Dimana kalian? Ivan, Rendra, Nita, Mila!!" Teriak Rania memanggil nama teman-temannya.

Suara teriakan Rania terdengar menggema di hutan itu. Hanya gelap dan gelap, tanpa ada siapapun disana, bahkan suara hewan malam pun tidak terdengar seperti di hutan pada umumnya.

"Guys...kalian ada dimana?" Rania bolak-balik melihat kesana-kemari, mencari siapapun yang ada disana.

Kemudian saat dia membalikkan badan, dia melihat seorang wanita tua dengan badan yang bungkuk. Tangannya melambai, seolah meminta Rania untuk menghampirinya.

"Si-siapa?" gumam Rania bertanya-tanya, kedua matanya melebar melihat sosok nenek itu.

"Kemarilah nak! Tenang saja, kamu sudah aman." ucap si nenek dengan suara seraknya, wanita tua itu tersenyum ramah pada Rania. Dia tak tampak menyeramkan seperti sosok gaib yang dia lihat sebelumnya.

Keringat Rania bercucuran, dia bingung harus bagaimana dan harus apa. Dia tidak tahu tentang nenek itu, apakah dia manusia atau sejenis dengan mereka?

Apa dia hantu? Apa nenek itu sama seperti mereka? Dia terlihat normal, dia bahkan tersenyum saat melihatku. Tapi apakah normal jika ada seorang nenek ditengah hutan, dini hari seperti ini? Sungguh gak masuk akal!

Kedua mata Rania masih melebar menatap si nenek itu, keningnya masih berkerut. Si nenek itu masih berdiri disana dan memanggil Rania. "Sini nak! Aku tidak seperti mereka," ucap wanita tua itu berusaha meyakinkan Rania.

Rania mulai memutar otaknya lagi, dia mulai berpikir bahwa nenek itu adalah manusia. Pasalnya bagaimana bisa setan atau jin bicara seperti itu padanya?

Pelan-pelan Rania mendekat ke arah nenek itu, Rania melihat wajahnya yang keriput dan ada senyuman tipis terukir di bibirnya. "Nenek..." lirih Rania sambil memperhatikan wajah si nenek itu.

Tidak ada yang aneh dengan wajahnya, dia tidak seram malah dia ramah.

"Cu, ikut nenek yuk! Nenek akan tunjukan tempat yang aman dari mereka." Ajak wanita tua itu pada Rania.

"Tu-tunggu nek, nenek siapa dan kenapa bisa nenek ada disini sendirian?" Rania tidak percaya begitu saja dengan wanita tua didepannya itu, meski dia terlihat seperti manusia.

"Jangan takut cu, nenek tidak seperti mereka! Nenek tinggal disini dan nenek mendengar kamu berteriak, jadi nenek kesini. Nenek sudah menduga bahwa mereka pasti menganggu kamu." Nenek itu memegang tangan Rania.

Tangannya dingin banget, kayaknya nenek ini bukan seperti mereka.

Rania pun mengikuti nenek itu pergi ke tempat aman yang dituduhkannya. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit, Rania dan wanita tua itu sampai disebuah rumah yang ada warung didepannya.

Glup!

Rania menelan ludah, dia terkejut melihat ada rumah dan warung lesehan disana, ditengah hutan itu. Sungguh tidak masuk akal!

Kenapa bisa ada rumah dan warung lesehan di tengah hutan?

"Ayo cu, masuklah! Nenek akan buatkan makanan buat kamu...kamu pasti lapar dan haus." Nenek itu tersenyum ramah pada Rania, lalu dia berjalan pergi lebih dalam masuk ke dalam rumahnya yang ada dibelakang warung lesehan itu. Dia meminta Rania untuk duduk terlebih dahulu, selagi dia menyiapkan makanan.

"Makasih nek," jawab Rania sambil duduk di salah satu bantal warung lesehan itu. Mata Rania memperhatikan keadaan sekitar, berusaha mencerna apakah yang dilihatnya ini nyata.

Ini beneran warung dan rumah. Tapi kenapa ada ditengah hutan?

Beberapa saat kemudian, si nenek membawa nampan berisi semangkuk mie dan segelas air putih. Rania pun membantu nenek itu untuk membawakan nampannya. "Nek, biar saya bantu."

"Makasih cu,"

Rania menyimpan nampan itu diatas meja, kemudian dia dan nenek itu duduk di atas lantai lesehan. "Maaf ya cu, persediaan makanan di rumah nenek sudah habis dan hanya tinggal mie rebus sama telur saja."

"Iya gak apa-apa kok nek, terimakasih nenek sudah membantu saya sampai membawakan saya makanan segala." Rania tersenyum, matanya menatap mie rebus yang ada didalam mangkuk.

Mie nya terlihat normal, malah kelihatan enak. Tapi entah kenapa aku merasa ada yang aneh?

"Cu, minum dan makanlah dulu...nanti keburu dingin mie nya." ucap Nenek itu perhatian.

"I-iya nek," jawab Rania sambil mengambil garpu. Dia mengambil mie itu dan menggulungnya dengan garpu.

Loh, kok kayak ada bau amis?. Rania mencium ada bau yang aneh saat dia akan memakan mienya.

"Ada apa cu? Ayo makanlah cu," ucap nenek itu sambil tersenyum ramah. "Kamu jangan khawatir, nenek tidak memasukkan racun kedalamnya."

Rania tersedak mendengarnya, "Maaf nek, saya tidak bermaksud begitu. Saya akan makan kok mie-nya," Rania merasa tidak enak membuat nenek itu berpikiran yang tidak-tidak tentang masakannya.

Pelan-pelan Rania memakan mienya, entah karena lapar atau apa. Rania sudah menghabiskan setengahnya saja dari mie itu,rasanya memang enak walau dia mencium bau amis darisana.

"Apa kamu sendirian saja kesini, nak?" tanya nenek itu tiba-tiba.

"Tidak nek, saya bersama dengan teman saya. Tapi saya terpisah dari mereka," jawab Rania sambil memakan mienya.

"Seharusnya kamu tidak datang kemari setelah diingatkan oleh mbah Jambrong." Wanita tua itu menghela nafasnya.

"Mbah Jambrong? Maaf nek, tapi siapa maksud nenek?" Rania menatap tajam kepada wanita tua yang ada didepannya itu.

"Sebelum kalian kesini, ada seorang kakek tua yang melarang kalian untuk masuk ke dalam hutan ini, kan?" Ucap si nenek tua itu bertanya.

Deg!

Rania merasa tekanan yang luar biasa ketika nenek itu bicara tentang sosok Mbah Jambrong ini. Jantungnya berdegup kencang, tiba-tiba saja tangannya gemetar.

"Kalian sudah dibilangin, ngeyel! Lalu, Mbah Jambrong bilang apa sama kalian sebelum kalian masuk ke dalam sini?" tanya Nenek itu sambil menatap Rania dengan tajam, berbeda dengan tatapan ramah yang tadi.

Kehangatan dan perhatian nenek itu menghilang dalam sekejap, berganti menjadi hawa dingin.

"Kakek itu...dia bilang dia akan memakan kalian! Saat itu kalian akan menyesal. Saya tidak mengerti apa maksudnya." jawab Rania dengan resah, tak berani menatap pada wanita tua itu.

Sial! Mengapa aku tidak berani menatap si nenek? Aku merasa si nenek itu terasa menyeramkan sekarang, dia berbeda dari yang tadi.

Tiba-tiba saja nenek itu beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan Rania sendirian disana. Rania bertanya-tanya dalam hatinya ,mau kemana si nenek itu?

Rania pun melanjutkan makan mie nya, namun alangkah terkejutnya dia saat melihat ke arah cermin yang ada didepannya. "A-apa..."

Prak!

Garpu yang Rania pegang itu terjatuh ke lantai. Rania terbelalak dengan dirinya yang ada cermin itu. Terlihat di mulutnya ada cacing tanah menggeliat disana, tapi saat tidak melihat ke cermin. Cacing itu adalah mie biasa yang dia makan!

ASTAGA!

Rania langsung memuntahkan cacing cacing itu dari mulutnya, dia mual-mual dan perutnya bergejolak. Lidahnya merasa jijik, dia sampai berdiri dari tempat duduknya dan muntah muntah.

Uwekk... uweekkkk...uwekkk...

Cacing-cacing itu menggeliat di lantai, "Uwekkk..." Kedua mata Rania memicing melihat cacing cacing yang dia makan.

Gila! Berarti yang aku makan dari tadi itu bukan mie tapi cacing.

Setelah memuntahkan cacing yang ada di mulutnya, Rania langsung mengambil gelas berisi air minum tadi dan meneguknya.

"Ohok...ohok!!"

Gadis itu batuk-batuk, memuntahkan kembali minumannya. Mulutnya berdarah-darah, entah dari mana asalnya darahnya itu. "Darah...minuman itu darah?!" Rania berteriak ketakutan. Sekarang lidahnya benar-benar mati rasa dan dia merasa memang benar ada yang tidak beres dengan warung lesehan itu.

Ya Allah, tolong selamatkan aku!

Rania beranjak berdiri, dia melangkahkan kaki keluar dari warung lesehan si nenek tua itu. Dia hendak menggapai pintu, namun tiba-tiba saja...

BRAK!

ASTAGA!

Pintu itu tertutup rapat dengan kencang seperti ada yang mendorongnya. Rania sudah berhasil mencapai pintu, namun dia tidak bisa membukanya.

Tiba-tiba saja angin berhembus kencang ke arah Rania. Hembusan angin kencang itu bahkan sampai membuat ikat rambut Rania terlepas dan rambutnya terurai panjang melambai-lambai.

"Makanya jangan ngeyel kalau dibilangin orang tua!" Seru nenek itu dengan suara tegas dan marah.

Rania tidak berani menoleh ke belakang, dia memegang gagang pintu dan masih berusaha membukanya. "To...tolong, saya hanya ingin pulang...saya janji tidak akan datang lagi." pinta Rania pada si wanita tua sambil menangis.

"Penyesalan memang selalu datang di akhir, harusnya kamu dengarkan Mbah Jambrong! Karena keras kepalamu, mungkin kamu dan teman-temanmu tidak bisa keluar dari sini hidup-hidup!" Kata si nenek itu sambil menatap Rania dengan tajam.

Rania mendongakkan kepalanya, dia menatap si nenek yang saat ini sudah berubah. Wajahnya tampak menyeramkan, matanya mengancam Rania, wajahnya berdarah-darah. Kini si nenek yang tadinya bungkuk itu, bisa berdiri tegap.

"Saya mohon nek, bantu saya dan teman-teman saya untuk keluar dari sini...saya mohon..hiks..." Rania tidak dapat menahan lagi air mata resah yang sudah terbendung dari tadi. Dia memohon pada nenek itu, untuk melepaskannya dan juga keempat temannya yang lain.

Ya Allah, tolong...tolong aku...aku ingin pulang.

Nenek tua itu menatap Rania dengan tajam. "Terlambat, salah satu dari kalian sudah menjadi santapannya..."

"A-apa maksud nenek? Siapa yang menjadi santapannya? Siapa yang menyantap itu?!" Rania bertanya pada si nenek dengan penasaran.

"Pergilah sebelum kamu menjadi santapannya juga, dia sedang mencarimu." Suara nenek itu menggelegar.

"A-apa?!" Rania bingung dengan apa yang dibicarakan oleh nenek itu.

"Bukit di air terjun...temukan..." gumam nenek itu sambil tersenyum tipis.

...*****...

Terpopuler

Comments

󠇉

󠇉

si nenek ada jahat ada baik nya juga 😭😭😭😭

2022-07-07

0

Bagas Nugroho

Bagas Nugroho

cuma sekali baca, up banyakqn dong

2022-06-22

1

Bila

Bila

mbah Jambrong 😭😭

2022-06-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!